Selular.ID – Transsion asal China telah menjadi produsen ponsel pintar terbesar keempat di dunia, meskipun tidak menjual sama sekali di pasar dalam negerinya.
Data yang dirilis pada bulan Februari 2025 oleh firma riset Canalys, menunjukkan bahwa Transsion mengirimkan 106,7 juta ponsel pintar sepanjang 2024 dengan pangsa pasar global sebesar 9%.
Angka itu hanya di belakang tiga besar yang selama ini menjadi langganan yaitu Apple, Samsung, dan Xiaomi, serta mengungguli beberapa nama besar seperti Oppo, Huawei, dan Vivo.
Di Asia Tenggara, pada kuartal keempat 2024, Transsion menjadi pemimpin pasar dalam hal penjualan di Filipina, terbesar kedua di Indonesia, dan terbesar ketiga di Malaysia.
Di Afrika, Transsion terbilang dominan, memiliki pangsa pasar sebesar 40% pada 2024. Perusahaan yang didirikan pada 2006 itu, langsung beroperasi di benua hitam itu pada tahun yang sama setelah didirikan.
Khusus di Indonesia, Transsion membuat para pesaing di pasar smartphone semakin gentar. Vendor yang berbasis di Shenzhen itu, terus melakukan gebrakan yang sukses mendorong penguasaan pangsa pasar.
Baca Juga: Top 5 Vendor Smartphone di Asia Tenggara: Oppo Pimpin 2024, Transsion Kuasai Q4
Hasilnya tak tak tanggung-tanggung, mampu memuncaki posisi lima besar vendor smartphone di Indonesia pada 2024. Ini adalah kali pertama, Transsion mengambil alih posisi elit dari para pesaing lainnya.
Berdasarkan laporan IDC yang dipublikasikan belum lama ini, Transsion mampu menggamit sebanyak 18,3% pangsa pasar sepanjang 2024, berkat pertumbuhan hingga 61,7% (YoY).
Vendor yang menaungi tiga merek smartphone (Infinix, Tecno, dan Itel) unggul atas Oppo yang harus puas di posisi runner-up. Pangsa pasar Oppo pada 2024 berbeda tipis dengan Transsion, yaitu 17,8% (tumbuh 7,6%).
Berturut-turut lima besar posisi selanjutnya diisi oleh Samsung dengan pangsa pasar 17,2%(minus 0,6%), Xiaomi 16,5% (tumbuh 28,4%), dan Vivo 16,2% (tumbuh 9,2%).
Kuatnya dominasi pemain di lima besar, hanya menyisakan pangsa pasar sebanyak 14,8% bagi para pemain lain.
Menurut IDC, melejitnya Transsion menjadi penguasa pasar ponsel di Indonesia, tak lepas dari agresifitas vendor menggarap pasar di segmen pemula.
Khususnya kelas ultra low-end dengan banderol harga kurang dari 100 dollar AS atau di bawah Rp 1,6 juta. Pertumbuhan di segmen smartphone dengan harga terjangkau itu, mutlak dipimpin oleh Transsion sepanjang 2024.
Sebagaimana diketahui, segmen entry level masih mendominasi pasar Indonesia, meski disesaki oleh banyak pemain.
Segmen ini menjadi andalan bagi konsumen yang mencari perangkat dengan harga terjangkau namun memiliki fitur memadai.
Baca Juga: Mengejutkan! Pertama Kali Transsion Puncaki 5 Besar Vendor Smartphone Indonesia
Transsion Perluas Pasar ke 70 Negara
Tidak seperti kebanyakan perusahaan China, Transsion tidak menjual ponsel pintar di pasar dalam negeri. Padahal China hingga saat ini masih menyandang predikat sebagai pasar ponsel terbesar di dunia.
Data Canalys menunjukkan, penjualan smartphone di China mencapai total 285 juta unit pada 2024. Angka itu naik sebesar 4% jika dibandingkan tahun sebelumnya. Sedikit menunjukkan tanda-tanda pemulihan, pasca anjlok lebih dari tiga tahun, terutama dihantam pandemi covid-19.
Alih-alih menggarap pasar dalam negeri seperti merek-merek utama China lainnya, Transsion yang membawahi tiga merek populer (Infinix, Tecno, dan Itel), lebih memasuki pasar Afrika yang sebagian besar belum tersentuh oleh kebanyakan vendor ponsel lainnya.
Konsisten menggarap pasar di benua hitam itu berbuah manis. Transsion segera menjadi “raja ponsel pintar Afrika” dengan pangsa pasar hingga 50% pada 2021.
Keberhasilan menguasai pasar Afrika, membuat Transsion semakin berotot. Pada awalnya perusahaan hanya menjual ponsel fitur sebelum melebarkan sayap ke ponsel pintar sejak 2014.
Perusahaan terus mengulangi kesuksesan ini di pasar berkembang lainnya seperti Bangladesh dan Pakistan. Dua negara dengan pendapatan perkapita di bawah $2.300.
Selanjutnya mengadu peruntungan ke negara-negara Asia Tenggara yang sudah penuh sesak oleh banyak pemain yang sudah kelotokan.
Meski menjadi follower dan menghadapi para pesaing yang sudah kelotokan, ternyata tak butuh lama bagi smartphone-smartphone besutan Transsion untuk meraih popularitas.
Baca Juga: Pabrikan Smartphone Transsion Kian Populer di Pasar Global
Data Canalys menunjukkan bawa, dengan semakin meningkatknya penjualan, antara 2021 dan 2023 pendapatan Transsion tetap stabil sementara merek lain di lima besar mengalami fluktuasi.
Pada pertengahan 2023, perusahaan ini mengalami lonjakan pertumbuhan pendapatan hingga menyalip Vivo sebagai pemain ponsel pintar terbesar keempat secara global.
Dengan target pasar di seluruh dunia, hingga akhir 2024, Transsion telah memasuki lebih dari 70 pasar di Amerika Tengah dan Selatan, Timur Tengah, dan Asia, termasuk India, di mana perusahaan ini berharap dapat meniru kesuksesan Xiaomi.
Di pasar negara-negara berkembang yang menjadi targetnya, Transsion terutama menjual model-model murah, yang dimulai dengan harga di bawah US$200.
Tak jarang smartphone besutan Transsion berharga hanya US$50 meskipun memiliki spesifikasi yang sebanding dengan model-model kelas atas dari para pesaingnya.
Itulah kelebihan utama Transsion sehingga dengan cepat menggapai posisi elit. Padahal pendapaian itu, kurang dari dua dekade sejak perusahaan ini didirikan.
Baca Juga: 6 Strategi Yang Membuat Transsion Group Melejit Ke Jajaran Elit Vendor Smartphone Dunia