
PEMERINTAH Kota Tangerang Selatan (Tangsel) berupaya menerapkan model pengembangan pariwisata pentahelix yang menempatkan komunitas masyarakat sebagai salah satu aktor utama. Salah satu wujudnya, pusat kuliner akan didirikan di tiap kecamatan di Kota Tangsel.
“Kita sadar Tangsel itu bukan wisata alam yang ditonjolkan karena tidak punya laut, tapi kita punya hotel-hotel, pusat belanja, dan dalam rangka pengembangan pariwisata pentahelix kita akan membangun pusat kuliner di tiap kecamatan,” kata Kepala Dinas Pariwisata Tangerang Selatan (Kadispar Tangsel) Heru Sudarmanto, dalam acara seminar dan diskusi Indonesia Smart Destination – Shaping the Future of Travel yang digelar Swiss German University (SGU) di Ramada by Windham Serpong Hotel, Tangsel, Banten, Senin (6/10).
Selain Kadispar Tangsel, SGU menghadirkan tiga narasumber lainnya, yang mewakili tiga bidang stakeholder pariwisata berbeda, dalam acara yang digelar untuk merayakan World Tourism Day 2025, yang jatuh pada 27 September. Media Indonesia didapuk sebagai perwakilan dari sektor media massa, di mana kehadirannya diwakili oleh redaktur Bintang Krisanti.
Dua narasumber lainnya adalah Chief People Officer Tiket.com, Dudi Arisandi, dan Area General Manager Indonesia-Resort Operation Travel & Leisure, Indra Budiman.
Pariwisata pentahelix merupakan model pengembangan pariwisata yang didorong Kementerian Pariwisata (Kemenpar) untuk memastikan keberlanjutan destinasi wisata di Indonesia. Selain pemerintah dan masyarakat, tiga aktor lainnya dalam pentahelix itu adalah industri/bisnis, akademisi, dan media.
Lebih lanjut, Heru mengungkapkan selain membangun pusat kuliner di seluruh tujuh kecamatan, Pemkot Tangsel juga meningkatkan kolaborasi dengan wilayah-wilayah tetangga di Provinsi Banten. “Contohnya ICE (Indonesia Convention Exhibition) BSD ini ada di Kabupaten Tangerang, nah hotelnya bisa di Tangsel dan aksesnya juga kita bagus. Jadi intinya apa yang kelemahan Tangsel bisa ditutupi Tangerang, dan kelemahan Tangerang bisa ditutupi Tangsel. Jadi saling mendukung,” tuturnya.
Kolaborasi untuk Masa Depan Pariwisata
Sebelum bincang-bincang, dalam pidato sambutannya, Wakil Rektor SGU Bidang Non Akademik Assoc. Prof. Ir. James Purnama, M.Sc, menyatakan bahwa kolaborasi lintas sektor sangat penting bagi pariwisata Indonesia. “Seperti juga tema acara ini, kolaborasi lintas sektor, termasuk pemerintah, industri, pendidikan, dan media, sangat penting untuk membantuk masa depan pariwisata Indonesia,” katanya.
SGU merupakan universitas yang juga memainkan peranan penting dalam sektor pariwisata lewat jurusan strata-1, Hotel and Tourism Management. Pendidikan sarjana itu menggunakan sistem double degree bekerja sama dengan International Management Institute (IMI) di Swiss.
Dalam diskusi, Media Indonesia dimintai pandangan dan masukkannya mengenai peran media massa dalam mendukung pariwisata di era digital. Bintang menjelaskan bahwa dukungan Media Indonesia, yang tahun ini berusia 55 tahun, terhadap sektor pariwisata dibuktikan dengan adanya halaman khusus Travelista yang pertama diterbitkan hampir tiga dekade lalu.
Transformasi digital pemberitaan pariwisata juga dilakukan dengan adanya kanal Travelista di website mediaindonesia.com.
“Kemudian di era medsos ini, berita pariwisata, seperti juga berita-berita lain di Media Indonesia, juga dibuat dalam bentuk reels, Instastory, dan lainnya. Untuk bentuk kontennya kami pun mengadaptasi tren yang ada, namun tetap mengacu kode etik jurnalistik juga. Contohnya dengan menjaga keberimbangan, tidak overclaim, yang mana saat ini masyarakat juga sudah peka dan kritis,”.(M-2)