100 Kata Konotatif dan Contohnya: Makna Tersirat yang Menarik

2 weeks ago 10
 Makna Tersirat yang Menarik Ilustrasi(Instagram)

Kata konotatif adalah kata yang memiliki makna tersirat atau emosional di luar makna aslinya. Kata ini sering digunakan untuk memperkaya bahasa, baik dalam tulisan maupun percakapan. Artikel ini menyajikan 100 kata konotatif lengkap dengan contohnya agar mudah dipahami, terutama untuk pelajar kelas 7-8. Yuk, pelajari daftarnya!

Apa Itu Kata Konotatif?

Kata konotatif berbeda dengan kata denotatif yang bermakna harfiah. Kata konotatif mengandung perasaan, emosi, atau asosiasi tertentu. Misalnya, kata "rumah" secara denotatif berarti tempat tinggal, tapi secara konotatif bisa bermakna "kehangatan keluarga". Berikut adalah daftar 100 kata konotatif beserta contoh penggunaannya.

Daftar 100 Kata Konotatif dan Contohnya

  1. Anak emas: Anak kesayangan. Contoh: Dia adalah anak emas di keluarganya.
  2. Angin sepoi-sepoi: Suasana nyaman. Contoh: Angin sepoi-sepoi membuatku rileks.
  3. Api cinta: Gairah cinta. Contoh: Api cinta mereka masih membara.
  4. Batu hati: Keras kepala. Contoh: Dia batu hati, sulit dinasihati.
  5. Berdarah dingin: Kejam. Contoh: Pembunuh itu berdarah dingin.
  6. Bermuka dua: Munafik. Contoh: Jangan percaya, dia bermuka dua.
  7. Besar kepala: Sombong. Contoh: Dia besar kepala setelah menang lomba.
  8. Bintang kelas: Siswa berprestasi. Contoh: Ani adalah bintang kelas kita.
  9. Buah hati: Anak tercinta. Contoh: Buah hatinya baru masuk sekolah.
  10. Buah tangan: Oleh-oleh. Contoh: Ia membawa buah tangan dari Bali.
  11. Bunga desa: Gadis cantik. Contoh: Dia dikenal sebagai bunga desa.
  12. Cahaya mata: Anak kesayangan. Contoh: Cahaya matanya selalu ceria.
  13. Cuci mata: Menyegarkan pandangan. Contoh: Aku ke pantai untuk cuci mata.
  14. Darahan biru: Bangsawan. Contoh: Ia keturunan darah biru.
  15. Emas muda: Gadis remaja. Contoh: Emas muda itu berbakat menari.
  16. Gulung tikar: Bangkrut. Contoh: Usahanya gulung tikar tahun ini.
  17. Hati nurani: Perasaan batin. Contoh: Hati nuraninya menolak berbohong.
  18. Hati kecil: Firasat. Contoh: Hati kecilku merasa tak enak.
  19. Jago merah: Api kebakaran. Contoh: Jago merah melahap rumah itu.
  20. Kamera mata: Penglihatan. Contoh: Kamera mataku menangkap pemandangan indah.
  21. Kepala batu: Keras kepala. Contoh: Dia kepala batu, tak mau mendengar.
  22. Kepala dingin: Tenang. Contoh: Hadapi masalah dengan kepala dingin.
  23. Kulit badak: Tidak peka. Contoh: Dia berkulit badak, tak peduli cercaan.
  24. Lidah api: Kobaran api. Contoh: Lidah api menyala di perapian.
  25. Makan hati: Kecewa. Contoh: Perkataannya membuatku makan hati.
  26. Mata air: Sumber air. Contoh: Mata air ini jernih sekali.
  27. Mata hati: Perasaan batin. Contoh: Lihat dengan mata hatimu.
  28. Muka tembok: Tidak tahu malu. Contoh: Dia muka tembok, berbohong terus.
