Pembatik Rentan Terkena Low Back Pain dan Carpal Tunnel Syndrome

7 hours ago 2
Pembatik Rentan Terkena Low Back Pain dan Carpal Tunnel Syndrome Ilustrasi(Dok UGM)

BATIK telah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009. Proses pembuatan kain batik tulis membutuhkan waktu yang pancang, hingga berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.

Pengelola Desa Batik Giriloyo - Tiyastiti Suraya menceritakan, untuk membuat motif batik tulis bisa memakan waktu lama. Dalam sehari, pembatik bisa menghabiskan waktu hingga delapan jam untuk membatik, duduk dan menggoreskan malam dengan canting ke kain polos.

Karena rutinitas itu, kata Tiyastiti, pembatik rentan terkena low back pain dan Carpal tunnel syndrome. "Kami telah bekerja sama dengan FKKMK (Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan) UGM telah menyosialisasikan agar pembatik beristirahat setiap satu jam sekali.

"Kami (bersama FKKMK UGM) juga telah menyosialisasikan senam batik sehat," kata dia. Selain itu, kesehatan lingkungan juga dijaga agar masyarakat tetap sehat, misalnya dengan menggunakan material batik yang ramah lingkungan.

Kesehatan pekerja, termasuk pembatik harus diperhatikan. Pasalnya, berdasarkan laporan International Labour Organization (ILO), lebih dari 2,9 juta pekerja di dunia meninggal setiap tahun akibat penyakit dan kecelakaan kerja, serta lebih dari 374 juta kasus cedera dan penyakit akibat kerja terjadi setiap tahunnya.

Dari 265.334 kasus kecelakaan kerja, berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan RI tahun 2022, sebagian besar dapat dicegah melalui penerapan protokol keselamatan yang lebih ketat. Selain aspek keselamatan, inovasi dalam praktik kerja berkelanjutan—seperti penggunaan material ramah lingkungan, optimalisasi ventilasi, dan pendekatan ergonomi  berbasis teknologi—telah terbukti menurunkan risiko kesehatan di berbagai sektor industri. 

Dari data-data tersebut, Wakil Dekan Bidang Akademik & Kemahasiswaan UGM, dr. Ahmad Hamim Sadewa, Ph.D menyampaikan, kematian akibat kecelakaan kerja kini melampaui jumlah korban kecelakaan lalu lintas, perang, dan HIV/AIDS. 

Selain itu, banyak pekerja menghadapi  paparan panas berlebih serta tekanan mental dan kelelahan (burnout) yang menjadi tantangan baru dalam kesehatan kerja modern. 

Dalam konteks industrialisasi yang semakin pesat, risiko kesehatan akibat lingkungan kerja yang tidak aman menjadi perhatian utama di bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat.  

Untuk itu, International Summer Course on Interprofessional Healthcare pada tahun ini mengusung tema “Promoting Resilient Workplaces and SustainableEnvironments for Global Health Equity.”

"Itulah mengapa program ini sangat penting. Kesehatan tidak hanya dibangun di rumah sakit, tetapi juga di tempat kerja, komunitas, dan lingkungan sekitar kita," kata Ahmad Hamim.

Ketua Tim Internasionalisasi FK-KMK UGM - dr. Dwi Aris Agung Nugrahaningsih M.Sc, Ph.D menambahkan, para mahasiswa summer course diajak untuk  mengunjungi Desa Batik Giriloyo, Wukirsari. Kunjungan ini sebagai bagian dari pembelajaran lapangan untuk memahami penerapan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja dalam industri kreatif. 

Dalam kegiatan ini, para mahasiswa berkesempatan untuk mengamati langsung proses pembuatan batik tulis tradisional—mulai dari persiapan bahan, pewarnaan, hingga tahap penyelesaian akhir—serta mengenali potensi risiko kerja yang muncul di setiap tahapan produksi. 

Mahasiswa juga mempelajari praktik-praktik keselamatan kerja sederhana namun penting, seperti penggunaan alat pelindung diri saat bekerja dengan lilin panas dan pewarna kimia, serta pengaturan ventilasi ruang kerja. "Pengalaman ini tidak hanya memperkaya wawasan mahasiswa mengenai budaya dan ekonomi lokal, tetapi juga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya penerapan aspek keselamatan kerja di berbagai sektor, termasuk sektor industri kreatif berbasis tradisi," terang dia.

Program Summer Course on Interprofessional Healthcare imi dirancang untuk memperkuat pembelajaran interdisipliner dengan mengintegrasikan keunggulan akademik dan keterlibatan langsung dengan masyarakat. Peserta juga terlibat langsung dalam identifikasi dan penyelesaian masalah kesehatan masyarakat, serta berpartisipasi dalam proyek lapangan yang menumbuhkan kolaborasi lintas budaya dan inovasi dalam praktik kesehatan masyarakat global. 

Peserta kegiatan ini berasal dari berbagai institusi pendidikan tinggi ternama, antara lain Vrije Universiteit Medical Center –VuMC (Belanda), Mahidol University (Thailand), University Medical Center Groningen (Belanda), Universitas Gadjah Mada, Universitas Pattimura, dan Universitas Islam Internasional Indonesia, serta beberapa mahasiswa yang berasal dari Pakistan dan Myanmar. (H-2)

Read Entire Article
Global Food