Barang Impor Penuhi Pasar Domestik, Industri Nasional dalam Bahaya

6 hours ago 2
 Barang Impor Penuhi Pasar Domestik, Industri Nasional dalam Bahaya Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Ilham Akbar Habibie(MI/Insi Nantika Jelita)

Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Ilham Akbar Habibie mengingatkan Indonesia tengah menghadapi ancaman serius berupa tsunami barang impor. Dia menjelaskan tingginya tarif impor yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah negara, terutama Tiongkok, telah memicu peralihan perdagangan global (trade diversion).

Barang-barang yang sebelumnya ditujukan ke pasar AS kini mencari tujuan ekspor alternatif, dan Indonesia menjadi salah satu sasaran utama. Akibatnya, pasar domestik mulai dibanjiri produk impor, terutama dari negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara.

"Kita harus kita siap-siap dengan adanya perang tarif membawa tsunami barang masuk ke Indonesia. Ini yang harus kita dibendung," ujar Ilham di sela acara Seminar Nasional Outlook Industrialisasi Indonesia pada tanggal 5 Juli 2025 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang, Sabtu (5/7).

Dia menjelaskan ekspor Tiongkok ke Amerika Serikat sebelumnya mencapai sekitar 35% dari total ekspor mereka. Ketika pasar tersebut menyempit karena tarif, produk-produk itu kemudian mengalir deras ke negara-negara seperti Indonesia.

Menurut Ilham, selama ini Indonesia juga menghadapi ketergantungan berlebih terhadap barang impor yang membuat negara ini rentan terhadap guncangan eksternal seperti perang dagang.

"Sebenarnya, limpahan produk impor sudah terjadi. Hal ini karena ketergantungan kita dengan hal-hal impor itu kadang berlebih," tudingnya.

Kepala Badan Riset dan Teknologi Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) itu menegaskan pentingnya kewaspadaan terhadap fenomena limpahan barang impor. Jika tidak ditangani secara serius, ia menekankan gelombang impor ini berpotensi menimbulkan dampak merugikan. Salah satunya dapat melumpuhkan industri dalam negeri secara ekstrem, terutama di sektor tekstil.

"Sektor ini mengalami gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam jumlah besar. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin sektor industri lainnya akan mengalami tekanan serupa," ujarnya.

Ilham menegaskan untuk menghadapi situasi ini, Indonesia harus memperkuat kekuatan nasional. Dia tidak menyerukan autarki, tetapi menekankan pentingnya meningkatkan daya saing industri dalam negeri.

"Kita tidak harus membuat semuanya sendiri, tapi kita harus lebih tajam dalam melihat kekuatan kita, daya saing kita. Serta, mulai lebih banyak mengandalkan barang kita," ucapnya.

Selain daya saing industri, peran pemerintah juga sangat krusial. Ilham mengingatkan bahwa sebagian barang impor yang membanjiri pasar diduga masuk secara tidak legal, dan ini perlu ditindak tegas melalui regulasi yang lebih optimal.

Putra sulung Presiden ke-3 Republik Indonesia BJ Habibie itu juga menyoroti pentingnya penyesuaian kebijakan, termasuk standar tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang kerap mengalami pelonggaran demi mengakomodasi kepentingan luar negeri.

"Kita memang harus bisa bernegosiasi, ada kalanya kita perlu melonggarkan aturan, tapi jangan sampai terlalu longgar hingga merugikan diri sendiri," tegasnya. (E-3)

Read Entire Article
Global Food