
DI balik pagar tinggi dan suasana asrama yang disiplin, MAN Insan Cendekia (IC) Ogan Komering Ilir (OKI) menyimpan kisah tentang perjuangan dan transformasi diri. Sekolah yang dijuluki sebagai “Sekolah Garuda Transformasi” ini bukan sekadar tempat menimba ilmu, tetapi juga ruang tumbuh bagi para remaja yang sedang mencari arti dari mimpi dan keteguhan diri, semangat pantang menyerah, dan cita-cita besar bagi generasi muda di Sumatera Selatan.
Bagi Ichsan Muhammad Fathir, siswa kelas XII Kesehatan Sosial, perjalanan menuju MAN IC OKI dimulai dari kesadaran bahwa hidup harus berubah.
“Dulu waktu SMP, aku belum terarah. Tapi suatu hari aku sadar, aku harus realistis dan mulai memilih jalan hidup sendiri,” kenang Ichsan.
Dorongan itu datang ketika kakaknya memperkenalkan sekolah bernama MAN Insan Cendekia. Tanpa tahu banyak, Ichsan memberanikan diri mendaftar. Setelah melewati masa bimbel panjang, doa, dan tes seleksi yang ketat, ia akhirnya diterima.
“Waktu lihat tulisan biru tanda lulus di website, aku langsung nangis. Rasanya antara nggak percaya dan bangga,” ujar Ichsan.
Namun di balik rasa bangga itu, ada perjuangan finansial dan emosional yang tidak mudah. Sebagai anak bungsu, Ichsan harus meyakinkan ibunya bahwa ia siap hidup jauh dari keluarga. Hari pertama di asrama menjadi titik balik hidupnya.
“Awalnya sepi banget. Tapi saat malam pertama kumpul bareng teman-teman, aku sadar, aku berada di tempat yang benar,” ujarnya.
Ichsan mengaku pernah berada di titik terendah ketika gagal menembus olimpiade biologi nasional, setelah dua tahun berjuang.
“Aku udah latihan tiap minggu, bahkan sampai malam. Tapi pas gagal, rasanya hancur banget,” ujar Ichsan lirih.
Namun kegagalan itu justru mengajarkannya tentang ketulusan dan kesabaran. “Dari situ aku belajar ikhlas. Aku sadar, mungkin Allah punya jalan lain. Aku mulai fokus memperbaiki nilai, belajar lebih keras, dan menyiapkan masa depan,” ujarnya
Kini, ia mantap menatap cita-citanya menjadi dokter, sebuah mimpi yang lahir dari kisah kehilangan ayahnya pada 2020.
Berbeda dengan Ichsan, Armeina Mujtahidah, siswi kelas XI Teknik, datang ke MAN IC OKI dengan perasaan gugup dan introver.
“Dulu aku pemalu banget. Tapi sejak di MAN IC, aku belajar ngajak ngobrol duluan. Aku jadi lebih berani,” ujar Armeina.
Armeina mengenang bagaimana kedua orang tuanya menemaninya sejak subuh menuju sekolah, dan bagaimana air mata perpisahan berubah menjadi tekad untuk mandiri.
“Waktu pertama tinggal di asrama, aku kaget. Biasanya semua dibantu ibu, sekarang semua harus sendiri. Tapi dari situ aku belajar tanggung jawab,” katanya.
Meski sempat kecewa karena gagal melanjutkan lomba lukis hingga babak final, semangatnya tak padam. Ia menemukan dukungan dari teman-teman yang membuatnya kuat.
“Mereka ngerti aku butuh waktu sendiri, tapi juga selalu nyemangatin. Itu yang bikin aku sadar, di sini aku nggak sendiri,” ungkap Armeina.
Kini Armeina mulai aktif berorganisasi dan meraih prestasi baru, seperti medali emas lomba riset.
“Aku dulu pendiam, sekarang bisa ngatur waktu, belajar disiplin, bahkan punya target kuliah ke luar negeri,” ungkap Armeina optimis.
Bagi para siswa seperti Ichsan dan Armeina, sekolah adalah rumah kedua tempat mereka belajar menjadi manusia seutuhnya. Di sanalah mereka belajar menghadapi kehilangan, merangkai mimpi, dan menemukan makna dari perjuangan.
“MAN IC itu tempat aku tumbuh. Dari teman, guru, sampai tantangannya, semuanya membentuk aku jadi diri yang baru. Di sini, kita bukan cuma diajari pintar. Tapi juga diajari gimana cara hidup,” tambah Armeina.
Kini, dengan terpilihnya MAN IC OKI sebagai Sekolah Garuda, peluang para siswanya untuk meraih cita-cita semakin terbuka lebar. Program ini menjadi jembatan bagi generasi muda daerah untuk menatap dunia yang lebih luas, termasuk kesempatan menimba ilmu di luar negeri.
“Sekolah ini bukan cuma mengubah cara kami belajar, tapi juga cara kami bermimpi,” tambah Ichsan dan Armeina penuh semangat.
Melalui semangat perubahan dan pembinaan karakter, Sekolah Garuda MAN IC OKI membuktikan sebagai kawah candradimuka bagi lahirnya generasi berprestasi yang siap menembus batas dari Ogan Komering Ilir untuk dunia. (H-2)