
Bank Mandiri dan Ceria Nugraha Indotama (Ceria Corp) memperkuat sinergi hilirisasi lewat ekspor perdana Low-Carbon Ferronickel (FeNi) dari smelter Merah Putih di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Ekspor telah dilakukan secara simbolik dengan 10 kontainer dari total volume shipment pertama sejumlah 65 kontainer ke pasar Asia.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengungkapkan langkah tersebut merupakan wujud nyata dari komitmen perusahaan dalam mendukung percepatan agenda hilirisasi dan transisi energi. Menurut dia, peran sektor keuangan tak hanya sebatas penyedia dana, namun juga mitra strategis yang mampu mengakselerasi pertumbuhan industri bernilai tambah.
“Sinergi yang kami bangun dengan Ceria menjadi contoh konkret bagaimana akselerasi ekonomi dapat diwujudkan melalui kolaborasi antara sektor perbankan dan industri dalam negeri,” ujar Darmawan melalui keterangan tertulis, Sabtu (5/7).
Proyek ekspor ini berasal dari fasilitas pengolahan nikel Smelter Rectangular Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) Line I milik Ceria, yang telah ditetapkan sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) sekaligus Objek Vital Nasional (Obvitnas). Ini merupakan produk Green Nickel dengan kapasitas produksi 72 MVA yang mengandung 63.200 ton ferronickel dengan kadar 22% atau setara dengan 13.900 ton logam nikel per tahun.
Produk feronikel yang dikirimkan telah memenuhi standar keberlanjutan, dibuktikan melalui kepemilikan Renewable Energy Certificate (REC) yang diterbitkan oleh PT PLN (Persero). Seluruh rantai produksi dalam proyek juga telah menggunakan energi bersih.
Dari sisi industri, CEO Ceria Corp Derian Sakmiwata menyampaikan kehadiran perbankan nasional sebagai mitra pembiayaan turut memberikan dorongan moral untuk menjaga arah pembangunan industri yang berkelanjutan. Lebih lanjut, Ceria tengah menyiapkan ekspansi pengembangan melalui pembangunan Smelter RKEF Line II dan fasilitas High-Pressure Acid Leaching (HPAL) Line I.
Proyek ini ditargetkan untuk memperkuat peran Indonesia dalam rantai pasok global baterai kendaraan listrik (EV). Target jangka panjang Ceria adalah meningkatkan kapasitas produksi hingga 252.800 ton ferronickel per tahun, atau setara dengan 55.600 ton logam nikel dari 4 jalur smelter RKEF dan 293.200 ton MHP dari 2 fase pabrik HPAL, yang mengandung 110.940 ton logam nikel dan 11.400 ton logam cobalt.
“Dengan dukungan yang berkelanjutan dari sektor keuangan nasional, kami optimistis bahwa Indonesia akan memainkan peran sentral dalam industri baterai global. Sinergi seperti ini menjadi pilar utama bagi kemajuan sektor energi baru terbarukan dan hilirisasi,” tutur Derian. (Ant/E-3)