Indonesia Masih Tempati Posisi Tiga Besar dalam Penemuan Kasus Kusta di Dunia

10 hours ago 2
Indonesia Masih Tempati Posisi Tiga Besar dalam Penemuan Kasus Kusta di Dunia DIREKTUR Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan, Ina Agustina Isturini.(Dok. Antara)

DIREKTUR Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan, Ina Agustina Isturini, mengatakan bahwa Indonesia menempati posisi ketiga dalam penemuan kasus kusta di dunia pada 2023, di mana posisi pertama ditempati India, dan kedua Brazil.

“Jadi ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan daerah yang tinggi kasus kustanya. Meskipun pada 2000 lalu dengan mengikuti kriteria WHO, di mana eliminasi itu kurang dari 1/10 ribu penduduk, maka angka itu sudah tercapai secara nasional,” ungkapnya dalam acara Media Briefing High-level Meeting on Leprosy Elimination 2025, Jumat (4/7).

Lebih lanjut, kusta sendiri merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh kuman mycrobacterium leprae dan menyerang kulit, saraf tepi, dan organ tubuh lain. Penularannya terjadi dari penderita yang belum minum obat ke orang lain melalui pernapasan atau kontak erat dan lama.

“Gejala utamanya adalah bercak kemerahan atau keputihan yang mati rasa, penebalan saraf tepi disertai gangguan fungsi saraf, dan ketika diperiksa nanti dari kerokan kulitnya ada BTA atau bakteri tahan asam positif,” ujar Ina.

Penderita kusta sendiri dapat sembuh asal berobat dengan benar. Penderita kusta akan diobati dengan multi drug therapy selama 6 bulan untuk tipe pausibasiler dan 12 bulan untuk tipe multibasiler.

 “Kalau kusta tidak diobati dan mendapatkan penanganan yang tepat, penderita kusta dapat mengalami disabilitas pada bagian mata, tangan, maupun kakinya,” tuturnya.

Indonesia sendiri sudah punya regulasi dalam hal penanganan kusta yaitu Permenkes 11/2019, Rencana Aksi Nasional Eliminasi Kusta 2023/2027 dan saat ini sedang masuk revisi atau perpanjangan 2025/2030.

Target global untuk eliminasi kusta dengan long term vision 2030 adalah zero leprosy, zero infection and disease, zero disability, dan zero stigma and discrimination.

“Tentu goalsnya terjadi pemutusan rantai penularan dengan target paling tidak 120 negara tidak ada kasus baru, 70 persen penurunan kasus baru tahunan, dan 90 persen penurunan kasus pada anak,” jelas Ina.

Kusta telah menjadi perhatian pemerintah Indonesia meskipun kasus ini masuk kategori neglected tropical diseases atau penyakit tropis terabaikan. Hal ini terbukti dengan memasukkannya dalam RPJMN pada Perpres 12/2025.

Eliminasi kusta ini juga punya indikator baru karena jika menghitung dari indikator lama, Indonesia sudah berhasil eliminasi, namun WHO mengeluarkan indikator baru.

“Jadi target 2029 sebanyak 42 kabupaten/kota bisa eliminasi kusta, kemudian proporsi kusta baru tanpa disabilitas mencapai 89 persen, persentase penderita kusta menyelesaikan pendekatan tepat waktu 90 persen, dan proporsi kasus kusta anak itu bisa kurang dari 5 persen. Saat ini kita belum mencapai target-target tersebut,” urainya.

Situasi kusta nasional, sudah ada 395 kabupaten/kota yang berhasil eliminasi kusta sebenarnya dengan prevalensi kurang dari 1/10 ribu penduduk. Namun WHO pada 2023 mengeluarkan kriteria baru yaitu tidak ada kasus kusta anak selama 5 tahun dan tidak ada kasus dewasa dalam 3 tahun terakhir.

“Ini tidak hanya melihat dari jumlah tapi juga melihat kasus anaknya. Ternyata baru ada 6 kabupaten/kota kita yang eliminasi. Ini menjadi tantangan bagi kita semua bahwa ternyata dari sisi jumlah prevalensi kita memang sudah banyak kab/kota yang sebagian besar sudah eliminasi. Namun dilihat dari kasus anak, sebagian besar masih ada kasusnya. Pada 2024 ada 14.698 kasus kusta baru sedangkan sampai dengan Mei 2025 itu ada 3.716 kasus baru,” kata Ina.

Berdasarkan perhitungan Oxford University Clinical Research Unit ternyata kasus kusta Indonesia diperkirakan masih tinggi. Sehingga ini menjadi tantangan bagi semua pihak karena penemuan kasus belum sampai 40 persen dan masih banyak kasus kusta yang belum ditemukan.

“Indikator kusta Indonesia 2025 ada sekitar 10 provinsi yang kasus kusta tanpa disabilitas kurang dari target yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Bangka Belitung, Jambi, Jawa Barat, Lampung, Kalimantan Tengah, Jakarta, Kalimantan Selatan, dan Papua Tengah. Kemudian untuk persentase penderita kusta menyelesaikan pengobatan tepat waktu ada 7 provinsi yang berhasil mencapai target yaitu Bali, Lampung, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Aceh, Papua Selatan, dan Sumatra Selatan. Untuk proporsi kasus kusta anak tertinggi di daerah Papua Tengah,” ujarnya.

Di tempat yang sama, President of Sasakawa Health Foundation, Takahiro Nandri, mengatakan bahwa perusahaannya didirikan pada 1974 untuk mengeliminasi kusta di seluruh dunia.

“Kami bekerja sama dengan WHO dan sudah berjalan selama 50 tahun. Melalui WHO kami sudah membantu 40 negara termasuk Indonesia untuk eliminasi kusta. Jumlah dana yang sudah dikeluarkan mencapai USD 20 juta termasuk untuk mendistribusikan obat kusta secara gratis termasuk untuk Indonesia,” ucap Takahiro.

“Kami bekerja bukan hanya untuk mengeliminasi kusta di seluruh dunia tapi juga menghapuskan stigma terhadap orang yang pernah mengalami kusta. Kami melaksanakan global forum yang mengundang organisasi orang yang pernah mengalami kusta setiap tiga tahun sekali sebagai pra kegiatan International Leprosy Congress. Lebih dari 130 orang dari 20 negara yang pernah mengalami kusta berkumpul dalam satu tempat untuk membicarakan eliminasi dan diskriminasi terhadap kusta,” pungkasnya. (H-3)

Read Entire Article
Global Food