Satu Tahun Kemenag Jalankan Asta Cita: Merawat Bumi, Merenda Harmoni, Mutu, dan Kesejahteraan Umat

6 hours ago 3
 Merawat Bumi, Merenda Harmoni, Mutu, dan Kesejahteraan Umat (MI/Duta)

SATU tahun perjalanan Kabinet Merah Putih, 20 Oktober 2024 hingga 20 Oktober 2025, menjadi tonggak penting bagi Kementerian Agama (Kemenag) dalam menghadirkan agama sebagai kekuatan peradaban. Selaras dengan arah Asta Cita Presiden Prabowo Subianto-Wapres Gibran Rakabuming Raka—khususnya peningkatan kualitas manusia, reformasi tata kelola birokrasi, pembangunan ekonomi umat, dan pelestarian lingkungan hidup, Kemenag bergerak tidak hanya sebagai regulator, tetapi juga sebagai fasilitator transformasi kehidupan beragama yang teduh, modern, dan memberdayakan.

Di bawah kepemimpinan Menteri Agama Nasaruddin Umar dan Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafii, wajah kebijakan Kemenag menampilkan agama yang membumi dan solutif. Program lintas iman, pemberdayaan ekonomi umat, penguatan pendidikan keagamaan, serta literasi ekoteologi menjadi fondasi menuju kehidupan keberagamaan yang humanistis, inklusif, dan berdaya.

EKOTEOLOGI: AGAMA HADIR MENJAGA BUMI

Asta Cita menekankan pentingnya keberlanjutan ekologis. Kemenag menerjemahkan hal ini dengan memperkuat gerakan ekoteologi—pandangan bahwa merawat alam adalah bagian dari ibadah. Sepanjang 2025, Kemenag memimpin penanaman lebih dari 1 juta bibit pohon di seluruh Indonesia. Aksi ini dilakukan secara lintas komunitas: mulai dari calon ASN, sinode Kristen, majelis taklim, hingga gerakan budaya Hindu dalam upacara Tumpek Wariga.

Tak berhenti di situ, ribuan burung, ikan, dan tukik dilepas sebagai simbol pemulihan ekosistem. Layanan diklat yang kini sepenuhnya paperless diikuti lebih dari 1,1 juta peserta, menyelamatkan 7.700 pohon dan menghemat Rp6,5 triliun APBN. Bukan hanya efisiensi, melainkan juga model pembelajaran modern dan ramah lingkungan.

Kemenag pun menerbitkan Buku Tafsir Ayat-Ayat Ekologi, yang menegaskan bahwa merawat alam adalah ibadah, sementara merusaknya adalah dosa sosial dan ideologis. Menag Nasaruddin Umar mengingatkan: perang di berbagai kawasan dalam beberapa tahun terakhir menewaskan sekitar 100 ribu jiwa, sementara kerusakan alam akibat perubahan iklim ekstrem membunuh lebih dari 4 juta jiwa. Karena itu, ekoteologi menjadi trigger penting dalam membangun kesadaran umat beragama untuk berkontribusi pada kelestarian bumi—sejalan dengan Asta Cita pilar ekonomi hijau dan pembangunan berkelanjutan.

KERUKUNAN: MENJAGA DAMAI, MENEGUHKAN PEMBANGUNAN

Kemenag menegaskan kerukunan sebagai prasyarat pembangunan nasional. Melalui aplikasi early warning system SiRukun yang kini diuji di Jawa Barat, potensi ketegangan sosial dapat terdeteksi lebih dini. Di tingkat akar rumput, peran penyuluh, penghulu, dai muda, dan penceramah digital diperkuat agar kerukunan tak hanya dijaga, tetapi juga dimitigasi.

Selama setahun, Kemenag melatih 600 penceramah moderat, 200 dai muda, dan 500 peserta Sekolah Aktor Resolusi Konflik. Upaya ini mencerminkan pelaksanaan Asta Cita yang menempatkan stabilitas sosial sebagai dasar pembangunan.

Model harmoni dan moderasi beragama Indonesia kini menjadi rujukan internasional. Negara-negara Timur Tengah seperti Suriah, Mesir, Maroko, dan Tunisia, serta Asia Tengah seperti Tajikistan dan Afghanistan, terbuka belajar kepada Indonesia tentang pengelolaan keberagaman berbasis Pancasila yang dijaga Kemenag.

PENDIDIKAN BERMUTU, SDM UNGGUL

Kemenag memahami masa depan bangsa dibangun lewat pendidikan agama dan keagamaan yang kuat. Beasiswa dan bantuan pendidikan kini menjangkau jutaan penerima manfaat—dari santri, mahasiswa S-1 hingga S-3, siswa Papua, hingga lembaga pendidikan agama minoritas. Sebanyak 115.000 mahasiswa PTKIN/PTKIS menerima KIP Kuliah dengan total anggaran Rp1,29 triliun, sementara bantuan operasional pendidikan mencapai lebih dari Rp10 triliun.

