Opini Publik AS Alami Perubahan Besar Lihat Genosida Israel

3 days ago 10
Opini Publik AS Alami Perubahan Besar Lihat Genosida Israel Aktivis pro Palestina menggelar aksi protes terhadap genosida yang dilakukan Israel di Gaza bertempat di markas besar Newscorp, New York City, Selasa (7/10) waktu setempat.(AFP)

SELAMA lebih dari tujuh dekade, dukungan tanpa henti Amerika Serikat (AS) terhadap Israel menjadi bagian penting dari politik Washington. Namun kini, perubahan besar mulai terasa.

Kandidat Demokrat untuk Senat AS dari Michigan, Abdul El-Sayed, melihat tanda-tanda pergeseran itu langsung saat berkeliling 100 kota di negara bagian tersebut. "Tidak diragukan lagi telah terjadi perubahan," katanya seperti dilansir The Guardian, Kamis (9/10).

"Kita sekarang menyaksikan genosida dan itu pasti akan mengubah opini publik secara signifikan," sebut El-Sayed. Dua tahun setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan hampir 1.200 orang di Israel, opini publik AS menunjukkan transformasi besar. 

Perang genosida Israel di Jalur Gaza yang menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina dan menyebabkan krisis kemanusiaan membuat dukungan warga AS terhadap Israel menurun drastis dan simpati terhadap Palestina meningkat.

Dampaknya terlihat jelas di Michigan minggu ini ketika Mallory McMorrow secara terbuka setuju dengan El-Sayed tentang konflik tersebut digolongkan sebagai genosida. McMorrow ialah salah satu lawan El-Sayed dari Partai Demokrat dalam pemilihan pendahuluan tiga partai untuk menggantikan senator Gary Peters yang pensiun.

Para politisi, Demokrat maupun Republik, yang dulu menahan diri dari kritik selembut apa pun terhadap Israel kini secara terbuka mengecam serangan panjang nan brutal di Gaza. Bahkan, pandangan bahwa Israel melakukan genosida kian membesar.

Pergeseran permanen

Meskipun begitu, pukulan publik itu tidak meringankan penderitaan rakyat Palestina atau menghentikan miliaran dolar bantuan militer AS yang mengalir ke Israel. Beberapa siklus pemilu mungkin diperlukan agar dampak kebijakannya terasa. Namun, para analis yakin perubahan opini publik ini begitu fundamental sehingga mewakili pergeseran permanen.

Yang penting lagi, Komite Urusan Publik Amerika-Israel (AIPAC) menunjukkan tanda-tanda berkurangnya pengaruh. Ini karena para petinggi Demokrat dilaporkan memutuskan hubungan yang telah lama terjalin. AIPAC selama bertahun-tahun merupakan kelompok lobi pro-Israel paling berpengaruh yang mengorganisasikan agenda utama dan membanggakan keberhasilannya menggulingkan anggota Kongres yang dianggap terlalu kritis atau tidak mendukung.

Goncangan itu terasa di kalangan masyarakat luas. Survei Pew Research Center menunjukkan bahwa 59% warga AS sekarang memiliki pandangan negatif terhadap Israel. Sebanyak 39% menganggap Israel bertindak terlalu jauh dalam perang di Gaza atau naik dari 31% setahun sebelumnya.

Jajak pendapat lain dari New York Times/Siena menunjukkan simpati terhadap Palestina (35%) kini sedikit mengungguli dukungan terhadap Israel (34%). Survei Economist/YouGov pada Agustus menemukan 45% warga percaya Israel melakukan genosida dan sekitar empat dari 10 orang Yahudi Amerika memiliki pandangan serupa.

Pemilih Demokrat

Penurunan dukungan terhadap Israel paling terlihat di kalangan pemilih Demokrat. Peneliti senior di Brookings Institution dan salah satu penulis laporan terbaru tentang dukungan yang terkikis untuk Israel, Bill Galston, menilai perubahan ini akan memengaruhi pemilihan presiden mendatang. 

"Jika presiden berikutnya ialah seorang Demokrat akan ada beragam pandangan di Gedung Putih. Itu akan berdampak besar pada kebijakan luar negeri," katanya.

Beberapa kandidat baru dari Partai Demokrat kini secara terbuka menyuarakan dukungan terhadap Palestina, termasuk Zohran Mamdani yang menang dalam pemilihan pendahuluan Demokrat untuk calon wali kota New York.

