Menanti Tangan Dingin Justin Hotard Benahi Kinerja Nokia yang Naik Turun

1 week ago 15
Situs Liputan Hot Pagi Tepat Online

Selular.ID – Justin Hotard resmi menjabat sebagai CEO dan Presiden baru Nokia pada Selasa (1/4/2025).

Suksesor Pekka Lundmark itu langsung menetapkan strateginya dengan menyatakan bahwa vendor asal Finlandia itu perlu memperbarui diri untuk benar-benar memanfaatkan peluang seputar AI, tetapi juga tetap setia pada bisnis tradisionalnya.

Dalam sebuah unggahan video di LinkedIn untuk menandai hari pertamanya sebagai orang nomor satu, mantan eksekutif Intel tersebut mengatakan bahwa ia gembira bergabung dengan Nokia untuk memimpin perusahaan melalui babak selanjutnya.

“Kami memiliki aset yang luar biasa, teknologi yang luar biasa, tetapi yang terpenting adalah memastikan kami memaksimalkan peluang di depan kami.”

Hotard ditunjuk sebagai pengganti Lundmark pada Februari lalu, namun rumor telah muncul bahwa Nokia sedang mencari sosok CEO baru sejak September 2024, sejalan dengan perubahan dan tantangan yang dihadapi perusahaan.

Sejatinya kinerja Lundmark tidak buruk-buruk amat. Ia secara luas dianggap memimpin perubahan haluan dalam waktu kurang dari lima tahun di pucuk pimpinan.

Lundmark berusaha membawa Nokia ke dalam jalur pertumbuhan di era 5G, setelah masa-masa paceklik saat Nokia dipimpin CEO sebelumnya, Rajiv Suree.

Faktanya, Lundmark mewarisi kinerja yang cukup baik. Pada Q4 2024, penjualan bersih pada mata uang konstan tumbuh 9 persen tahun-ke-tahun menjadi €6 miliar, dengan laba bersih €813 juta dibandingkan dengan kerugian €33 juta pada Q4 2023.

Pencapaian itu, sedikit mengubah hasil buruk yang diderita Nokia pada Q2-2024. Saat itu perusahaan mencatat penurunan penjualan sebesar 18 persen tahun-ke-tahun di seluruh lini bisnis.

Sayangnya harga saham vendor tersebut gagal melonjak, pendapatan tidak stabil di saat-saat terbaik, dan kehilangan beberapa kontrak besar (terutama kesepakatan RAN terbuka senilai $14 miliar dengan AT&T yang berpindah ke Ericsson).

Meski kinerja Nokia terbilang naik turun, tidak diragukan lagi akan ada harapan bagi Justin Hotard untuk melangkah maju di tempat yang menjadi kendala Lundmark.

Ia mengatakan hal itu dalam pesan pembukaannya, dengan menyoroti “peluang besar bagi kami untuk meningkatkan kemanusiaan sembari melayani pelanggan dan pada akhirnya memberikan keuntungan yang menarik bagi pemegang saham kami”.

Namun, dengan latar belakang situasi geopolitik yang menegangkan antara Eropa dan AS, kebijakan tarif impor besar-besaran Presiden Donald Trump, tekanan untuk meningkatkan pangsa pasar 5G dalam menghadapi persaingan dengan Ericsson dan vendor lainnya dari China, serta menetapkan jalur untuk mendorong ambisi AI perusahaan, Hotard menghadapi agenda yang padat.

Baca Juga: Siapa Justin Hotard, CEO Baru Nokia Pengganti Pekka Lundmark?

Bisnis Kini Lebih Terfokus dan Sempit

Untuk diketahui, Justin Hotard dikenal sebagai salah satu veteran industri  teknologi tinggi.

Sebelum didapuk sebagai CEO Nokia, Hotard dipercaya memimpin Intel’s Data Center & AI Group sebagai Wakil Presiden Eksekutif dan Manajer Umum.

Memimpin Nokia menjadi peluang bagi Nokia Hotard untuk membuktikan tangan dinginnya. Jika berhasil, ia bisa disejajarkan dengan tokoh-tokoh teknologi lain, seperti Tim Cook (Apple), Elon Musk (Space X), Sundar Pichai (Google), Jeff Bezos (AWS), Mark Zukerberg (Meta), dan lainnya.

Namun menahkodai Nokia bukan perkaran mudah. Dikenal sebagai produsen peralatan telekomunikasi terdepan, Nokia justru tengah menghadapi penurunan penjualan peralatan 5G.

Nokia menghadapi tantangan dalam mengamankan kontrak-kontrak besar dibandingkan dengan dua pesaing terdekatnya, Huawei dan Ericsson.

Meskipun Nokia telah membuat kemajuan teknologi, harga dan pelaksanaannya belum sekompetitif sebelumnya.

Untuk mendorong pertumbuhan, Nokia kini tengah menjajaki pasar baru dan berekspansi ke sektor-sektor yang sedang berkembang seperti kecerdasan buatan.

Pada akhir tahun lalu, Nokia mengumumkan kesepakatan senilai $2,3 miliar untuk mengakuisisi perusahaan jaringan optik yang berbasis di AS, Infinera.

Aksi korporasi itu, bertujuan untuk memanfaatkan investasi pusat data yang didorong AI yang sedang meningkat.

Di sisi lain, Hotard sendiri menggambarkan dirinya sebagai “optimis teknologi”, dan menyebut banyak kata kunci selama sambutan pertamanya sebagai orang baru yang bertanggung jawab.

Perusahaan, edge, AI, robotika, dan AI agen, “semuanya menciptakan tuntutan baru pada konektivitas yang aman dan andal”.

Ia lebih lanjut memberikan wawasan tentang gaya kepemimpinannya, dengan menyatakan pendekatannya berpusat pada pengembangan dan tantangan orang dan tim secara kolektif untuk “melampaui status quo”.

Dalam pandangan Ian Fogg, kepala penelitian jaringan di CCS Insight, “menyeimbangkan pertumbuhan dan kebutuhan bisnis yang ada merupakan tantangan bagi CEO mana pun, terutama yang baru di perusahaan”.

“Sumber daya yang terbatas tidak hanya perlu dialokasikan ke area baru dan tradisional, tetapi CEO harus memotivasi tim di area yang kurang menarik untuk memberikan hasil dan tidak merasa dikesampingkan”, ujar Fogg.

Dan dengan Nokia yang mengoperasikan portofolio produk yang luas, “lebih luas dari Ericsson”, tambah Fogg, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Hotard adalah “mengalokasikan tenaga kerja dan pendanaan, yang lebih sulit daripada dalam bisnis yang lebih terfokus dan sempit”.

Baca Juga: Meski Kembangkan Merek Sendiri, HMD Akui Permintaan Ponsel Fitur Nokia Masih Besar

Read Entire Article
Global Food