Lonjakan Kasus Obesitas di Indonesia Perlu Penanganan Komprehensif

5 hours ago 3
Lonjakan Kasus Obesitas di Indonesia Perlu Penanganan Komprehensif Ilustrasi(Freepik)

OBESITAS semakin menjadi isu kesehatan utama di Indonesia, dengan data menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. 

Menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI), prevalensi obesitas nasional pada penduduk dewasa (usia >18 tahun) naik dari 21,8% pada 2018 menjadi 23,4% pada 2023. 

Proyeksi menunjukkan bahwa lebih dari 68 juta orang dewasa akan mengalami obesitas pada 2025, menandakan perlunya intervensi segera untuk mencegah beban kesehatan yang lebih berat.

Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) Kementerian Kesehatan RI pada Juni 2025 mengungkap fakta mengkhawatirkan: lebih dari 50% perempuan dan 25% laki-laki mengalami obesitas sentral—kondisi di mana lemak menumpuk di sekitar perut, meningkatkan risiko penyakit metabolik seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan stroke. Obesitas sentral diukur berdasarkan lingkar pinggang (>90 cm untuk laki-laki dan >80 cm untuk perempuan), dan temuan ini menekankan disparitas gender dalam masalah ini.

Studi Awareness, Care and Treatment in Obesity Management (ACTION) oleh Novo Nordisk di wilayah Asia-Pasifik (APAC) juga menyoroti kurangnya kesadaran dan tindakan. 

Studi tersebut menemukan bahwa hanya sekitar 30% individu dengan obesitas yang pernah mendiskusikan berat badan dengan profesional kesehatan dalam lima tahun terakhir. 

"Obesitas bukan hanya masalah estetika, tapi kondisi medis kronis yang jika dibiarkan dapat memicu komplikasi serius," ujar dokter spesialis endokrinologi dan metabolisme dr. Waluyo Dwi Cahyono, SpPD-KEMD, FINASIM.

Di tengah tantangan ini, berbagai upaya mulai muncul untuk mendukung penanganan obesitas, termasuk melalui teknologi digital. Halodoc, platform kesehatan digital, baru saja meluncurkan Halofit—sebuah klinik obesitas digital yang menawarkan program klinis menyeluruh untuk pencegahan dan penanganan berat badan. 

Program ini menggabungkan pendekatan multidisiplin, termasuk konsultasi dokter, rencana makan personal dari ahli gizi, pendampingan 30 hari, obat pendamping, dan opsi terapi medis seperti injeksi GLP-1 untuk mengontrol nafsu makan jika diperlukan, semuanya di bawah pengawasan dokter.

VP Consultation & Diagnostics Halodoc Ignasius Hasim, , menyatakan bahwa Halofit bertujuan membangun kesadaran dan kebiasaan hidup sehat berkelanjutan, bukan sekadar menurunkan berat badan. Data internal Halodoc menunjukkan peningkatan empat kali lipat dalam konsultasi manajemen berat badan sejak Maret 2025. Halofit berkolaborasi dengan Novo Nordisk Indonesia, yang memiliki pengalaman panjang dalam penanganan penyakit kronis.

dr. Riyanny Meisha Tarliman dari Novo Nordisk Indonesia menambahkan bahwa terapi GLP-1 dapat mendukung penurunan berat badan dan menurunkan risiko kardiovaskular pada pasien yang memenuhi kriteria, seperti BMI ?27 kg/m² dengan komorbid atau ?30 kg/m² tanpa komorbid. Namun, penekanan tetap pada pendekatan komprehensif, termasuk perubahan gaya hidup.

Pengguna dapat mengakses Halofit melalui aplikasi Halodoc dengan mengisi pre-assessment, konsultasi dokter, dan menerima paket personal yang dikirim ke rumah. Selama periode peluncuran, ada penawaran seperti konsultasi murah dan gratis ongkir, meski fokus utama adalah edukasi dan pendampingan.

Upaya seperti ini diharapkan dapat membantu mengurangi beban obesitas di Indonesia, sejalan dengan Pedoman Nasional Pelayanan Klinis Obesitas 2025 dari Kemenkes RI. (Z-1)

Read Entire Article
Global Food