
KONDISI Krakatau Steel (KS) saat ini dinilai jauh lebih baik daripada sebelumnya. Bahkan diyakini, ke depan, BUMN tersebut akan lebih cerah dan kembali menjadi tulang punggung industri baja nasional. Demikian disampaikan Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho.
”Saya cukup optimistis, karena sekarang Krakatau Steel sudah berada di jalur yang jauh lebih baik dibandingkan beberapa tahun lalu. Bahkan tidak hanya pulih, saya yakin KS juga kembali menjadi tulang punggung industri baja nasional,” kata Andry, Kamis (16/10).
Salah satu indikatornya, jelas Andry, adalah restrukturisasi besar yang sudah dilakukan, termasuk keberhasilan melakukan haircut utang hampir US$156 juta dengan empat bank swasta. Langkah ini, kata dia, menunjukkan tekanan keuangan mulai berkurang dan ruang gerak perusahaan menjadi lebih luas untuk fokus pada bisnis intinya.
Tak kalah penting, kunci keberlangsungan Krakatau Steel sebagai industri baja strategis ialah dukungan modal kerja. Penyediaan modal kerja merupakan kebutuhan mendesak agar perusahaan dapat mengoperasikan fasilitas produksi secara efisien dan berkelanjutan.
Hal ini, kata dia, kemudian dialokasikan untuk kegiatan produktif seperti pembelian bahan baku, peningkatan efisiensi produksi, dan transformasi bisnis anak usaha. “Artinya, orientasi KS saat ini bukan sekadar bertahan hidup, tetapi membangun fondasi pertumbuhan baru agar dapat menghasilkan laba secara berkelanjutan mulai 2026,” jelas Andry.
Prospek bisnis KS, juga dinilai sangat menjanjikan. Andry melihat, dalam konteks ekonomi ke depan, kebutuhan baja dalam negeri akan terus meningkat seiring percepatan pembangunan infrastruktur dan hilirisasi industri. “Per tahunnya kurang lebih kebutuhan domestik kita di kisaran 21 juta ton,” ucap Andry.
Karena itu, ia percaya, selama bisa menjaga momentum transformasi, KS tidak hanya akan pulih. Lebih dari itu, juga mampu kembali menjadi tulang punggung industri baja nasional.
PERLINDUNGAN MEMADAI
Namun, kata dia, di sisi lain pemerintah harus memberikan perlindungan yang memadai dari praktik perdagangan yang tidak adil serta memberikan kesempatan untuk terlibat dalam proyek strategis yang menguntungkan.
Andry berharap upaya penyelamatan KS harus dilakukan sesegera mungkin.
Apalagi industri baja merupakan ibu industri atau fondasi dari seluruh kegiatan ekonomi. Hampir semua sektor yang mendorong pertumbuhan ekonomi, mulai dari infrastruktur, transportasi, konstruksi, energi, sampai manufaktur, semuanya bergantung pada baja.
“Jadi saat industri baja nasional seperti Krakatau Steel bisa bertahan dan tumbuh, efek berantainya sangat besar terhadap perekonomian secara keseluruhan,” ujarnya.
Selain itu, penting juga melihat dari sisi kemandirian ekonomi. Jika industri baja dalam negeri lemah dan terlalu bergantung pada impor, bukan hanya neraca perdagangan yang terganggu, tetapi daya saing industri nasional juga ikut tergerus.
“Karena itu, penyelamatan industri baja bukan sekadar menyelamatkan satu perusahaan, melainkan menjaga agar seluruh rantai industri tetap berjalan dan program besar seperti hilirisasi atau pembangunan infrastruktur tetap memiliki demand creation bagi industri baja kita,” pungkas Andry.
RESTRUKTURISASI UTANG
Secara terpisah, pengamat BUMN Toto Pranoto juga menilai positif upaya restrukturisasi utang KS. ”Kalau saat ini Karakatau Steel mendapatkan ‘kemudahan’ lagi dari para kreditur perbankannya, saya kira merupakan satu peluang agar ke depan KS bisa menata organisasi dengan lebih baik,” kata Toto yang juga Associate Partner BUMN Research Group LMUI.
Selain restrukturisasi utang, Toto juga sepakat, KS harus mendapat dukungan penuh dari Danantara. Dalam hal ini, Danantara harus memposisikan Krakatau Steel sebagai salah satu industri strategis yang memang harus diperkuat.
”Jadi kalau kondisinya sulit, kemudian bisa dapat relaksasi dari bank, kemudian ada kebutuhan modal kerja, ya seoptimal mungkin Danantara seharusnya hadir. Saya kira akan sia-sia proses restrukturisasi yang sudah dicapai Krakatau Steel ini jika ke depan tidak bisa menjalankan operasi karena tidak punya modal kerja. Akan cukup repot nanti jika kita tidak punya industri strategis seperti Krakatau Steel,” jelas Toto. (Ant/E-2)