Mantan Presiden Joko Widodo.(MI/Widjajadi)
MANTAN Presiden Joko Widodo tidak mempersoalkan kritikan pedas pakar transportasi, Agus Pambagio, yang menyebutkan bahwa proyek kereta cepat (Whoosh) dibangun bukan atas dasar kebutuhan, melainkan keinginan presiden kala itu. Kini Whoosh memunculkan utang yang terus membengkak.
"Begini ya, kita harus tahu permasalahannya terlebih dahulu," kata Jokowi kepada wartawan.
Ia menyebut, Whoosh dibangun untuk menjadi salah satu dari serangkaian solusi untuk menguraikan kemacetan di Jakarta yang merugikan keuangan negara sedikitnya Rp65 triliun per tahun. Di samping itu, terdapat potensi kerugian akibat kemacetan di kawasan Jabodetabek dan Bandung yang lebih dari Rp100 triliun per tahun.
Karena itu untuk mengatasi kemacetan parah yang sangat merugikan itu, pemerintah perlu mengambil langkah strategis membangun transportasi massal, untuk layanan publik.
"Maka dibangun MRT, LRT, KRL, kereta bandara, dan juga kereta cepat (Whoosh) untuk tujuan masyarakat berpindah dari kendaraan pribadi, yakni mobil dan sepeda motor ke kereta cepat, MRT, LRT, KRL kereta bandara," imbuh dia.
Dia menegaskan, prinsip dasar transportasi massal adalah layanan publik, dan bukan bertujuan mencari laba.
"Jadi transportasi umum transportasi massal itu tidak bisa diukur dengan mencari laba, tapi keuntungan sosial atau social return on invesment (SROI)," lugas mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Keuntungan sosial atau SROI dalam pembangunan transportasi massal dapat dilihat dari terjadinya pengurangan emisi karbon, produktivitas yang meningkat, polusi yang semakin berkurang, waktu tempuh jadi lebih cepat, dan juga multiplier effect economics (efek berganda ekonomi).
Karena itu, ia menilai munculnya subsidi dalam transportasi massal adalah investasi, dan bukan kerugian. Sebab seperti proyek MRT, subsidi yang dikeluarkan pemprov DKI adalah Rp800 miliar per tahun.
"Itu saja baru rute Lebak Bulus - HI. Nanti kalau keseluruhan rute selesai, maka subsidi yang harus dikekuarkan mencapai Rp4,5 triliun," ujar Jokowi.
Dari layanan umum MRT yang sudah berjalan, sudah berhasil mengangkut 147 juta penumpang. Demikian pula untuk layanan LRT, KRL, dan kereta lain. Kereta cepat Whoosh hingga saat ini sudah mengangkut 12 juta penumpang atau rerata 19 ribu penumpang tiap hari.
Dari progres yang terus berlangsung, Jokowi mengatakan bahwa semua tidak terjadi sekonyong-konyong. Sebab di situ tercipta multiplier effect, yakni muncul titik-titik ekonomi baru, UMKM yang semakin berkembang, dan sektor pariwisata di Bandung yang terus membaik.
"Itulah kemanfaatan yang diperoleh dari pembangunan transportasi massal, dan itu pula yang terjadi di banyak negara seperti Korea Selatan, Jepang, dan Eropa. Seperti Metro Paris subsidi hampir 50% lebih. Begitu halnya Metro London, subsidinya hampir sama," lugas Jokowi dekali lagi.
Ia meyakini bahwa dengan terus terjadinya pergerakan dan perpindahan masyarakat dari kendaraan pribadi ke transportasi massal, maka kerugian akan semakin mengecil. Seperti Whoosh yang tiap hari mengangkut 19 ribu penumpang, ke depan akan semakin naik, sehinggga diperkirakan dalam waktu 5 - 6 tahun kerugian pun akan semakin kecil lagi. (WJ/E-4)

4 hours ago
1
















































