Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti dengan berbahasa Indonesia menyuarakan pesan perdamaian dari Samarkand, Uzbekistan.(MI/Abdul Kohar)
                            PENGAKUAN UNESCO terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa ke-10 yang digunakan dalam sidang-sidang organisasi tersebut menjadi momentum bersejarah bagi bangsa Indonesia.
Selasa (4/11), untuk pertama kalinya Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti menyampaikan pidato dalam sidang UNESCO menggunakan bahasa Indonesia.
“Ini merupakan langkah yang semakin meyakinkan kita untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa dunia yang ditargetkan pada tahun 2045 akan menjadi salah satu dari bahasa di Perserikatan Bangsa-Bangsa,” ujar Abdul Mu’ti, Selasa (4/11).
Saat ini, program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) telah hadir di 57 negara di dunia, salah satunya di Uzbekistan. Menurut Mu'ti, peran perwakilan Indonesia di luar negeri, termasuk di Prancis dan Uzbekistan, sangat besar dalam memperluas pembelajaran bahasa Indonesia.
Abdul Mu’ti juga menyebut dukungan Presiden Prabowo Subianto dalam upaya internasionalisasi bahasa Indonesia. “Bahasa bukan sekadar alat komunikasi, tapi juga bagian dari memperkenalkan budaya dan peradaban Indonesia ke kancah dunia,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa momentum ini harus membuat masyarakat Indonesia semakin bangga dan semakin mahir berbahasa Indonesia. “Tadi saya juga pertama kali membaca pantun di forum dunia, yang merupakan kekayaan budaya kita yang telah diakui UNESCO,” kata Abdul Mu’ti.
Dukungan dari Uzbekistan dan Prancis
Duta Besar Indonesia untuk Uzbekistan Siti Ruhaubi Dzuhayatin menyebut bahwa pengakuan UNESCO tersebut menjadi hadiah istimewa dalam peringatan Sumpah Pemuda tahun 2025. Ia mengatakan, ada tiga universitas di Uzbekistan yang telah menjadikan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa asing yang diajarkan, yakni Uzbek State University of World Languages, Tashkent State University, dan University of Zip Road.
“Kami akan terus mempromosikan bahasa Indonesia di Uzbekistan sejalan dengan semakin kuatnya hubungan kedua negara melalui investasi, pariwisata, dan pertukaran budaya,” kata Siti Ruhaubi.
Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk Prancis Mohamad Oemar menjelaskan bahwa pelaksanaan BIPA di Paris telah berjalan lebih dari lima tahun. “Setiap semester ada sekitar 120 hingga 150 siswa yang belajar bahasa Indonesia, mulai dari tingkat dasar, menengah, hingga lanjut,” ujarnya.
Kelas Bahasa Indonesia untuk Bisnis di Prancis
Yang menarik, kata Oemar, di Paris kini tersedia kelas bahasa Indonesia khusus untuk bisnis. “Ini cukup menarik banyak warga Prancis dan negara-negara Frankofon lainnya seperti Belgia dan beberapa negara Afrika. Kursusnya gratis dan dilaksanakan secara daring,” tuturnya.
Oemar menyebut bahwa alumni kursus tersebut terus bertambah setiap tahun. Menurutnya, pembelajaran bahasa Indonesia tidak hanya bermanfaat bagi peserta kursus, tetapi juga mempererat hubungan antarbangsa. “Ini interkoneksi antara bahasa, budaya, dan perdagangan. Banyak peserta yang mengikuti kursus karena bekerja di perusahaan yang berhubungan dengan Indonesia atau ingin berbisnis di sini,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa dampak dari perluasan pembelajaran bahasa Indonesia akan semakin terasa. “Multiplier effect-nya sangat besar. Dari budaya, people to people contact, hingga penguatan rasa memiliki atas budaya Indonesia dan pengetahuan tentang Indonesia,” kata Oemar. (Ata/I-1)

                        7 hours ago
                                4
                    















































