Review Tak Terduga dari Kritikus: Superman Karya James Gunn Bikin Bingung dan Bosan!

4 hours ago 3
 Superman Karya James Gunn Bikin Bingung dan Bosan! Superman(The Guardians)

Film Superman terbaru arahan James Gunn resmi tayang di bioskop tanah air mulai hari ini, Rabu (11/7), 10 Juli di Australia dan 11 Juli di Inggris serta Amerika Serikat. Namun, alih-alih menjadi reboot penyelamat waralaba, film ini justru dinilai sebagai proyek yang membingungkan, hambar, dan kehilangan arah.

Kritikus film Peter Bradshaw bahkan menyebut film ini sebagai “reboot yang suram dan tak bernyawa.” Berikut ulasannya yang dikutip dari The Guardians:

1. David Corenswet Gagal Menyuntikkan Jiwa ke Superman

Menggandeng aktor David Corenswet sebagai Clark Kent alias Superman, film ini justru menghadirkan sosok pahlawan super yang disebut “berwajah kotak dan tanpa jiwa.” Corenswet dinilai gagal menghadirkan karisma ikonik Superman yang selama ini dikenang dalam benak penggemar.

Superman dalam versi ini tampil lesu, dibebani oleh kisah latar belakang baru yang rumit dan tak relevan. Alih-alih kembali ke akar cerita yang sederhana dan penuh harapan, film malah dimulai dengan deretan intertitles membosankan yang menjelaskan konflik antar negara fiktif: Boravia dan Jarhanpur.

2. Kisah Perang Fiktif yang Tak Menyentuh Realita

Dalam cerita, Superman memutuskan turun tangan dalam perang antara Boravia (yang samar-samar menyerupai Rusia) dan Jarhanpur (yang mengingatkan pada Ukraina).

Namun, tidak jelas mengapa Superman memilih perang ini dari sekian banyak konflik di dunia nyata. Hal ini menimbulkan pertanyaan: apakah ini hanya sekadar cara penulis untuk menghindari konsekuensi politik?

Superman sendiri kalah telak dari sosok “metahuman” misterius dalam konflik tersebut, yang diduga dikendalikan oleh musuh lamanya, Lex Luthor (diperankan oleh Nicholas Hoult). Kekalahan ini memicu krisis identitas Superman yang sama sekali tak menggugah simpati.

3. Karakter Pendukung Kurang Dimanfaatkan

Rachel Brosnahan tampil sebagai Lois Lane, namun gaya aktingnya disebut terlalu mirip karakter Monica Geller dari Friends. Skyler Gisondo berperan sebagai Jimmy Olsen, sementara aktor senior Wendell Pierce nyaris tak digunakan secara signifikan sebagai Perry White.

Satu-satunya yang sedikit menyegarkan adalah Nathan Fillion sebagai Green Lantern yang memimpin “Justice Gang” dengan gaya semi-komedi.

4. Akhir Klise dengan Ledakan CGI4. 

Seperti kebanyakan film superhero modern, Superman versi baru ini berakhir dengan kehancuran kota besar yang dipenuhi efek visual CGI. Skyscraper runtuh, ledakan besar, dan efek dramatis lainnya—semua terasa seperti pengulangan tak berujung dari formula lama yang kini kehilangan sensasi.

Ironisnya, ancaman utama terhadap Superman bukan berasal dari Lex Luthor, melainkan dari kebenaran pahit mengenai tujuan orang tuanya saat mengirimnya ke Bumi.

Pengungkapan ini dijadikan dalih untuk memperdalam krisis eksistensial sang pahlawan, namun gagal meninggalkan dampak emosional.

Kesimpulan: Superman Butuh Lebih dari Sekadar Reboot

James Gunn, yang sebelumnya sukses menangani Guardians of the Galaxy, gagal menghidupkan kembali semangat Superman.

Film ini bukan hanya tak menawarkan sesuatu yang baru, tetapi juga terjebak dalam struktur klise yang sama: konflik tak bernyawa, efek visual berlebihan, dan naskah yang kehilangan arah.

Apakah ini akhir dari harapan untuk Superman modern? Atau justru ini panggilan bagi Hollywood untuk benar-benar menyegarkan kembali genre superhero yang semakin lesu?

Read Entire Article
Global Food