Wamen Fajar Sebut Sekolah Maju Punya Tanggung Jawab Moral dan Profetik

5 days ago 9
Wamen Fajar Sebut Sekolah Maju Punya Tanggung Jawab Moral dan Profetik Konvensi Nasional VIII SPK Indonesia pada Jumat (10/10) di Bandung Alliance Intercultural School.(Dok Kemendikdasmen)

GENERASI saat ini dihadapkan dengan berbagai persoalan yang kompleks, mulai dari persoalan kesehatan mental, semangat individualistik yang kian menebal, hingga pudarnya kesadaran akan tanggung jawab sosial dan moral. 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat dimaksudkan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi ragam persoalan tersebut.

Hal ini disampaikan oleh Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Fajar Riza Ul Haq ketika menjadi pembicara utama dalam Konvensi Nasional VIII SPK Indonesia pada Jumat (10/10) di Bandung Alliance Intercultural School.

Wamen Fajar menilai dunia saat ini semakin terfragmentasi dan individualistik. Orang tidak lagi peduli dengan lingkungan sekitarnya. Inilah yang menjadi salah satu perhatian Kemendikdasmen terkait membangun tanggung jawab moral dan sosial di kalangan anak-anak saat ini.

"Budaya individualistik yang sudah muncul sekitar tahun '90-an ketika modernisasi berkembang, sekarang makin parah dengan adanya media sosial. Jangankan dengan tetangganya, dengan kakaknya saja di rumah belum tentu peduli. Bahkan mungkin dengan orangtuanya juga tidak peduli. Dipanggil saja tidak dengar. Ini kan gejala umum di kalangan anak-anak kita hari ini. Kalau dikaitkan dengan tanggung jawab sosial di kalangan anak-anak kita, itu menjadi tantangan. Nah, kita ingin membangkitkan itu," papar Wamen Fajar.

Menurut Wamen Fajar, SPK memiliki sistem atau metode dalam membangun karakter yang kuat, membangun resiliensi, dan membangun tanggung jawab sosial. Maka dari itu, Fajar mengajak Perkumpulan SPK untuk bisa mengimbaskan praktik-praktik baik ke sekolah lain yang ada di sekitarnya. 

"SPK bisa menjadi semacam pusat penyebaran praktik baik, baik secara inovasi, pembelajaran, kepemimpinan sekolah, maupun teknologi pendidikan," tutur Wamen Fajar.

"Orang yang maju di depan, orang yang mampu, dan orang yang makmur, punya tanggung jawab moral kepada orang yang ada di bawahnya. Itu adalah panggilan profetik yang berlaku di semua agama. Ajaran agama apa pun, menganjurkan kita untuk menolong sesama. Dan cara menolong tidak harus dengan materi, tetapi juga bisa dengan berbagi praktik baik," tambahnya. 

Wamen Fajar berharap para murid yang dididk di SPK bisa tumbuh menjadi manusia Indonesia yang seutuhnya dengan kesadaran warga global yang tetap berpijak pada nilai-nilai dasar bangsa. 

"Think globally, act locally. Bagaimana anak-anak kita punya wawasan global, tetapi kakinya tetap berpijak pada Pancasila. Tidak kehilangan jati dirinya. Inilah salah satu tantangan bagaimana SPK betul-betul tumbuh menjadi lembaga pendidikan yang inklusif. Tumbuh menjadi lembaga yang menjembatani antara yang di atas dan yang di bawah. Tumbuh menjadi lembaga yang mengayomi sekolah-sekolah di sekitarnya yang memang butuh pertolongan," terangnya.

Mengutip Peter Senge, Wamen Fajar menyebutkan bahwa di antara prinsip yang harus dikedepankan agar mampu menciptakan lingkungan sekolah sebagai organisasi pembelajaran ialah shared vision. 

"Kita berbagi visi, berbagi nilai kepada orang di sekitar kita. Di samping juga kita harus mengembangkan system thinking, berpikir sistemik. Karenanya, ketika melihat persoalan tidak terkotak-totak, tetapi melihat bagian dari keterhubungan atau interkoneksitas. Dan itu ada dalam pembelajaran mendalam," ujar Wamen Fajar.

Wamen Fajar mengatakan bahwa dengan partisipasi semesta mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua, sehinga Indonesia Emas 2045 dapat tercapai sekaligus bisa menjauhi narasi-narasi yang muncul seperti Indonesia Cemas. Kalau kita ada kemauan yang kuat, kita akan bisa keluar dari bayang-bayang kecemasan itu menuju bayang-bayang yang gemilang: Indonesia Emas yang ingin kita raih," pungkas Wamen Fajar. (RO/I-2)

Read Entire Article
Global Food