
LEMBAGA pemeringkat kredit internasional, Fitch Ratings, kembali mempertahankan peringkat Issuer Default Rating (IDR) Mata Uang Asing Jangka Panjang Indonesia pada level 'BBB' dengan outlook stabil.
Meski demikian, di tengah prospek pertumbuhan ekonomi yang tetap kuat, Indonesia mendapat sejumlah tantangan fiskal yang dapat memengaruhi stabilitas ekonomi dalam jangka menengah.
Dalam laporannya, Fitch menilai Indonesia memiliki prospek pertumbuhan yang solid dengan PDB riil diproyeksikan tumbuh 5,0% pada 2025, lebih tinggi dibandingkan median negara-negara dengan peringkat 'BBB' yang hanya 3,3%. Faktor utama yang menopang pertumbuhan adalah permintaan domestik yang kuat, belanja sosial, serta proyek infrastruktur pemerintah.
Namun Fitch menyoroti target pertumbuhan ekonomi 8% pada 2029 yang dicanangkan pemerintah masih terlihat menantang tanpa reformasi struktural yang lebih signifikan.
"Kebijakan seperti program makanan gratis, hilirisasi industri, dan ekspansi manufaktur kendaraan listrik dapat mendukung pertumbuhan, tetapi efektivitas implementasinya masih harus diuji," demikian petikan laporan Fitch dikutip pada Rabu (12/3).
Selain itu, penerimaan negara yang masih rendah menjadi salah satu kelemahan struktural yang membatasi ruang fiskal Indonesia. Fitch memperkirakan rasio pendapatan pemerintah terhadap PDB hanya akan mencapai 14,3% pada 2025-2026, jauh di bawah rata-rata negara dalam kategori 'BBB' yang berada di 21,2%.
Pembatalan penaikan tarif PPN sebesar 1 poin persentase juga diperkirakan berkontribusi pada hilangnya pendapatan sebesar 0,3% dari PDB.
Dalam laporan yang sama, Fitch juga memperingatkan potensi peningkatan defisit transaksi berjalan menjadi 1,3% dari PDB pada 2025, naik dari 0,6% pada 2024. Tekanan eksternal seperti melemahnya permintaan dari Tiongkok dan meningkatnya tarif perdagangan AS dapat berdampak negatif pada ekspor Indonesia.
Meski demikian, Fitch mencatat bahwa cadangan devisa Indonesia tetap kuat, mencapai US$154,5 miliar pada Februari 2025, setara dengan 5,6 bulan pembayaran transaksi berjalan.
Fitch juga menyoroti dampak BPI Danantara yang baru diluncurkan pada Februari 2025. Pasalnya, pemerintah berencana menggunakan investasi badan baru itu untuk mendukung proyek strategis, termasuk hilirisasi industri dan energi terbarukan.
Namun, Fitch memperingatkan, mekanisme pembiayaan melalui Danantara atau BUMN di bawahnya dapat meningkatkan risiko kewajiban kontijensi terhadap neraca keuangan negara.
Dari sisi kebijakan moneter, Fitch memperkirakan Bank Indonesia akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 5,25% pada akhir 2025, setelah pemangkasan 25 basis poin pada Januari. Tekanan inflasi tetap terkendali, dengan proyeksi inflasi utama sebesar 2,7% pada akhir 2025, masih dalam target resmi 2,5% plus minus 1%.
Dengan berbagai tantangan dan peluang tersebut, Fitch menilai stabilitas ekonomi Indonesia masih bergantung pada kemampuan pemerintah dalam meningkatkan pendapatan negara, mengelola defisit fiskal, dan mempertahankan daya saing ekspor.
Jika upaya reformasi fiskal dan struktural berhasil, peringkat kredit Indonesia berpotensi naik. Namun, jika tekanan fiskal meningkat dan cadangan devisa melemah, peringkat kredit bisa terancam turun. (Mir/E-1)