
CV Siwarak Sejahtera Sentosa (SSS) Food, produsen nanas madu olahan di Siwarak, Purbalingga, Jawa Tengah, berhasil memberdayakan hampir seribu petani nanas madu. Tak hanya menciptakan lapangan kerja, pemilik produk Nanas-Qu itu juga menggerakkan ekonomi lokal serta menjaga lingkungan melalui pemanfaatan limbah menjadi produk bermanfaat, bahkan membuka potensi desa wisata.
Ngudiono, pemilik SSS Food, menceritakan bahwa awalnya ia hanya bekerja sama dengan puluhan petani. Namun, jumlah mitra terus bertambah hingga mencapai lebih dari 900 petani.
“Lewat Pertapreneur Aggregator, saya belajar membangun rantai pasok yang adil, mengelola produksi lebih efisien, dan meningkatkan penghasilan, bukan hanya untuk saya, tapi juga untuk para petani,” ujar Nguidono.
Usahanya kian berkembang kian setelah menempati posisi kedua dalam ajang Pertamina Pertapreneur Aggregator 2024. Didukung program tersebut, kapasitas produksi Nanas-Qu meningkat pesat, dari semula hanya 1.200-1.500 cup per hari, kini bisa menembus lebih dari 5.000 cup berkat bantuan alat hibah Pertamina. Varian produknya pun semakin beragam, mulai dari jus, dodol, manisan, selai, hingga asinan dan koktail nanas.
Jumlah pekerja juga bertambah signifikan. Jika saat berdiri pada 2016 hanya mempekerjakan tiga orang, kini sudah lima kali lipat. Dalam dua tahun mendatang, Ngudiono menargetkan mampu menyerap hingga 30 tenaga kerja lokal. Optimisme ini semakin kuat karena produk Nanas-Qu sudah menembus pasar internasional. Setelah masuk ke sejumlah negara, kini mereka membidik pasar baru di Timur Tengah dan Asia Timur, sambil memperluas distribusi domestik ke berbagai wilayah termasuk Jabodetabek.
Di sisi lain, kepedulian lingkungan menjadi perhatian utama. Jika dulu kulit dan pucuk nanas dibuang ke sungai, kini limbah itu diolah menjadi pakan ternak dan pupuk kompos oleh kelompok pengelola khusus. “Pertapreneur mengajarkan kami peduli pada 2P: planet dan people, sambil tetap mencari profit,” jelas Ngudiono.
Tak berhenti di sana, ia juga bercita-cita membangun agrowisata nanas sebagai wisata edukasi, di mana pengunjung bisa melihat kebun nanas madu, proses pengolahan, sekaligus mencicipi produknya.
VP Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menyebut Pertapreneur Aggregator dirancang untuk melahirkan UMKM penggerak yang mampu merangkul UMKM lain agar naik kelas.
“Naik kelas bukan sekadar soal pendapatan, tapi juga memperluas jangkauan pasar, meningkatkan tenaga kerja, memperbanyak kelompok petani, serta melibatkan UMKM lain di sekitarnya,” ungkapnya.
Fadjar mengungkapkan program ini berkelanjutan dengan pendampingan eksklusif mulai dari sertifikasi, pusat pelatihan produksi, hingga pitching produk untuk ekspor. Pertamina menegaskan komitmennya menjalankan CSR sekaligus mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), terutama pada penciptaan lapangan kerja berkualitas dan pertumbuhan ekonomi lokal. (E-3)