Temuan Awal Studi AASH Tunjukkan Kesehatan Mental Ibu Pengaruhi Perkembangan Anak

3 weeks ago 14
Temuan Awal Studi AASH Tunjukkan Kesehatan Mental Ibu Pengaruhi Perkembangan Anak Dr. Umi Fahmida(Dok SEAMEO REFCON)

HASIL temuan awal dari studi Action Against Stunting Hub (AASH) yang dilakukan di Lombok Timur menunjukkan kesehatan mental ibu memengaruhi perkembangan anak.

“Anak dari ibu dengan tanpa gangguan mental umum memiliki skor kognitif, kemampuan bahasa, dan perkembangan motorik lebih tinggi dibandingkan anak dari ibu dengan gangguan mental umum,” ujar Ketua Tim Peneliti Komponen Kognitif, Dr Risatianti Kolopaking, Psikolog pada penyampaian hasil temuan awal studi AASH Indonesia di Jakarta, Kamis (13/2).
 
Gangguan mental umum meliputi gejala kecemasan dan depresi ringan hingga sedang. Gangguan mental umum biasanya bersifat jangka pendek dan dapat diobati dengan intervensi dasar.  
 
“Kesehatan mental ibu secara signifikan memengaruhi perkembangan kognitif, komunikasi ekspresif, dan motorik anak usia dini,” jelas dia.

Perlu upaya, untuk mendukung kesehatan mental ibu melalui pemantauan dini, layanan kesehatan mental, dan konseling agar dapat memaksimalkan perkembangan anak.  Program manajemen stres dan kesejahteraan mental ibu dapat memperkuat pencapaian perkembangan anak secara signifikan.

Diseminasi hasil temuan awal tersebut dibuka oleh Direktur SEAMEO RECFON Dr.dr.Herqutanto. MPH., MARS., Sp.KKLP, Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Universitas Indonesia Prof. Dr. Hamdi Muluk, M.S, dan Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Keluarga dan Kependudukan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Woro Srihastuti Sulistyaningrum, ST., MIDS.

Whole Child Approach

AASH merupakan studi interdisiplin yang bertujuan menyusun tipologi stunting melalui pendekatan anak secara utuh atau "whole child approach". Penelitian itu dilaksanakan pada 2019-2024 di tiga negara yakni India, Indonesia dan Senegal. 

Untuk Indonesia, penelitian tersebut diselenggarakan di Lombok Timur. Studi AASH yang didanai oleh United Kingdom Research and Innovation-Global Challenges Research Fund (UKRI-GCRF) tersebut bertujuan untuk mempercepat upaya penurunan stunting melalui pendekatan anak secara utuh.
 
AASH Indonesia dikoordinasikan oleh SEAMEO Regional Center for Food and Nutrition (RECFON) – Pusat Gizi Regional Universitas Indonesia (PKGR UI). Studi itu terdiri dari observasi kohort ibu hamil yang dilanjutkan hingga anak mereka berusia 24 bulan, studi kasus kontrol untuk membandingkan anak stunted dan tidak stunted, dan studi intervensi menggunakan telur sebagai makanan tambahan untuk mengetahui efektivitas peningkatan kualitas asupan selama kehamilan terhadap epigenetik dan stunting pada bayi. Studi AASH juga memantau lingkungan pembelajaran di satuan PAUD dan kakak dari bayi kohor, serta asesmen rantai nilai pangan.
 
Selama periode tersebut, berbagai pengumpulan data dilakukan berdasarkan pendekatan anak secara utuh. Pertama profil asupan dan status gizi, epigenetik, genetik dari anak dan kedua orang tua, serta kesehatan saluran cerna (komponen fisik). 

Kedua, perkembangan anak meliputi proses berpikir, kemampuan bahasa dan motorik, kesiapan belajar, serta asuhan psikososial (komponen kognitif). Ketiga, lingkungan belajar anak usia dini (komponen pendidikan). 

Keempat, lingkungan pangan termasuk WASH, keamanan pangan dan rantai nilai pangan dari makanan padat gizi (komponen pangan). Pengumpulan data dilakukan di beberapa tahapan pada 1.000 hari pertama kehidupan yakni masa kehamilan, menyusui dan periode makanan pendamping ASI.
 
Temuan awal dari komponen pendidikan, menunjukkan kualitas guru PAUD sangat berpengaruh pada lingkungan pembelajaran yang berkualitas. Guru yang memiliki latar belakang sarjana terutama lulusan PAUD, mampu menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna.

Studi juga menemukan bahwa selenium memiliki peran penting dalam pertumbuhan anak, tetapi seringkali tidak cukup diperhatikan dalam intervensi gizi. Inflamasi sistemik dan pada usus berdampak pada pertumbuhan anak dengan mengganggu hormon pertumbuhan. 

Sementara, epigenetik dapat memprediksi risiko stunting, terutama pada anak perempuan. Selanjutnya, kecepatan pertumbuhan tertinggi anak pada usia 3 bulan (saat ASI eksklusif) dan dan mulai melambat saat periode pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI).

AASH Indonesia dikoordinasikan oleh SEAMEO Regional Center for Food and Nutrition (RECFON) – Pusat Kajian Gizi Regional Universitas Indonesia (PKGR UI) dengan Country Lead Dr. Umi Fahmida, peneliti senior SEAMEO RECFON yang juga dosen Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Dr. Umi Fahmida mengatakan hasil temuan awal studi ini dapat dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan stunting. (H-2)

Read Entire Article
Global Food