Sengsara Apple dan Samsung Gegara Kebijakan Tarif Impor Besar-besaran Donald Trump

4 days ago 14
Portal Kabar Live Dini Akurat

Selular.ID – Reaksi terhadap implikasi tarif impor global yang dilancarkan oleh Presiden AS Donald Trump pada Rabu (2/4) terus bermunculan, kebanyakan pengamat memberikan pandangan yang suram.

Kepala analis CCS Insight Ben Wood mengatakan kepada Mobile World Live bahwa tarif AS kemungkinan akan memukul Apple dan Samsung dengan keras, yang pada gilirannya mengakibatkan harga yang lebih tinggi bagi konsumen di negara tersebut.

Dilansir dari laman Mobile World Live, Wood mencatat Apple dan Samsung memegang “pangsa penjualan ponsel pintar terbesar di AS”, sebuah masalah mengingat keduanya sangat bergantung pada China dan Vietnam untuk pembuatan perangkat mereka.

Negara-negara tersebut berada di puncak daftar tarif yang diungkapkan oleh Presiden Trump, dengan pungutan China sebesar 34 persen dan Vietnam menghadapi biaya 46 persen.

Setiap angka adalah tarif timbal balik yang diungkapkan oleh pemimpin AS dan angka China mungkin lebih tinggi jika biaya lain disertakan.

“Jika tidak ada yang berubah dengan cepat, kemungkinan harga eceran harus meningkat untuk ponsel pintar dan perangkat elektronik konsumen lainnya”, kata Wood.

Masalah lebih lanjut yang disoroti Wood adalah kemungkinan dampak pada margin laba Apple, Samsung, dan produsen elektronik konsumen lainnya, yang ia perkirakan akan diturunkan oleh langkah-langkah untuk “menahan sebagian biaya tambahan” yang mungkin dihadapi konsumen.

Upaya mitra manufaktur utama Apple, Foxconn, untuk mengurangi ketergantungan perusahaan pada China dengan mengalihkan produksi ke negara lain terbukti tidak banyak membantu.

Selain Vietnam sebagai salah satu lokasi alternatifnya bersama dengan India, juga menghadapi tarif timbal balik sebesar 26 persen.

Baca Juga: Imbas Tarif Perang Dagang AS, iPhone Makin Mahal

Taipei Times melaporkan Foxconn memperoleh peralatan senilai $32,3 juta untuk operasinya di India melalui anak perusahaan selama enam bulan terakhir sebagai bagian dari rencananya untuk meningkatkan kapasitas barang-barang Apple, di samping server AI.

Samsung menghadapi kesulitan serupa dan bahkan jika memilih untuk menghentikan semua produksi luar negeri, seperti Vietnam, dan membawa semuanya kembali ke dalam negeri, mereka masih akan menghadapi tarif timbal balik yang signifikan sebesar 25 persen atas impor Korea Selatan.

Untuk diketahui, Samsung Electronics membukukan laba sebesar $25,3 miliar pada 2024, naik 122% dari tahun ke tahun, tetapi total laba dari empat pabrik utamanya di Vietnam turun 11,4% menjadi $3,2 miliar.

Menurut laporan keuangan konsolidasi chaebol Korea Selatan tersebut, pendapatan global Samsung naik 16,2% dari tahun ke tahun menjadi $220,7 miliar tahun lalu, tetapi angka di Vietnam turun tipis 0,6% menjadi $56,3 miliar.

Di sisi lain, Apple melaporkan kinerja perusahaan selama periode yang berakhir pada 31 Desember 2024.

Dalam pemaparannya, CEO Apple Tim Cook mengatakan pendapatan Apple naik 4% pada kuartal akhir 2024 dibandingkan tahun sebelumnya menjadi US$124,3 miliar. Bahkan, disebutkan ini adalah kinerja kuartalan terbaik Apple.

Sebelumnya, penjualan iPhone di China yang merupakan pasar utama, dilaporkan anjlok 12,6% pada kuartal-IV (Q4) 2024 secara tahun-ke-tahun (YoY) menurut laporan firma riset Counterpoint.

Meski telah gencar merelokasi pabrik ke India dan Vietnam dalam tiga tahun terakhir, bagaimana pun Apple masih mengandalkan China sebagai produsen utama untuk berbagai perangkatnya.

Namun penerapan tarif baru sebesar 53% untuk China bisa berdampak potensi naiknya harga iPhone dan MacBook di Negeri Paman Sam.

Para analis memperkirakan, harga iPhone bisa melonjak antara 30 hingga 40 persen, jika Apple memutuskan membebankan beban tarif itu kepada pembeli.

Jika tarif ini terus berlaku, Apple harus memilih antara menyerap biaya tambahan atau menaikkan harga jual produknya.

Apple menjual lebih dari 220 juta unit iPhone setiap tahun, dengan pasar utama berada di Amerika Serikat, China, dan Eropa.

Model iPhone 16 termurah yang saat ini dijual seharga 799 dollar AS (sekitar Rp 12,8 juta), bisa naik hingga 1.142 dollar AS (sekitar Rp 18,3 juta) jika proyeksi kenaikan harga 43 persen benar terjadi.

Sementara itu, varian tertinggi iPhone 16 Pro Max dengan layar 6,9 inci dan penyimpanan 1 terabyte yang kini dibanderol 1.599 dollar AS (sekitar Rp 25,6 juta), bisa melonjak hampir 2.300 dollar AS (sekitar Rp 36,9 juta).

Baca Juga: Seting Privasi Rumit, Apple Didenda Rp2,7 Triliun

Read Entire Article
Global Food