Dalam kerangka peningkatan SDM, program Pendidikan Profesi Guru (PPG) tahun ini menjangkau 206.325 guru lintas agama: 91.028 guru PAI, 94.805 guru madrasah, 10.848 guru Kristen, 5.558 guru Katolik, 3.711 guru Hindu, dan 375 guru Buddha. Alokasi ini menunjukkan komitmen pemerataan kualitas guru lintas agama, sejalan dengan Asta Cita pilar keempat tentang penguatan SDM dan kesetaraan.

Kemenag juga memperkenalkan Kurikulum Berbasis Cinta di 87.576 madrasah, yang menanamkan lima nilai utama: cinta Tuhan, cinta ilmu, cinta diri dan kemanusiaan, cinta lingkungan, serta cinta tanah air. Sementara pendirian Sekolah Tinggi Khonghucu Indonesia (Setiakin) di Bangka Belitung menjadi tonggak baru pendidikan lintas iman di Indonesia.

BIROKRASI BERSIH, LAYANAN TERPADU

Reformasi birokrasi dijalankan dengan memperkuat integrasi data dan digitalisasi layanan. Layanan PTSP berbasis daring kini menjangkau seluruh satuan kerja pusat dan daerah. Capaian penting lainnya: 100% pegawai Kemenag telah melaporkan LHKPN, seluruh ASN mengikuti e-learning antigratifikasi untuk 16.336 aparatur, serta pelaporan gratifikasi langsung terhubung dengan KPK.

Kemenag juga memperluas audit kelembagaan zakat dan wakaf untuk memastikan pengelolaan dana umat berlangsung transparan, akuntabel, dan profesional—fondasi penting bagi ekonomi umat yang berkeadilan.

RUMAH IBADAH DAN EKONOMI UMAT BERDAYA

Kemenag tak hanya membangun dan merenovasi rumah ibadah, tetapi juga menghidupkan ekosistem sosial-ekonominya. Program Masjid Berdaya dan Berdampak (Madada) memberikan pembiayaan tanpa bunga bagi 4.450 pelaku UMKM. Masjid kini tak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat ekonomi dan pemberdayaan umat.

Kemenag juga menyalurkan puluhan miliar rupiah bantuan rumah ibadah lintas agama, serta memperkuat akses disabilitas melalui distribusi 17.317 mushaf Al-Qur’an isyarat dan pelatihan ribuan pendamping. Sebelumnya, telah diterbitkan pula mushaf Al-Qur’an Braille untuk tunanetra—mewujudkan inklusivitas dalam pelayanan keagamaan.

KELUARGA KOKOH, EKONOMI TUMBUH

Kemenag memperkuat ketahanan keluarga melalui program bimbingan, kampanye pencatatan nikah, dan sertifikasi pembina keluarga. Dalam aspek ekonomi, Kemenag memperluas pengelolaan wakaf produktif, kampung zakat, dan sertifikasi wakaf yang kini mencapai 105.000 sertifikat.

Aksi nyata pengentasan masyarakat dari kemiskinan tampak melalui penyaluran 1,9 juta bingkisan untuk mustahik dan keluarga rentan. Di saat bersamaan, Kemenag mendukung pembentukan Lembaga Pengelola Dana Umat (LPDU) sebagai instrumen strategis konsolidasi zakat, infak, wakaf, fidiah, hibah, dan sedekah. Jika dikelola modern dan profesional, potensi dana umat bisa mencapai ratusan triliun rupiah per tahun—sumber daya besar untuk membangun ekonomi kerakyatan berbasis keadilan dan spiritualitas.

AGAMA SEBAGAI CAHAYA, BUKAN SEKADAR SIMBOL

Satu tahun perjalanan ini menegaskan arah baru: agama hadir sebagai energi kemajuan, bukan sekadar simbol kesalehan. Kemenag berdiri sebagai penjaga nilai—bahwa pembangunan tanpa keteduhan batin tidak akan berumur panjang.

Fondasi telah diletakkan: agama yang mencerahkan, pendidikan yang memerdekakan, birokrasi yang bersih, ekonomi umat yang berdaya, dan lingkungan yang lestari. Semuanya berjalan seiring dengan semangat Asta Cita—dari menjaga bumi hingga menyejahterakan umat.

Kerja masih panjang, tetapi arah sudah terang. Indonesia tumbuh, teduh, dan bersaudara.

Read Entire Article
Global Food