BRIN Dorong Penguatan Riset Imunoterapi untuk Pengobatan Kanker di Indonesia

3 days ago 9
BRIN Dorong Penguatan Riset Imunoterapi untuk Pengobatan Kanker di Indonesia Ilustrasi(Freepik)

IMUNOTERAPI kini menjadi salah satu terobosan paling menjanjikan dalam pengobatan kanker modern. Berbeda dari terapi konvensional yang berfokus menghancurkan sel kanker secara langsung, pendekatan ini mengoptimalkan sistem imun tubuh agar mampu mengenali dan melawan sel ganas dengan lebih efektif.

“Imunoterapi kanker adalah revolusi dalam dunia onkologi. Pendekatan ini tidak hanya menyerang sel kanker, tetapi juga mengaktifkan mekanisme alami tubuh,” ujar Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN, Ni Luh Putu Indi Dharmayanti. 

Indi menekankan pentingnya kolaborasi lintas bidang dalam mempercepat penerapan imunoterapi. “Tantangannya adalah menjembatani hasil riset dengan penerapan klinis, agar terapi ini bisa diakses lebih luas oleh masyarakat,” katanya.

Peneliti Pusat Riset Biomedis BRIN, Bugi Ratno Budiarto, memaparkan temuan terbarunya yang menunjukkan hubungan antara mekanisme perbaikan DNA (DNA Damage Response atau DDR) dan aktivitas sel T sitotoksik (CD8) yang berperan penting dalam menghancurkan tumor. Menurutnya, ketika sel imun terpapar antigen berulang kali, terjadi kondisi “kelelahan” yang memicu aktivasi protein DDR seperti ATR dan ATM.

“Menariknya, ketika diferensiasi menuju kelelahan ini dihambat melalui inhibitor DDR, aktivitas molekul efektor seperti TNF- alpha dan interferon meningkat signifikan. Artinya, pengaturan jalur DDR bisa menjadi strategi baru untuk menjaga daya serang sel imun terhadap tumor,” ujar Bugi.

Temuan tersebut membuka peluang pengembangan terapi kombinasi baru berbasis modulasi DDR, sekaligus memperluas pemahaman tentang cara sistem imun beradaptasi terhadap stres seluler.

Bugi juga menjelaskan hasil riset lanjutannya dengan multiplex spatial proteomics, yang menunjukkan bahwa sel CD8 yang mengalami kelelahan justru aktif berinteraksi dengan sel imun lain di lingkungan tumor. 

“Analisis spasial memperlihatkan bahwa posisi dan interaksi antarsel sama pentingnya dengan jumlah sel imun, karena keduanya memengaruhi prognosis pasien dan respons terhadap imunoterapi,” tambahnya.

Kepala Pusat Riset Biomedis BRIN, Sunarno, menegaskan bahwa kekuatan riset biomedis tidak hanya terletak pada hasil laboratorium, tetapi pada dampaknya bagi masyarakat. 

“Perjalanan imunoterapi dari laboratorium ke rumah sakit mencerminkan esensi sains translasi. BRIN berkomitmen memastikan riset biomedis memberi solusi konkret yang meningkatkan kualitas hidup manusia,” ungkapnya.

Dari sisi praktik klinis, dokter Edi Setiawan Tehuteru dari Rumah Sakit Mayapada Tangerang membagikan pengalamannya dalam penggunaan imunoterapi dan transplantasi sel punca. Menurutnya, pendekatan ini telah memberikan hasil signifikan dalam meningkatkan angka kesembuhan pasien leukemia anak di Indonesia.

Sementara itu, Senior Consultant Malaysia Association for Cell and Gene Therapy, Lim Teck Onn, menyoroti kemajuan terapi genetik berbasis CAR-T cell yang memungkinkan sel imun tubuh dimodifikasi untuk mengenali dan menghancurkan sel abnormal.

Melalui forum ini, BRIN menegaskan komitmennya memperkuat riset biomedis nasional serta membangun ekosistem kolaborasi internasional. Upaya ini sejalan dengan visi BRIN untuk menjadikan riset kesehatan sebagai fondasi inovasi dan kemandirian bangsa di bidang bioteknologi.

“Dengan penguasaan ilmu dan teknologi, kita bisa mengubah tantangan menjadi peluang dan menjadikan riset sebagai motor penggerak kesehatan bangsa,” pungkas Indi.(M-2)

Read Entire Article
Global Food