Peneliti Ungkap Cara Kera Bergerak: Bukti Baru Tahapan Awal Manusia Berdiri Tegak

4 hours ago 2
 Bukti Baru Tahapan Awal Manusia Berdiri Tegak Ardipithecus ramidus(Doc earth)

SEBUAH studi terbaru dari Washington University di St. Louis kembali menghidupkan perdebatan klasik tentang salah satu nenek moyang tertua manusia, Ardipithecus ramidus, atau “Ardi” makhluk berusia 4,4 juta tahun yang diduga menjadi jembatan antara kera dan manusia modern.

Fosil yang Ubah Pandangan Evolusi

Ardi hidup jauh sebelum “Lucy” (Australopithecus afarensis) dan memberi gambaran tentang masa ketika nenek moyang manusia masih terbagi antara hidup di pepohonan dan di tanah. Studi awal menyebutkan bahwa cara berjalan Ardi berbeda dari kera Afrika masa kini.

Dalam penelitian terbaru ini, para ilmuwan memusatkan perhatian pada tulang pergelangan kaki khususnya tulang talus dan kalkaneus lalu membandingkannya dengan milik kera, monyet, dan manusia purba.

Salah satu sudut penting, yang disebut “talar angle” atau sudut kemiringan sendi pergelangan kaki, mencapai 14,5°, tertinggi di antara seluruh fosil hominin yang pernah diteliti bahkan sejajar dengan kera besar seperti gorila dan bonobo.

Mereka juga menemukan alur tendon besar jari kaki (flexor hallucis longus) yang dalam serta permukaan sendi yang menonjol. Kombinasi ini membentuk “mosaik” anatomi: ciri khas kera untuk memanjat, berpadu dengan penyesuaian kecil yang membantu tubuh mendorong saat berjalan tegak.

Ciri-ciri tersebut menunjukkan pergelangan kaki yang kuat untuk memanjat, namun juga cukup kokoh untuk menopang tubuh saat berdiri dan berjalan di tanah.

Tahap Transisi Evolusi

Para peneliti juga menyinggung temuan lain dari Ethiopia yang menunjukkan sudut talus berbeda pada individu Ardipithecus lain menandakan adanya variasi alami yang kelak bisa disempurnakan oleh seleksi alam menuju cara berjalan dua kaki yang lebih efisien.

Ardi berada pada fase penting dalam evolusi: belum sepenuhnya makhluk darat, tapi juga tidak lagi sepenuhnya makhluk pohon. Tulang-tulangnya merekam gaya hidup di masa transisi.

“Salah satu hal yang mengejutkan dari temuan ini adalah Ardi ternyata berjalan tegak, namun masih menyimpan banyak ciri kera, termasuk kaki yang bisa mencengkeram,” ujar Thomas (Cody) Prang, asisten profesor antropologi biologi.

Menurut Prang, penelitian ini meluruskan pandangan lama yang terlalu memisahkan Ardi dari kera Afrika. Justru, anatominya memperlihatkan bahwa Ardi hidup di antara dua dunia satu kaki di pohon, satu lagi di tanah.

Evolusi dengan Jalan yang Sama

Menariknya, Ardi juga dibandingkan dengan monyet Dunia Baru dari keluarga Atelidae. Kedua kelompok ini ternyata mengembangkan kemampuan memanjat yang mirip, meski berevolusi secara terpisah contoh klasik evolusi konvergen, ketika alam “menemukan” solusi serupa untuk tantangan yang sama pada spesies yang berbeda.

Anatomi pergelangan kaki Ardi bukan hasil kebetulan. Ia berevolusi untuk menangani dua gaya hidup sekaligus: memanjat tegak dan berjalan dua kaki terbatas fondasi bagi evolusi manusia berikutnya.

Prang dan timnya menyimpulkan bahwa Ardi menunjukkan pola gerak seperti kera Afrika: gabungan antara memanjat vertikal dan berjalan dengan tumit menyentuh tanah.

“Dari analisis mereka, kami menyimpulkan bahwa kera Afrika masa kini seperti simpanse dan gorila lebih merupakan jalan buntu evolusi, bukan tahapan menuju manusia,” jelas Prang.

Temuan ini menantang pandangan lama bahwa manusia berevolusi dari nenek moyang yang sepenuhnya hidup di pohon. Sebaliknya, nenek moyang kita tampaknya berasal dari kera yang sudah mahir di dua dunia: pohon dan tanah.

“Tidak ada yang menyangkal pentingnya penemuan Ardi,” tambah Prang, “namun banyak ahli setuju bahwa interpretasi awalnya kemungkinan keliru. Penelitian ini memperbaiki pandangan yang terlalu jauh memisahkan Ardi dari simpanse dan gorila.”

Langkah Awal Menuju Manusia

Dengan pengukuran 3D dan analisis statistik, tim ini menelusuri bagaimana bentuk pergelangan kaki berevolusi di berbagai spesies. Mereka memang mengakui ada tumpang tindih bentuk antarhewan jadi tak satu pun ukuran bisa menjadi bukti mutlak perilaku tertentu.

Namun, bila semua petunjuk anatomi disatukan, gambaran yang muncul jelas: Ardi adalah pemanjat tegak yang mulai bereksperimen berjalan di tanah.

Temuan ini menggugurkan gagasan bahwa leluhur bersama antara manusia dan simpanse adalah makhluk penghuni pohon murni. Justru, data menunjukkan bahwa para hominin awal masih bergerak seperti kera Afrika, namun mulai mengambil langkah-langkah awal menuju bipedalisme.

Kesimpulannya, manusia tidak berevolusi langsung dari simpanse modern keduanya berbagi nenek moyang yang bergerak dengan cara mirip simpanse masa kini.

Pelajaran dari Ardi

Kisah Ardi mengingatkan bahwa evolusi tidak pernah berlangsung lurus. Ia berliku, berulang, dan sering kali memadukan bentuk lama dengan fungsi baru.

“Temuan ini sekaligus memicu perdebatan, tapi juga sejalan dengan dugaan awal para peneliti,” kata Prang menutup penjelasannya.

Melalui tulang-tulang kecil seperti milik Ardi, para ilmuwan perlahan menyusun jawaban atas pertanyaan tertua umat manusia: dari mana kita berasal.

Sumber: earth.com

Read Entire Article
Global Food