AI Emang Pintar, tapi enggak Punya Hati!, Psikolog Ingatkan Risiko Curhat ke AI

1 day ago 11
AI Emang Pintar, tapi enggak Punya Hati!, Psikolog Ingatkan Risiko Curhat ke AI Ilustrasi: Seseorang tengah curhat dengan aplikasi AI pada ponsel pintarnya.(ANTARA/Ahmad Rifandi)

GURU Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Rose Mini Agoes Salim, mengingatkan masyarakat untuk tidak menjadikan kecerdasan buatan (AI) sebagai tempat curhat atau konsultasi terkait permasalahan hati dan kepribadian. Menurutnya, AI tidak mampu memahami secara utuh konteks dan kondisi psikologis seseorang.

“Apa yang diungkapkan oleh AI mungkin betul, tapi apakah itu bisa suitable atau cocok untuk situasi kondisi orang ini saat ini, itu yang mesti dipertanyakan lebih lanjut. Kalau kaitannya dengan sesuatu misalnya masalah hati, kepribadian, ada baiknya untuk tidak selalu dengan AI konsultasinya,” kata psikolog yang disapa Romi dikutip dari Antara, Senin (13/10).

Romi menjelaskan, jawaban AI cenderung bersifat standar karena bersumber pada basis data yang sama. Artinya, respons yang diberikan bisa seragam untuk banyak orang, tanpa mempertimbangkan faktor individual.

Romi mengatakan AI memang bisa mengumpulkan data-data untuk menjawab atas permasalahan kita. Namun, jika masalahnya menyangkut hal spesifik tentang kepribadian atau masalah tertentu yang sebenarnya tidak bisa dijelaskan lewat data, maka hasilnya akan menjadi kurang tepat jawabannya karena tidak melihat situasi kondisi atau keadaan orang tersebut.

"Bagaimana dia meresponsnya, beradaptasi dengan masalahnya, bagaimana dia juga kemudian mencari jalan keluar dari masalahnya. Hal itu kan kalau kita konsultasi ke seseorang manusia, maka kemungkinan akan dipertimbangkan hal-hal yang lain,” jelasnya.

Romi mengatakan saat berkonsultasi dengan manusia justru akan mempertimbangkan lebih banyak aspek, termasuk cara seseorang beradaptasi, merespons masalah, hingga mencari jalan keluar.

Menurut Romi, sebagian orang mungkin merasa lebih nyaman bercerita pada AI karena tidak merasa dihakimi dan percaya rahasianya aman. Namun, jika seseorang merasa tidak memiliki teman dekat untuk berbagi, konsultasi dengan psikolog seharusnya tidak dianggap tabu atau identik dengan gangguan jiwa.

Meski curhat dengan teman dekat memang biasanya lebih nyaman karena sudah saling paham. Namun, lanjut Romi, teman yang terlalu memahami kita kadang memberikan saran belum tentu sesuatu yang objektif, tapi berdasarkan pendirian-pendirian tertentu.

“Ada baiknya memberikan kesempatan pada diri orang ini yang perlu konsultasi itu untuk mengevaluasi dulu. Apakah saya memang tidak sama sekali membutuhkan orang untuk curhat, atau memang hanya dengan butuh dengan AI. Karena jangan sampai dengan hasil informasi yang diberikan AI bisa jadi salah jalan juga,” kata Romi.

Romi menegaskan, manusia pada dasarnya makhluk sosial sehingga interaksi dengan sesama manusia sangat penting. AI boleh digunakan untuk mencari informasi ringan, namun untuk permasalahan yang lebih dalam, sebaiknya tetap melibatkan ahli.

“Kalau kadang-kadang cari informasi yang kecil tentang sesuatu ‘saya kok suka cemas ya apa ya penyebabnya bisa ini bisa ini’, nah itu mungkin masih bisa ya. Tapi kalau misalnya sudah mendalam, kalau menurut saya sebaiknya tidak dengan AI lagi,” jelas Romi. (P-4)

Read Entire Article
Global Food