
UNIVERSITAS Islam Internasional Indonesia (UIII) di Depok, Indonesia, berkolaborasi dengan Komite Tinggi Persaudaraan Manusia atau Higher Committee of Human Fraternity (HCHF) di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, akan penyelenggaraan Konferensi Internasional tentang Persaudaraan Manusia (Human Fraternity) yang akan digelar di Jakarta pada 29–30 Juli 2025.
Konferensi ini merupakan wujud nyata dari Nota Kesepahaman (MoU) yang ditandatangani oleh UIII dan HCHF pada 3 September 2024, dan sekaligus akan menandai peluncuran resmi “Indonesian Institute of Human Fraternity,” sebuah lembaga di lingkungan UIII yang bertujuan untuk mendorong dialog, rasa saling menghormati, dan kolaborasi antar umat manusia.
Dengan tema “Meningkatkan Persaudaraan Manusia di Tengah Ketidakpastian Global: Menuju Peradaban Dunia yang Lebih Damai dan Sejahtera”, konferensi ini akan menghadirkan pejabat pemerintah, pemuka agama, akademisi, aktivis, dan organisasi masyarakat sipil dari berbagai belahan dunia. Mereka akan secara kolektif membahas isu-isu global dan menjajaki langkah-langkah konkret untuk mendorong kerja sama, serta meningkatkan persaudaraan antar umat manusia di tengah dunia yang semakin terpolarisasi.
“Melalui konferensi ini, UIII dan HCHF menegaskan kembali komitmen bersama untuk mewujudkan nilai-nilai persaudaraan sebagai realitas hidup bagi umat manusia di seluruh dunia,” ujar Prof. Jamhari, Rektor UIII. “Acara ini bukan hanya sebuah seruan, tetapi juga upaya nyata untuk membangun rasa saling pengertian, mendorong kolaborasi, dan menciptakan fondasi bagi masyarakat dunia yang lebih inklusif dan adil.”
Persaudaraan Manusia, atau sering disebut Human Fraternity, merupakan konsep yang merujuk pada persahabatan dan saling mendukung antar sesama manusia. Perannya sangat penting di tengah dunia yang semakin terhubung namun juga semakin terpolarisasi. Konsep ini termaktub dalam Dokumen Persaudaraan Manusia atau “Document on Human Fraternity for World Peace and Living Together” yang ditandatangani pada tahun 2019 di Abu Dhabi oleh Paus Fransiskus dan Grand Imam Al-Azhar, Ahmad Al-Tayyeb.
“Komite Tinggi Persaudaraan Manusia meyakini sebuah gagasan sederhana namun kuat: bahwa kita semua adalah bagian dari satu keluarga manusia,” ujar Yang Mulia Duta Besar Dr. Khalid Al Ghaith, Sekretaris Jenderal HCHF.
Pernyataan ini mencerminkan fokus konferensi untuk mendorong saling pengertian, penghormatan, dan solidaritas lintas budaya dan agama, serta mengingatkan bahwa di balik segala perbedaan, umat manusia disatukan oleh rasa kebersamaan yang sama.
Konferensi internasional yang akan datang ini dirancang sebagai langkah penting untuk mengangkat konsep persaudaraan manusia menjadi kekuatan penuntun dalam mengatasi berbagai tantangan besar yang dihadapi dunia saat ini. Konferensi ini akan membahas empat topik utama, yaitu: “Membangun Persaudaraan Lintas Batas”, “Hak dan Keadilan Sosial”, “Peran Media dalam Menjembatani Perbedaan”, serta “Perubahan Iklim, Krisis Global, dan Keadilan Lingkungan”.
Sesi panel pertama dengan tema “Membangun Persaudaraan Lintas Batas” akan menyoroti peran persaudaraan manusia dalam menangani migrasi global, pengentasan kemiskinan, dan solidaritas terhadap pengungsi. Panel ini akan menghadirkan tiga pembicara: Valeria Martano, Konsultan Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama dari Italia; Heidi Kuhn, Pendiri Roots of Peace dari Amerika Serikat; serta Emily Bojovic dari UNHCR Indonesia.
Sesi panel kedua dengan tema “Hak dan Keadilan Sosial” akan berfokus pada upaya merumuskan kerangka kerja untuk harmoni global. Panel ini akan menghadirkan tiga pembicara: Fernand de Varennes, Pelapor Khusus PBB untuk Isu Minoritas dari Kanada; Irina Kunina, Penasihat Direktur Eksekutif Baku International Multiculturalism Centre; serta Azza Karam, Direktur Eksekutif peraih penghargaan dan pendiri LEAD Integrity dari Amerika Serikat.
Tema “Peran Media dalam Menjembatani Perbedaan” akan membahas peran penting media dalam memerangi misinformasi dan mempromosikan persaudaraan manusia. Para pembicara dalam sesi ini meliputi Cherian George, Profesor di School of Communication Hongkong Baptist University; Komaruddin Hidayat, Ketua Dewan Pers Indonesia; serta Farish Noor, Profesor di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII).
Sesi terakhir dengan tema “Perubahan Iklim, Krisis Global, dan Keadilan Lingkungan” akan membahas upaya kolaboratif untuk mewujudkan kehidupan berkelanjutan. Para pembicara dalam sesi ini meliputi Rachmat Kaimuddin, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI; Nizhar Marizi, Direktur Sumber Daya Energi, Mineral, dan Pertambangan Kementerian PPN/Bappenas RI; Nouhad Awwad, penggiat Ummah for Earth sekaligus Koordinator Jangkauan Global Greenpeace MENA; serta Fitrian Ardiansyah, Direktur Dampak di Asia Climate-smart Landscape Fund (ACLF), ADM Capital, Hongkong.
Konferensi ini akan menjadi langkah penting dalam memperkuat komitmen bersama UIII dan HCHF untuk menciptakan ruang dialog dan kerja sama lintas negara dan disiplin ilmu. Dengan menyatukan berbagai perspektif, konferensi ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat saling pengertian, penghormatan, dan solidaritas, serta meneguhkan nilai-nilai persaudaraan manusia untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi seluruh umat manusia. (H-2)