El-Sayed juga mencatat perubahan sikap warga terhadap konflik tersebut. "Saya mengunjungi banyak komunitas yang tidak memiliki penduduk Arab atau Muslim. Ketika saya membahas masalah ini, ada rasa lega yang dirasakan semua orang," ujarnya. 

"Orang-orang berpikir uang pajak seharusnya dipakai untuk rakyat Amerika, bukan membiayai perang yang menghancurkan anak-anak di Gaza," tambahnya.

Studi Brookings

Sementara itu, Partai Republik juga mulai mengalami pergeseran pandangan. Meskipun pemilih berusia di atas 50 tahun, menurut studi Brookings, tetap teguh mendukung Israel, terdapat pergeseran yang terlihat di kalangan lebih muda Republik. 

Banyak di antara mereka menganggap dukungan tanpa syarat untuk Israel bertentangan dengan komitmen Donald Trump untuk menghindari keterlibatan asing.

Anggota Kongres sayap kanan ekstrem dari Georgia, Marjorie Taylor Greene, menjadi berita utama pada Juli dengan menyebut tindakan Israel di Gaza sebagai genosida. Ini terjadi beberapa minggu sebelum senator progresif dari Vermont, Bernie Sanders, melakukan hal yang sama.

Donald Trump pun mengakui bahwa pengaruh Israel di Washington mulai menurun. Berbicara kepada Daily Caller pada September, Trump mengatakan Israel telah kehilangan pengaruh politik di Washington.

"Israel ialah lobi terkuat yang pernah saya lihat. Mereka memiliki kendali penuh atas Kongres dan sekarang tidak lagi," katanya.

Keresahan yang semakin meningkat di antara basis MAGA mungkin mendorong Trump mencoba mengakhiri perang dengan urgensi lebih besar, meskipun hasilnya masih harus dilihat. Beberapa pendukung mengatakan kekecewaan ini bersifat umum.

Pemerintahan terakhir

Direktur Eksekutif American Conservative, Curtis Mills, menilai bahwa pemerintahan Trump mungkin menjadi pemerintahan terakhir yang didominasi generasi baby boomer yang sangat pro-Zionis. Ia mengatakan generasi muda kini menganggap isu Israel tidak lagi relevan. American Conservative ialah majalah yang awalnya didirikan untuk menentang invasi pimpinan AS ke Irak dan telah lama mengecam aliansi AS dengan Israel.

"AS terlibat dalam petualangan kebijakan luar negeri atas perintah Israel selama beberapa dekade. Itu tidak berhasil untuk Amerika Serikat, tetapi itu berhasil untuk Benjamin Netanyahu," katanya. 

Usia rata-rata seorang anggota kongres sekarang sekitar pertengahan 60-an. Menurut Mills, kelompok itu tidak akan tercermin dalam kekuasaan legislatif saat ini atau bahkan di Kongres berikutnya. 

"Namun bagi mereka yang berusia di bawah 50 tahun, saya pikir isu Israel sudah tidak relevan lagi. Kemungkinan besar kandidat (presiden) Partai Republik berikutnya tidak akan sama pro-Israelnya dengan kandidat Republik sebelumnya."

Tanda-tanda melemahnya pengaruh AIPAC terlihat pula di Washington. The New York Times melaporkan bahwa pemimpin Demokrat di DPR, Hakeem Jeffries, kini mendapat dukungan dari J Street, kelompok pro-Israel moderat yang menentang kebijakan ekstrem Netanyahu.

Namun juru bicara AIPAC, Marshall Wittmann, menegaskan bahwa dukungan Kongres terhadap Israel tetap kuat. Ia menyebut hasil pemungutan suara Senat pada Juli mengalahkan mosi yang didukung Sanders untuk menghentikan penjualan senjata AS ke Israel sebagai bukti bahwa Kongres tetap pro-Israel. 

Meskipun para senator menentang resolusi untuk memblokir penjualan senapan serbu, mayoritas anggota Partai Demokrat yang hadir di majelis tersebut mendukungnya.

Namun, Galston memperkirakan bahwa para pembuat kebijakan di masa depan tidak akan melihat Israel dalam citra konvensional. Ia memperkirakan generasi pemimpin berikutnya akan melihat Israel dengan perspektif yang berbeda. 

"Joe Biden kemungkinan akan menjadi presiden Demokrat terakhir yang pandangannya dibentuk oleh masa-masa awal Israel sebagai negara yang dikepung dan tertindas," katanya. "Semua itu telah berubah," tandasnya. (I-2)

Read Entire Article
Global Food