Skandal DNA Ungkap Dokter Gunakan Spermanya untuk Pasien

3 hours ago 1
Skandal DNA Ungkap Dokter Gunakan Spermanya untuk Pasien Ilustrasi(freepik)

SEBUAH tes DNA sederhana mengungkap rahasia kelam di balik praktik fertilitas di Universitas Duke, Amerika Serikat. Kasus ini berawal ketika Jim Harris, pria asal North Carolina, menemukan dokter yang menangani ibunya puluhan tahun lalu ternyata adalah ayah biologisnya sendiri.

Awalnya, Harris hanya berniat mencari tahu silsilah keluarganya lewat situs 23andMe. Namun hasil tes menunjukkan ia memiliki beberapa saudara tiri. Salah satu di antaranya menarik perhatiannya karena memiliki kemiripan genetik yang tinggi.

Setelah menelusuri, Harris mendapati ayah perempuan itu adalah Dr. Charles Henry Peete Jr.. Dokter yang pernah menangani ibunya di klinik fertilitas Duke tahun 1977.

“Ibu bilang mereka tak bisa punya anak, jadi mereka ke klinik untuk inseminasi donor. Tapi ternyata dokter itu memakai spermanya sendiri,” ujar Harris.

Sosok Dokter Terhormat

Dr. Peete dikenal sebagai sosok terhormat di komunitas medis. Lulusan Harvard Medical School itu telah lama bekerja sebagai profesor dan dokter di Duke sejak 1950-an. Ia digambarkan sebagai sosok yang sabar dan cerdas, serta menjadi mentor bagi banyak dokter muda.

Namun di balik reputasinya, Peete diam-diam menggunakan spermanya sendiri untuk membuahi pasien-pasiennya tanpa sepengetahuan mereka. Tindakan yang kini dikenal sebagai “penipuan kesuburan” (fertility fraud).

Menurut pakar bioetika dari Universitas Columbia, Dr. Robert Klitzman, tindakan itu jelas melanggar prinsip dasar kedokteran, yakni informed consent atau persetujuan sadar dari pasien. “Kalau dokter mengatakan sperma berasal dari donor lain, padahal dari dirinya sendiri, itu sudah pelanggaran besar,” ujarnya.

Dampak dan Pertanyaan yang Tak Terjawab

Kasus ini menguak kembali perdebatan lama soal lemahnya regulasi fertilitas di AS. Berbeda dengan banyak negara lain, Amerika Serikat belum memiliki undang-undang nasional yang melarang praktik semacam ini.

Salah satu anak biologis Peete, McKesson, mengaku mengalami krisis identitas setelah tahu asal-usulnya. Ia juga menderita kelainan genetik yang bisa diturunkan oleh ayah biologisnya. “Yang paling sulit diterima adalah mengetahui aku lahir dari kebohongan,” katanya.

Dari hasil penelusuran DNA publik, Peete diyakini memiliki sedikitnya 12 anak biologis di luar keluarga resminya, namun jumlah sebenarnya bisa lebih banyak. Kini, dengan 23andMe menghadapi kebangkrutan, peluang para korban menemukan saudara mereka semakin kecil.

Minim Regulasi, Minim Keadilan

Universitas Duke mengaku mengetahui adanya tindakan tidak etis pada masa awal program kesuburan mereka, tetapi menegaskan hal itu tak mungkin terjadi di masa kini. “Kami berkomitmen pada standar hukum dan etika tertinggi,” tulis pihak Duke Health dalam pernyataannya.

Namun bagi McKesson dan saudara-saudaranya, permintaan maaf saja tidak cukup. “Ini bukan hanya tentang masa lalu. Ini soal hak pasien untuk tahu kebenaran,” tegasnya.

Kasus Peete menambah daftar panjang dokter yang menyalahgunakan kepercayaan pasien dalam praktik fertilitas. Meski beberapa negara bagian AS telah melarang penipuan kesuburan, Carolina Utara, tempat Peete bekerja, belum memiliki hukum serupa. (CNN/Z-2)

Read Entire Article
Global Food