  29. Panjang tangan: Suka mencuri. Contoh: Hati-hati, dia panjang tangan.
  30. Raja sehari: Pengantin. Contoh: Dia jadi raja sehari di pesta itu.
  31. Ringan tangan: Suka menolong. Contoh: Ibu ringan tangan membantu tetangga.
  32. Tangan besi: Keras, tegas. Contoh: Pemimpin itu bertangan besi.
  33. Tangan kanan: Orang kepercayaan. Contoh: Dia tangan kanan bosnya.
  34. Telinga tipis: Mudah tersinggung. Contoh: Jangan bercanda, dia telinga tipis.
  35. Anak bawang: Anggota kecil. Contoh: Dia hanya anak bawang di tim ini.
  36. Besar hati: Bangga. Contoh: Aku besar hati dengan prestasimu.
  37. Bunga tidur: Mimpi. Contoh: Itu hanya bunga tidur, jangan takut.
  38. Cabut nyawa: Membunuh. Contoh: Penyakit itu hampir cabut nyawanya.
  39. Dua mata pisau: Dampak ganda. Contoh: Teknologi adalah dua mata pisau.
  40. Hati baja: Kuat mental. Contoh: Dia berhati baja menghadapi cobaan.
  41. Kaki tangan: Bawahan. Contoh: Dia kaki tangan penutup kasus itu.
  42. Kamera hati: Intuisi. Contoh: Kamera hatiku bilang dia jujur.
  43. Kepala angin: Tidak serius. Contoh: Dia kepala angin, sulit dipercaya.
  44. Lidah emas: Pandai bicara. Contoh: Dia berlidah emas, semua terpikat.
  45. Mata elang: Penglihatan tajam. Contoh: Polisi itu bermata elang.
  46. Mulut besar: Suka membual. Contoh: Jangan dengar dia, mulut besar.
  47. Naik darah: Marah. Contoh: Dia naik darah mendengar fitnah itu.
  48. Panas hati: Iri atau marah. Contoh: Aku panas hati melihatnya menang.
  49. Patah hati: Kecewa cinta. Contoh: Dia patah hati setelah putus.
  50. Rumah tangga: Kehidupan keluarga. Contoh: Rumah tangganya harmonis.
  51. Semute sebelum gula: Berusaha keras. Contoh: Dia semute sebelum gula untuk sukses.
  52. Tangan dingin: Membawa keberuntungan. Contoh: Usahanya sukses berkat tangan dinginnya.
  53. Titik darah: Usaha keras. Contoh: Dia berjuang sampai titik darah.
  54. Air susu: Kasih sayang. Contoh: Air susunya melimpah untuk anaknya.
  55. Angkat kaki: Pergi. Contoh: Dia angkat kaki dari desa itu.
  56. Banting tulang: Kerja keras. Contoh: Dia banting tulang untuk keluarga.
  57. Bibir manis: Manis bicara. Contoh: Bibir manisnya menarik pelanggan.
  58. Buah bibir: Topik pembicaraan. Contoh: Dia jadi buah bibir di kantor.
  59. Darah muda: Semangat muda. Contoh: Darah mudanya penuh energi.
  60. Hati emas: Baik hati. Contoh: Dia berhati emas, selalu menolong.
  61. Kepala udang: Bodoh. Contoh: Jangan kepala udang, belajar dulu!
  62. Lidah tajam: Bicara pedas. Contoh: Lidah tajamnya menyakiti teman.
  63. Mata keranjang: Suka menggoda. Contoh: Dia mata keranjang, hati-hati!
  64. Mulut manis: Pandai merayu. Contoh: Mulut manisnya membuatku luluh.
  65. Panjang akal: Cerdas. Contoh: Dia panjang akal menyelesaikan masalah.
  66. Rendah hati: Tidak sombong. Contoh: Dia rendah hati meski kaya.
  67. Tangan panas: Boros. Contoh: Dia tangan panas, uang cepat habis.
  68. Telinga kelinci: Mudah mendengar. Contoh: Dia telinga kelinci, cepat tahu gosip.
