
BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat Provinsi Jawa Barat (Jabar), merupakan daerah dengan lokalisasi prostitusi terbanyak di Indonesia. Hal ini pun akan ditindaklanjuti oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar.
“Temuan BPS ini akan ditindaklanjuti dengan mencari solusi agar angkanya bisa diminimalisasi. Itu terkait lapangan pekerjaan. Nanti kami koordinasikan dengan Dinas Pendidikan (Disdik) untuk pendidikannya, juga Disnakertrans. Itu kan masalah ekonomi, keuangan. Harusnya memang sudah diarahkan sejak awal, bagaimana mencari penghasilan dengan cara yang baik,” terang Pj Gubernur Jabar Bey Machmudin, Minggu (16/2).
Menurut Bey, untuk mengatasi masalah sosial ini tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi harus ada kolaborasi dengan instansi lainnya.
Pemprov juga akan mengoordinasikan dengan Kanwil Agama, Disnakertrans Jabar, KUK, dan juga DP3AKB. Terlebih, ada sekolah perempuan di wilayah tersebut sehingga nantinya para PSK bisa dibina agar mencari penghasilan dengan cara yang baik.
Banyaknya lokalisasi PSK di Jabar ternyata berbanding lurus dengan tingginya angka kasus HIV di Provinsi Jabar. Data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar mencatat jumlah data pasien penderita HIV/AIDS di Jabar pada 2023 tercatat 9.710, penderita perempuan ada 2.464 dan ibu hamil 560 orang.
Pada 2024, kasus HIV mencapai 8.886 orang, penderita perempuan 2.121 orang, untuk ibu hamil mencapai 275 orang.
“Permasalahan HIV/AIDS ini juga harus diselesaikan. Dinkes diharapkan dapat lebih proaktif melakukan pencegahan. Biar Dinkes koordinasikan dengan kota/kabupaten, supaya mengedukasi ke masyarakat pencegahannya, bagi yang sudah terkena sudah ada obat. Dengan kesadaran mereka memeriksakan Kesehatan,” papar Bey.
Penyebab Banyaknya Lokalisasi Prositusi di Jabar
Menyikapi hal ini, sosiolog dari Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Garlika Martanegara, menyebut urbanisasi menjadi salah satu faktor Jabar menempati urutan pertama sebagai daerah dengan tempat prostitusi terbanyak di Indonesia.
Jabar merupakan daerah dengan penduduk sekitar 50 juta jiwa. Banyak masyarakat dari daerah dengan modal nekat atau tanpa keahlian, merantau ke perkotaan untuk mencari pekerjaan.
“Kalaupun mendapat pekerjaan, ya sebagai pekerja kasar atau misalnya menjadi Asisten Rumah Tangga (ART) dan lain-lain. Mencari pekerjaan di kota besar dengan modal keahlian pun, belum tentu berhasil karena persainganya ketat,” terang Garlika.
Menurut Garlika, alasan seseorang menjadi PSK itu ada dua. Pertama, desakan ekonomi dan kedua, faktor sosial, baik itu putus asa ataupun pernah disakiti pria. Tapi yang utama memang ekonomi. Namun, hal yang paling parah adalah sekalipun ekonominya sudah lumayan meningkat, mereka agak sulit berpindah ke pekerjaan yang lain.
Sebelumnya, BPS Jabar mencatat ada 79 desa/kelurahan di Jabar yang menjadi lokasi prostitusi Desa-desa itu tersebar di 19 kabupaten/kota dengan lokasi terbanyak berada di Kabupaten Bekasi yakni 17 lokasi, Kabupaten Indramayu 13 lokasi, dan Kabupaten Subang 7 lokasi.
Selain Jabar, ada 14 provinsi lain yang memiliki tempat PSK mangkal. Di urutan kedua ada Provinsi Jawa Timur dengan 70 lokasi, Jawa Tengah 55 lokasi, Sumatra Utara 37 lokasi, Kalimantan Timur 28 lokasi, Sumatra Selatan 28 lokasi, Kalimantan Barat 25 lokasi, Riau 25 lokasi, Banten 21 lokasi, Maluku Utara 18 lokasi, Sulawesi Tengah 18 lokasi, Kalimantan Tengah 17 lokasi, Lampung 16 lokasi, Kepulauan Riau 14 lokasi, dan Sumatra Barat 13 lokasi. (AN/E-4)