SELULAR.ID – Berpikir ingin menuliskan sesuatu, kemudian menghasilkan sebuah tulisan melalui teknologi canggih, bukanlah hal mustahil. Pada 2017, saat Facebook belum menginduk kepada Meta, perusahaan milik Mark Zuckerberg itu bermimpi menciptakan alat yang memungkinkan seseorang mengetik hanya dengan mengandalkan pikiran.
Dalam era perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI), Meta terus melakukan uji coba untuk meningkatkan angka keberhasilan penelitian tersebut. ‘AI brain typing Meta’ menjadi salah satu teknologi yang paling diandalkan dalam mewujudkan ambisi menghasilkan ketikan huruf hanya dengan mengandalkan pikiran.
Menggunakan kombinasi teknologi AI canggih dan ilmu saraf, AI brain typing bekerja dengan menganalisis aktivitas otak dan memprediksi huruf yang sedang dipikirkan seseorang. Namun, sistem ini bergantung pada perangkat raksasa yang sangat mahal dan hanya bisa digunakan dalam kondisi laboratorium yang dikontrol dengan ketat. Tentu saja, saat ini, teknologi tersebut masih memiliki banyak kendala.
Cara Kerja AI Brain Typing Meta
Dalam pemberitaan MIT Technology Review, AI brain typing Meta menggunakan mesin magnetoencephalography (MEG). Itu adalah sebuah pemindai otak khusus yang menangkap sinyal magnetik halus dari aktivitas otak. Mesin ini sangat besar dan sensitif, sehingga harus ditempatkan di ruangan khusus yang terlindung dari gangguan medan magnet bumi.
Meta melatih AI bernama Brain2Qwerty, yang dapat mengenali pola aktivitas otak dan mencocokkannya dengan huruf-huruf yang diketik seseorang dengan pikiran mereka. Dalam eksperimen yang melibatkan 35 relawan di Spanyol, setiap peserta menghabiskan sekira 20 jam di dalam pemindai, mengetik kalimat sambil otaknya dipantau oleh AI. Bukan waktu yang sebentar untuk sebuah penelitian yang sangat berharga.
Hasilnya cukup mengesankan. AI bisa menebak huruf yang sedang dipikirkan dengan tingkat akurasi 80 persen. Namun, dibalik hasil yang mengesankan itu, ada biaya mahal yang harus ditelan dalam penelitian. Mesin MEG berbobot 500 kg, dengan harga $2 juta. Harga yang tidak murah jika digunakan untuk penggunaan pribadi saat ini.
Bahkan, dalam menggunakan mesin MEG, seseorang yang sedang diteliti juga harus banyak diam dan tenang. Pasalnya, sedikit gerakan justru membuat sinyal otak menjadi sulit dibaca. Dalam keberhasilannya dengan tingkat akurasi 80 persen, masih ada angka kegagalan 20 persen yang patut dipertimbangkan. Setidaknya, sering kali kesalahan menebak huruf yang dihasilkan otak, mencapai 32 persen.
Tim riset Meta, yang dipimpin oleh Jean-Rémi King, sebenarnya tidak berfokus pada membuat produk komersial, melainkan ingin lebih memahami bagaimana otak manusia memproses bahasa. Wawasan ini bisa membantu mengembangkan AI yang lebih canggih, seperti chatbot dan model bahasa.
Meskipun AI Meta belum siap untuk dunia nyata, teknologi antarmuka otak-komputer atau Brain Computer Interface (BCI), kini justru berkembang pesat. Beberapa sistem paling canggih saat ini menggunakan elektroda yang ditanam di otak, memungkinkan pasien lumpuh bisa mengendalikan komputer atau bahkan “berbicara” melalui suara sintetis.
Perusahaan seperti Neuralink milik Elon Musk, sedang mengembangkan implan otak yang berpotensi mengembalikan fungsi komunikasi dan gerakan bagi penyandang disabilitas. Sementara itu, Meta lebih fokus pada metode non-invasif atau metoda tanpa operasi, tetapi masih butuh waktu lama sebelum teknologi ini bisa digunakan secara praktis.
AI brain typing Meta diharapkan terus bertahan di laboratorium penelitian untuk keseriusan menghasilkan teknologi mutakhir yang bisa mengubah kehidupan. Tak dipungkiri, 2025, Meta menanamkan modal yang fantastis hingga $65 miliar untuk membangun infrastruktur dan mengembangkan AI di masa depan. (***)
Baca Juga: Ikuti Jejak Microsoft, Meta Juga Lakukan PHK