  69. Anak haram: Anak tidak sah. Contoh: Dia disebut anak haram oleh tetangga.
  70. Bajul ijo: Penutup saluran. Contoh: Bajul ijo itu dibersihkan minggu ini.
  71. Bunga rampai: Kumpulan karya. Contoh: Buku itu berisi bunga rampai puisi.
  72. Cecudah mata: Tidak jelas. Contoh: Pandangannya cecudah mata di malam hari.
  73. Dua kaki: Perselingkuhan. Contoh: Dia ketahuan bermain dua kaki.
  74. Hati kaca: Mudah tersinggung. Contoh: Hati kacanya mudah pecah.
  75. Kamera jiwa: Intuisi batin. Contoh: Kamera jiwaku merasa dia berbohong.
  76. Kepala besar: Sombong. Contoh: Jangan kepala besar karena menang.
  77. Lidah pendiam: Pendiam. Contoh: Dia berlidah pendiam, jarang bicara.
  78. Mata batin: Intuisi. Contoh: Mata batinnya merasakan bahaya.
  79. Mulut emas: Pandai bicara. Contoh: Mulut emasnya memikat audiens.
  80. Naik pitam: Marah besar. Contoh: Dia naik pitam karena difitnah.
  81. Panas telinga: Malu atau marah. Contoh: Telingaku panas mendengar ejekan itu.
  82. Patah arang: Putus asa. Contoh: Dia patah arang setelah gagal lagi.
  83. Rumah gedong: Rumah mewah. Contoh: Dia tinggal di rumah gedong.
  84. Tangan emas: Keterampilan hebat. Contoh: Dia bertangan emas dalam melukis.
  85. Titik peluh: Kerja keras. Contoh: Dia bekerja sampai titik peluh.
  86. Air muka: Ekspresi wajah. Contoh: Air mukanya ceria hari ini.
  87. Angkat tangan: Menyerah. Contoh: Dia angkat tangan menghadapi soal itu.
  88. Banting harga: Menurunkan harga. Contoh: Tokoh itu banting harga barangnya.
  89. Bibir pantai: Pinggir pantai. Contoh: Kami duduk di bibir pantai.
  90. Buah pena: Karya tulis. Contoh: Novel itu buah pena terbarunya.
  91. Darah daging: Anak kandung. Contoh: Dia darah dagingku, aku sayang.
  92. Hati besi: Tidak peduli. Contoh: Dia berhati besi, tak peduli penderitaan.
  93. Kepala rumah: Pemimpin keluarga. Contoh: Ayah adalah kepala rumah kami.
  94. Lidah api: Ucapan pedas. Contoh: Lidah apinya menyakiti hati teman.
  95. Mata sapi: Telur mata sapi. Contoh: Aku suka makan mata sapi.
  96. Mulut harimau: Bahaya besar. Contoh: Jangan masuk mulut harimau itu.
  97. Panjang lidah: Suka bergosip. Contoh: Dia panjang lidah, hati-hati!
  98. Rendah diri: Merasa minder. Contoh: Jangan rendah diri, kamu hebat.
  99. Tangan kotor: Korupsi. Contoh: Pejabat itu bertangan kotor.
  100. Telinga tebal: Tidak peduli. Contoh: Dia telinga tebal, tak dengar saran.

Mengapa Kata Konotatif Penting?

Kata konotatif membuat bahasa lebih hidup dan emosional. Dengan memahami 100 kata konotatif ini, kamu bisa menulis cerita, puisi, atau berbicara dengan lebih menarik. Kata-kata ini juga membantu memahami makna tersirat dalam komunikasi sehari-hari.

Tips Menggunakan Kata Konotatif

  • Gunakan sesuai konteks agar tidak salah makna.
  • Cocok untuk karya sastra seperti puisi atau cerpen.
  • Hindari penggunaan berlebihan agar tetap alami.
Read Entire Article
Global Food