Euforia Satu Dekade The Papandayan Jazz Fest 2025, Kolaborsi Lintas Generasi

2 weeks ago 13
Euforia Satu Dekade The Papandayan Jazz Fest 2025, Kolaborsi Lintas Generasi Penampilan Restu VHT, Adifa & Tsaqib di Pasar Jazz.(ISTIMEWA)

SUASANA hangat dan penuh energi mewarnai The Papandayan Jazz Fest (TPJF) 2025 hari kedua.  

Mengusung semangat “A Culture Resonance”, rangkaian penampilan para musisi memperlihatkan betapa jazz mampu menjembatani generasi, budaya, dan gaya bermusik yang beragam.

Festival dimulai sejak siang dengan penampilan dari Monolomo dan Rattlesnake Brothers di Pasar Jazz, menghadirkan nuansa jazz progresif dan fusion yang menghidupkan awal hari.

Di TP Stage, sesi edukatif Masterclass bersama Barry Likumahuwa menjadi magnet tersendiri bagi pengunjung yang ingin memahami lebih dalam dinamika permainan bass dalam jazz modern.

Menjelang sore, atmosfer festival semakin semarak dengan penampilan Restu VHT, Adifa & Tsaqib di Pasar Jazz, serta Velourettes & The Cats ft. Elgi Megliner yang mengisi panggung TP Stage dengan warna jazz-pop segar.

Sementara di Mirten Stage, Trio Bae yang digawangi Barry Likumahuwa, Andre Dinuth, dan Echa Soemantri tampil memukau dengan permainan instrumen yang intens dan energik, disusul penampilan Bilal Indrajaya yang membawa nuansa soul hangat ke dalam suasana sore Bandung di Ron88 Stage - Hurubatu Grill Garden.

Suasana hangat terpancar di Suagi Ballroom yang menjadi pusat perhatian lewat penampilan Modulus & Spirit dan Bandung Jazz Orchestra. Mereka mempersembahkan harmoni orkestra jazz yang megah dan elegan.

Malam hari diisi dengan deretan kolaborasi lintas generasi yang memikat: Yuyun George & Jazzmint Band ft. Baby Watthimea di TP Stage, dan penampilan memikat dari The Sisters (Imelda Rosalin, Arina Mocca, Dee Lestari) di Mirten Stage, serta Dwiki Dharmawan ft. Rimar, yang menghadirkan kemegahan musikal dengan komposisi bernuansa etnik dan eksperimental di Ron88 Stage.

Menjelang malam, pengunjung menikmati energi segar dari HIVI! dan Afgan di Suagi Ballroom, menghadirkan kombinasi pop dan jazz yang memikat penonton muda.

Tak kalah menarik, Brury Effendy Project di TP Stage dan Moka: Angklung Toel by Daramariza di Tropical Garden membawa sentuhan lokal yang kental dengan inovasi musik tradisi. Esensi jazz dibawakan apik oleh PFG & The Groove Syndicate di Mirten Stage.

Beberapa panggung menjadi tempat ledakan energi malam hari dengan penampilan DJ with Kol di Pasar Jazz, dan Iwa K di Ron88 Stage, yang menutup malam dengan lagu-lagu up-beat penuh semangat.

Sebagai tradisi, malam ditutup dengan TPJF Jam Session Band, mempertemukan berbagai musisi dari panggung berbeda dalam satu ruang improvisasi bebas, simbol dari semangat kolaborasi yang menjadi jiwa TPJF sejak awal berdirinya.


Wali kota menonton


Wali Kota Bandung Muhammad Farhan turut menikmati penampilan musisi di hari kedua TPJF ini. “Saya menjadi penonton The Papandayan Jazz Fest sejak 2017. TPJF ini bukan sekadar festival musik, tetapi simbol harapan," tuturnya.

Jazz di Bandung, lanjut dia, punya ekosistem dan talenta yang layak bersaing di tingkat dunia. Seperti Joey Alexander dan Indra Lesmana, Bandung juga memiliki musisi kelas dunia seperti Dwiki Dharmawan.

"Saya bangga bahwa Pemerintah Kota Bandung tahun ini memberikan penghargaan langsung kepada para pelaku dan penggagas TPJF, karena keberhasilan membangun festival yang bertahan selama satu dekade adalah prestasi yang luar biasa dan layak dihargai,” tandasnya.

Hari kedua TPJF 2025 menutup akhir pekan dengan penuh warna —mempersatukan berbagai gaya, generasi, dan budaya dalam satu harmoni yang indah yang menggambarkan esensi sejati dari A Culture Resonance.

Read Entire Article
Global Food