Tanjung Verde, Negara dari Afrika Ini Ukir Sejarah, Lolos Pertama Kali ke Piala Dunia

16 hours ago 1
Tanjung Verde, Negara dari Afrika Ini Ukir Sejarah, Lolos Pertama Kali ke Piala Dunia Bendera Tanjung Verde(freepik)

TIM nasional Tanjung Verde mencatat sejarah baru dalam sepak bola Afrika setelah memastikan diri lolos ke Piala Dunia 2026 untuk pertama kalinya. Kepastian itu diraih usai kemenangan meyakinkan 3-0 atas Eswatini di Praia, Senin (13/10) waktu setempat.

Negara kepulauan kecil di lepas pantai Senegal dengan populasi sekitar 550 ribu jiwa ini menjadi negara dengan penduduk paling sedikit kedua yang pernah tampil di Piala Dunia, setelah Islandia yang berpartisipasi di Rusia 2018. 

Kemenangan tersebut juga menegaskan dominasi Tanjung Verde di Grup D dengan torehan 23 poin, unggul empat poin dari Kamerun, tim Afrika dengan rekor delapan kali tampil di Piala Dunia, yang ditahan imbang Angola tanpa gol di Yaounde.

“Memberikan kebahagiaan sebesar ini kepada rakyat kami sungguh luar biasa. Ini kemenangan bagi seluruh rakyat Tanjung Verde dan, yang terpenting, bagi mereka yang berjuang untuk kemerdekaan kami,” ujar pelatih Pedro 'Bubista' Brito dikutip dari AFP. 

“Ini momen spesial yang bertepatan dengan perayaan 50 tahun kemerdekaan kami.”

Di hadapan sekitar 15 ribu penonton yang memenuhi Stadion Nasional di Praia, Blue Sharks tampil dominan. Setelah babak pertama tanpa gol, mereka meledak di awal babak kedua. 

Dailon Livramento membuka keunggulan pada menit ke-48, disusul gol Willy Semedo enam menit kemudian. Keduanya mencetak gol dari jarak dekat yang memanfaatkan kemelut di depan gawang.

Gol penutup hadir di masa tambahan waktu lewat Stopira, pemain pengganti yang memanfaatkan bola liar di kotak penalti. Seusai laga, Stopira tak kuasa menahan emosi. 

“Ini terlalu mengharukan. Saya memeluk seluruh rakyat Tanjung Verde, baik di tanah air maupun di perantauan,” katanya.

Kapten tim Ryan Mendes juga tidak mampu menyembunyikan kebahagiaannya. “Saya tidak punya kata-kata untuk menggambarkan momen ini. Saya sangat, sangat bahagia,” ujarnya.

Penjaga gawang senior Vozinha, 39 tahun, mengaku pencapaian itu merupakan puncak impiannya. “Saya sudah memimpikan momen ini sejak kecil. Sekarang saatnya kami merayakannya,” ucapnya penuh emosi.

Perjalanan Tanjung Verde menuju sejarah ini tidak mudah. Mereka sempat memulai kampanye kualifikasi dengan hasil mengecewakan, imbang tanpa gol melawan Angola dan kalah 1-4 dari Kamerun.  Namun setelah itu, Blue Sharks bangkit dengan lima kemenangan beruntun, termasuk kemenangan penting atas Angola di laga tandang dan Kamerun di kandang.

Kemenangan di Libya dengan skor 3-3  memastikan mereka hanya butuh tiga poin di laga terakhir untuk mengunci tiket ke Piala Dunia. Tanjung Verde dikenal memiliki skuad yang sebagian besar terdiri atas pemain keturunan yang lahir di luar negeri, terutama di Eropa. Livramento lahir di Rotterdam, sementara Semedo lahir di pinggiran Paris. 

Skuad utama mereka tersebar di berbagai kompetisi dunia, mulai dari Portugal, Turki, Belanda, hingga Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab, sebuah gambaran dari diaspora Tanjung Verde yang luas.

Keberhasilan ini tak lepas dari tangan dingin Bubista, pelatih berusia 55 tahun yang telah menakhodai tim sejak 2020. Mantan bek tengah yang 21 kali memperkuat tim nasional itu sebelumnya pernah menjadi asisten pelatih dan menangani lima klub lokal.

Di bawah arahannya, Tanjung Verde tampil konsisten. Mereka lolos ke dua edisi terakhir Piala Afrika, di Kamerun (2022) dan Pantai Gading (2024), bahkan menembus perempat final sebelum disingkirkan Afrika Selatan lewat adu penalti.

Keputusan federasi mempertahankan Bubista meski gagal di kualifikasi Piala Afrika 2025 terbukti tepat. Ia menjawab kepercayaan itu dengan membawa negaranya ke panggung tertinggi sepak bola dunia.

Kini, Tanjung Verde bergabung dengan Aljazair, Mesir, Maroko, Tunisia, dan Ghana yang telah lebih dulu memastikan tiket otomatis dari Afrika ke Piala Dunia 2026. (H-4)

Read Entire Article
Global Food