Studi Stanford: 2 Spesies Hiu dengan Ciri Unik Ini Paling Rentan Punah

7 hours ago 3
 2 Spesies Hiu dengan Ciri Unik Ini Paling Rentan Punah Hiu langka yang terancam punah(Dok. Earth)

SELAMA lebih dari 400 juta tahun, hiu telah menjadi penguasa samudra, bertahan dari kepunahan massal dan perubahan iklim ekstrem. Namun kini, mereka menghadapi ancaman yang tak pernah mereka hadapi sebelumnya: manusia.

Penangkapan ikan berlebihan, polusi, dan rusaknya habitat laut telah mendorong sepertiga dari 500 spesies hiu di dunia ke ambang kepunahan. Ini bukan sekadar kabar buruk bagi laut, ini kabar buruk bagi kita semua.

Yang paling rentan bukanlah hiu putih besar atau hiu martil yang terkenal, melainkan spesies-spesies yang jarang disebut: hiu yang hidup di kedalaman laut, atau yang memiliki pola makan unik dan habitat terbatas.

Jika mereka lenyap, kita tidak hanya kehilangan nama di buku biologi. Kita kehilangan keunikan bentuk, perilaku, dan peran ekologis yang tak bisa digantikan makhluk lain.

Hiu Langka di Ambang Punah

Penelitian terbaru dari Universitas Stanford menyoroti genus Carcharhinus, yang mencakup 35 spesies hiu. Banyak di antaranya kini berstatus “Rentan,” “Terancam Punah,” bahkan “Sangat Terancam Punah” menurut IUCN.

Di antara yang paling kritis: hiu banteng dan hiu sirip putih samudra, predator puncak yang dulu berjaya, kini semakin jarang terlihat.

Hiu Tak Lazim, Risiko Tinggi

Untuk memahami pola kepunahan ini, tim ilmuwan menganalisis lebih dari 1.200 fosil dan gigi modern dari 30 spesies hiu. Dari bentuk gigi, mereka memetakan ukuran tubuh dan jenis mangsa setiap spesies.

Hasilnya mengejutkan: hiu dengan tubuh atau pola makan tidak lazim jauh lebih rentan punah dibandingkan hiu berukuran sedang dengan kebiasaan umum.

Hiu besar membutuhkan banyak mangsa, ketika rantai makanan terganggu, mereka tak bisa bertahan.

Hiu dengan bentuk tubuh atau perilaku spesifik pada habitat tertentu, seperti pantai dangkal atau palung laut, kehilangan peluang hidup ketika lingkungan mereka rusak.

Yang bertahan adalah hiu generalis, berukuran sedang, hidup di perairan terbuka, spesies “rata-rata” yang tersisa setelah badai kepunahan.

“Jika kepunahan massal ini terjadi, dunia akan dipenuhi hiu yang mirip satu sama lain, lebih sederhana, lebih membosankan, dan jauh lebih miskin keragaman,” ujar Mohamad Bazzi, peneliti pascadoktoral di Stanford Doerr School of Sustainability.

“Setiap perbedaan kecil di antara spesies memiliki arti. Masing-masing membawa sesuatu yang unik.”

Ketika Keunikan Laut Hilang

Kehilangan hiu langka bukan hanya tragedi estetika, ini bencana ekologi. Ketika spesies spesialis hilang, keseimbangan alam pun runtuh.

Kasusnya sudah kita lihat: penurunan burung nasar di Asia Selatan memicu ledakan penyakit; lonjakan populasi bulu babi akibat menurunnya predator menghancurkan terumbu karang dan memukul perikanan.

“Pengikisan keunikan morfologis hiu berarti hilangnya fungsi-fungsi penting dalam ekosistem,” jelas Jonathan Payne, profesor ilmu bumi dan planet di Stanford.

Kehilangan Lebih dari Sekadar Spesies

Hiu bukan sekadar makhluk laut. Mereka adalah arsip evolusi hidup, sumber inspirasi untuk desain teknologi, strategi berburu, hingga sistem imun yang tangguh.

“Ketika kita memusnahkan spesies ini, kita menghancurkan karya evolusi jutaan tahun,” lanjut Payne.

“Kita kehilangan solusi alami yang mungkin bisa membantu manusia, dari pengobatan penyakit hingga inovasi material baru.”

Pola ini bukan hal baru. Dari burung hingga tumbuhan, kepunahan selalu menyapu spesies langka, meninggalkan yang “biasa.” Alam menjadi homogen, sederhana tapi rapuh.

Namun belum terlambat. Ancaman terbesar bagi hiu, penangkapan berlebih, sepenuhnya bisa kita hentikan. Mengurangi polusi dan melindungi habitat laut dapat mempercepat pemulihan.

Kisah anjing laut gajah utara memberi harapan. Dari hanya 20 ekor yang tersisa pada 1800-an, kini populasinya telah pulih menjadi 150.000 ekor berkat perlindungan hukum.

“Konservasi bukan teori,” kata Payne. “Dalam beberapa dekade, kita bisa melihat perubahan nyata, jika kita bertindak sekarang.”

Jika kita menghentikan penangkapan hiu hari ini, laut masih bisa mempertahankan penghuninya yang paling luar biasa, makhluk-makhluk purba yang mengajarkan kita tentang ketahanan, keindahan, dan keseimbangan alam. (Earth/Z-10)

Read Entire Article
Global Food