
AKTIVIS lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, untuk pertama kali berbicara di depan umum pada Senin (6/10) setelah dibebaskan dari penjara Israel. Ia dilaporkan mengalami kekerasan fisik dan dipaksa mencium bendera Israel selama penahanannya.
Thunberg termasuk di antara 171 orang yang dideportasi oleh otoritas Israel setelah ditangkap karena berpartisipasi dalam Armada Global Sumud, misi kemanusiaan yang bertujuan mengirimkan bantuan ke Gaza. Setelah dibebaskan, para aktivis diterbangkan ke Yunani dan Slovakia.
Sorak-sorai terdengar ketika Thunberg dan rekan-rekannya tiba di Bandara Eleftherios Venizelos, Athena. Mereka disambut meriah oleh para pendukung yang menantikan kedatangan mereka setelah melewati masa penahanan yang berat.
Ada Genosida yang Terjadi di Depan Mata Kita
Dalam pernyataannya di bandara, Thunberg menegaskan bahwa penderitaan pribadinya bukan hal yang terpenting dibandingkan dengan tragedi kemanusiaan di Gaza.
"Saya bisa bercerita panjang lebar tentang perlakuan buruk dan pelanggaran yang kami alami di penjara, percayalah," katanya seperti dikutip Anadolu, Selasa (7/10).
"Tapi bukan itu ceritanya. Biar saya tegaskan: ada genosida yang terjadi di depan mata kita, genosida yang disiarkan langsung," tambahnya.
"Tak seorang pun berhak mengatakan kami tidak tahu apa yang sedang terjadi. Tak seorang pun di masa depan akan bisa mengatakan kami tidak tahu," lanjutnya.
Thunberg menuduh Israel terus memperburuk dan meningkatkan genosida serta penghancuran massal mereka dengan niat genosida.
"Mereka berupaya menghapus seluruh populasi, seluruh bangsa di hadapan Anda," tegasnya.
Kritik Keras terhadap Ketidakpedulian Dunia
Aktivis berusia 22 tahun itu juga menyerukan agar perhatian global tidak hanya tertuju pada Gaza, tetapi juga pada wilayah lain yang mengalami kekerasan sistemik.
"Kita tidak bisa mengalihkan pandangan dari Gaza, dari semua tempat di dunia yang menderita, yang hidup di garis depan sistem bisnis seperti biasa ini: Kongo, Sudan, Afghanistan, Gaza, dan masih banyak lagi," katanya.
"Apa yang kita lakukan hanyalah upaya minimum," ucapnya.
"Saya takkan pernah mengerti bagaimana manusia bisa begitu jahat. Bahwa kalian dengan sengaja membiarkan jutaan orang kelaparan, terjebak dalam pengepungan ilegal, sebagai kelanjutan dari penindasan dan apartheid selama puluhan tahun," sebut Thunberg.
Armada Global Sumud dan Tuduhan Pelanggaran Hukum Internasional
Dalam video yang diunggah di akun Instagram-nya, Thunberg menjelaskan bahwa Armada Global Sumud merupakan aksi solidaritas internasional terhadap rakyat Palestina.
Menurutnya, Israel telah melanggar hukum internasional dengan menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.
"Penahanan kami oleh Israel merupakan akibat langsung dari pemerintah kami," ujarnya.
"Negara-negara memiliki kewajiban hukum untuk mengakhiri keterlibatan mereka dalam genosida, yang kini juga dikonfirmasi oleh komisioner PBB," tegas Thunberg, sambil menambahkan bahwa Israel tidak memiliki impunitas atas tindakan tersebut.
Armada Global Sumud berlayar menuju Gaza pada 1 Oktober, berusaha menembus blokade Israel untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan. Namun, pasukan Israel menyerang dan menyita puluhan kapal serta menahan ratusan aktivis.
Operasi ini merupakan armada terbesar yang pernah dikerahkan secara kolektif untuk menyalurkan bantuan ke Gaza, menandai salah satu insiden kemanusiaan paling menegangkan dalam konflik tersebut. (I-2)