Glacier Self-Cooling Tersisa Sementara, Pemanasan Global Diprediksi Percepat Pelelehan Es

5 hours ago 1
Glacier Self-Cooling Tersisa Sementara, Pemanasan Global Diprediksi Percepat Pelelehan Es Penelitian terbaru mengungkap gletser sementara mendinginkan udara sekitarnya, namun efek ini akan puncak dalam dua dekade ke depan. (ISTA)

PARA ilmuwan menemukan gletser di seluruh dunia memiliki kemampuan mendinginkan udara sekitarnya secara sementara, memperlambat sebagian efek pemanasan global. Fenomena ini, yang didorong angin katabatik, diprediksi akan mencapai puncaknya dalam dua dekade ke depan sebelum berbalik arah. Saat gletser kehilangan massa cukup besar, permukaan mereka akan memanas lebih cepat, mempercepat pencairan es.

Penelitian terbaru dari kelompok Pellicciotti di Institute of Science and Technology Austria (ISTA), yang diterbitkan di Nature Climate Change, menyoroti bahwa kemampuan pendinginan ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2030-an.

"Semakin panas iklim, gletser akan semakin mendinginkan mikroklimanya dan lingkungan di lembah. Namun efek ini tidak akan bertahan lama, dan sebelum pertengahan abad ini tren akan berbalik," ujar Thomas Shaw, peneliti postdoctoral di laboratorium Francesca Pellicciotti.

Shaw menceritakan pengalaman di Swiss Alps pada Agustus 2022, saat melakukan pengukuran di Glacier de Corbassière pada ketinggian lebih dari 2.600 meter. Meski suhu udara global terus meningkat, permukaan gletser tampak memanas lebih lambat. Beberapa gletser besar, seperti di Himalaya, bahkan menghasilkan udara dingin yang mengalir ke lembah, menciptakan efek pendinginan alami.

Tim Pellicciotti menganalisis data dari 350 stasiun cuaca di 62 gletser di seluruh dunia, memeriksa suhu dekat permukaan gletser dibandingkan suhu udara sekitar. Hasilnya, suhu permukaan gletser rata-rata meningkat 0,83°C untuk setiap kenaikan 1°C suhu udara sekitarnya. Studi ini juga meneliti faktor yang membatasi efek pendinginan, seperti adanya lapisan puing di bagian bawah gletser.

Dari pemodelan proyeksi masa depan, Shaw dan tim memprediksi efek pendinginan ini akan memuncak antara 2020-an hingga 2040-an, sebelum kehilangan massa gletser yang signifikan memicu percepatan pencairan. Setelah itu, gletser akan kembali "terkoneksi" dengan suhu udara yang terus memanas, menandai awal penurunan besar-besaran.

Walaupun hasilnya suram, Shaw menekankan bahwa efek pendinginan sementara ini memberi waktu tambahan untuk mengoptimalkan pengelolaan sumber air selama beberapa dekade ke depan. Namun, ia menegaskan bahwa upaya untuk menyelamatkan gletser dengan teknik geo-engineering, seperti penyemaian awan atau menutup es dengan penutup buatan, tidak efektif.

"Dekade mendatang adalah waktu untuk refleksi, manajemen air yang efektif, dan meningkatkan kesadaran publik tentang perubahan iklim akibat manusia. Setiap sepercik derajat sangat berarti," kata Shaw.

Penelitian ini menegaskan perlunya aksi global terpadu untuk menekan emisi dan melindungi kehidupan manusia dari konsekuensi pemanasan global yang semakin nyata. (Science Daily/Z-2)

Read Entire Article
Global Food