Kampanye Bulan Alzheimer Sedunia, Mengajak untuk Kenali Demensia

2 hours ago 2
Kampanye Bulan Alzheimer Sedunia, Mengajak untuk Kenali Demensia Ilustrasi alzheimer.(Dok. Freepik)

ALZHEIMER Indonesia (ALZI) dan Alzheimer's Disease International (ADI) meluncurkan kampanye kesadaran global selama Bulan Alzheimer Sedunia menjangkau 80% masyarakat umum dan 65% tenaga kesehatan untuk menjelaskan bahwa demensia alzheimer bukan bagian normal dari penuaan.

Survei ADI mengenai demensia menunjukkan bahwa empat dari lima orang dan dua pertiga tenaga kesehatan masih keliru meyakini bahwa demensia adalah bagian alami dari penuaan. Kesalahpahaman tersebut, ditambah dengan stigma dan ketidakpedulian, menunda diagnosis, menghalangi akses terhadap perawatan dan dukungan, serta membuat jutaan keluarga berjuang sendirian.

Direktur Eksekutif Alzheimer Indonesia, Asmara Pusparani, mengapresiasi semua pihak yang berkontribusi untuk menciptakan Indonesia Ramah Demensia dan Lansia, di mana ALZI melalui berbagai programnya sangat mendukung pentingnya ODD dan caregivers untuk senantiasa berkarya dan berpartisipasi.

"Dalam hal rehabilitasi, program ALZI kegiatan bermakna dalam Navigasi Perawatan ALZI (NARAZI), ALZI Academy and Healthy Aging Centre menjadi wadah untuk ODD agar senantiasa berpartisipasi," kata Asmara di Jakarta, Rabu (17/9).

Sepanjang bulan September, ALZI bergabung dalam gerakan kesadaran global di Indonesia dengan tagar #KenaliDemensia dan #KenaliAlzheimer yang mendorong orang untuk berbicara lebih terbuka, mencari nasihat medis lebih awal, dan mempelajari fakta tentang demensia.

Bukan bagian dari penuaan normal meskipun demensia alzheimer belum ada obatnya, penelitian menunjukkan bahwa hingga 45% kasus dapat ditunda atau dicegah dengan mengatasi faktor risiko seperti merokok, tekanan darah tinggi, kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang buruk, dan isolasi sosial.

Alat diagnostik dan perawatan baru juga bermunculan yang dapat memperlambat perkembangan jika terdeteksi dini. Diagnosis yang tepat waktu juga menjadi kunci tanda-tanda gejala demensia.

Menyadari 10 gejala, termasuk kehilangan ingatan, kesulitan melakukan tugas-tugas yang biasa dilakukan, masalah bahasa, dan lain sebagainya, dapat mendorong seseorang untuk berkonsultasi  dengan dokter, anggota keluarga atau teman tepercaya, atau bahkan menghubungi saluran bantuan ALZICare di 0811 822 594.

"Di samping perawatan medis, dukungan paska diagnosa seperti rehabilitasi, aktivitas sosial, dan waktu rehat bagi caregiver, dapat membantu ODD untuk tetap mandiri dan menjaga kualitas hidup," ujarnya.

Perubahan demensia seringkali menjadi kondisi yang ditakuti. Meruntuhkan kesalahpahaman ini adalah kunci untuk menjadikan masyarakat lebih inklusif bagi ODD dan caregivernya.

Ketua Tim Kerja Departemen Pelayanan Kesehatan Usia Rentan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Ari Setyaningrum menegaskan pentingnya pencegahan demensia melalui program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) yang telah berjalan sejak 10 Februari 2025.

"Program ini mencakup 19 jenis pemeriksaan, termasuk skrining geriatri dengan instrumen SKILAS untuk menilai kapasitas intrinsik dan ADL untuk mengukur kemandirian lansia," ungkapnya.

Lebih dari 3 juta lansia yang diperiksa, lima masalah kesehatan terbesar yang ditemukan adalah kurang aktivitas fisik, karies gigi, hipertensi, obesitas sentral, dan gangguan kognitif. Sebagian besar kondisi tersebut merupakan faktor risiko demensia yang apabila ditangani dapat mencegah atau memperlambat terjadinya Alzheimer hingga 45%.

Lansia dengan temuan ini ditindaklanjuti melalui layanan puskesmas dan jejaringnya untuk diagnosis, edukasi, aktivitas kelompok sebaya, serta tata laksana yang diperlukan.

Pesan di Bulan Alzheimer Sedunia

ALZI dan ADI mengajak individu, komunitas, tenaga kesehatan profesional, semua mitra dan pemerintah untuk berkontribusi . Kesalahpahaman dan stigma masih menjadi hambatan terbesar dalam diagnosis, pengobatan, dan perawatan yang tepat waktu.

Dengan mengajukan pertanyaan yang tepat, mendengarkan pengalaman langsung, dan berbagi informasi yang akurat, kita semua dapat berperan dalam menciptakan masyarakat yang lebih suportif dan inklusif terhadap demensia. Tentunya dukungan tersebut juga perlu diteruskan setelah diagnosa, termasuk dengan mendorong berbagai terapi dan kegiatan yang mendorong kegiatan aktif orang dengan demensia. (H-3)

Read Entire Article
Global Food