
SAAT ini, persaingan perusahaan teknologi mengandalkan iklan besar-besaran. Tanpa iklan besar, klien pun tak datang. Perusahaan rintisan (startup) pun berupaya mematahkan klaim itu dengan mengandalkan kepercayaan dan jaringan personal.
“Kita punya prinsip the power of segelas kopi. Yaitu karena kita semua berdasarkan network, dari teman ke teman,” ungkap Dionisius A. Wibisono, Direktur Utama Indofast Digital, kepada media di Jakarta, Rabu (15/10).
Startup yang fokus pada internet of things (IoT) dan artificial intelligence (AI) itu mengeklaim 90 persen klien datang melalui apa yang mereka sebut 'the power of segelas kopi'.
Strategi sederhana namun efektif ini terbukti membawa perusahaan menangani proyek-proyek besar.
Indofast Digital menghadirkan sistem terintegrasi yang menggabungkan IoT dan AI untuk predictive maintenance. Teknologi ini memungkinkan perusahaan memprediksi kerusakan mesin sebelum terjadi.
“Misalnya udah 10 persen aja, si sensornya ngirim data: ‘Eh ini filternya perlu diganti.’ Jadi si pabrik bisa hemat cost, nggak harus tunggu rusak 100 persen,” jelas selaku Business Development Indofast Digital Mira Namira.
Dengan maintenance yang tepat waktu, umur mesin yang seharusnya habis dalam 5 tahun bisa bertahan hingga 10-15 tahun, menghemat biaya investasi peralatan baru yang mencapai miliaran rupiah.
Dashboard terpadu
Proyek CCTV yang dikembangkan pun melampaui fungsi rekaman biasa. Sistem mampu mendeteksi jumlah kendaraan, menghitung kerumunan massa, bahkan membaca plat nomor kendaraan.
“Plat nomor mobil itu nanti kebaca, nanti langsung ke link database. Jadi kalau misalnya ada kecelakaan, real time kita tahu ini mobilnya siapa,” ungkap Mira.
Yang membedakan dari kompetitor adalah sistem sentralisasi. Jika sebelumnya setiap vendor menggunakan platform berbeda yang menyulitkan koordinasi, Indofast Digital menciptakan satu dashboard terpadu untuk memantau seluruh kamera di satu kota.
Bahkan, perusahaan ini tengah mengembangkan teknologi AI untuk mengidentifikasi ambulans dan otomatis mengubah lampu merah menjadi hijau. Selain itu, mereka juga mengembangkan inovasi sistem parkir otomatis tanpa tap kartu. Sistem ini juga bisa mengenali pola kunjungan untuk memperketat keamanan.
“Nggak perlu tap-tapan kartu. Masuk, di-capture, jebret! Pelat nomor itu kami jadikan ID,” kata Dionisius.
Dalam persaingan harga, mereka menempatkan harga sebagai prioritas kedua setelah kepercayaan dan kualitas solusi. “Harga itu nomor dua. Karena pertama kita sudah pegang network-nya,” tegas Dionisius. “Yang dicari adalah kenyamanan.” (M-3)