Rencana Merger Garuda Indonesia dan Pelita Air, Pengamat: Garuda Harus Maju dengan Kemampuannya Sendiri

3 hours ago 2
 Garuda Harus Maju dengan Kemampuannya Sendiri Ilustrasi(Dok Pelita Air)

ISU mengenai potensi merger antara Garuda Indonesia dan Pelita Air menuai sorotan tajam dari berbagai pihak, salah satunya dari pengamat aviasi nasional, Gerry Soejatman. Dalam wawancara yang dilakukan Kamis (11/9), Gerry menyatakan ketidaksetujuannya terhadap rencana tersebut, dengan alasan bahwa merger justru dapat menggerus kompetisi sehat dalam industri penerbangan domestik.

“Saya kurang setuju. Garuda butuh melanjutkan recoverynya, dan sektor domestik butuh kompetisi,” ujar Gerry tegas.

Menurutnya, meski saat ini pemerintah enggan menyesuaikan Tarif Batas Atas (TBA) dengan kondisi biaya operasional yang meningkat yang menghambat recovery maupun masuknya pemain baru swasta, kompetisi di sektor domestik tetap perlu dijaga. Dalam kondisi tersebut, kehadiran Pelita Air sebagai pemain baru dinilai mampu memberikan alternatif bagi konsumen, dengan rekam jejak keuangan yang stabil dan operasional yang dinilai baik.

“Karena kebijakan pemerintah yang enggan mengubah TBA agar disesuaikan dengan kondisi sekarang, ya mau gak mau kompetisi tersebut harus diadakan meskipun menggunakan anak perusahaan BUMN lain, dan Pelita memenuhi kebutuhan tersebut dengan prestasi yang bagus dan keuangan yang stabil,” jelasnya.

Gerry menilai bahwa Garuda Indonesia sebaiknya tetap fokus menjalankan rencana bisnisnya tanpa harus bergantung pada intervensi pemerintah melalui merger. Ia menekankan pentingnya peran Pelita Air sebagai alternatif jika skenario terburuk terjadi, yakni Garuda Indonesia gagal keluar dari kewajiban berlanjut hasil proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).

“Garuda mending fokus sama business plan dia, dan Pelita tetap menjadi maskapai yang growth-nya konservatif dengan mengedepankan kualitas produk dan bukan national pride, sebagai back up kalau Garuda gagal keluar dari kondisi sekarang,” tambah Gerry.

Lebih lanjut, ia juga mengingatkan bahwa wacana aliansi atau konsolidasi antarmaskapai BUMN harus dilihat dari dampaknya terhadap persaingan usaha. Jika langkah tersebut berpotensi mengurangi kompetisi, maka Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) diyakini akan mengambil tindakan.

“Kalau aliansi dalam negeri, tentu harus dilihat apakah akan menjaga kompetisi atau menggerus kompetisi. Kalau menggerus, ya KPPU tentu tidak akan tinggal diam,” tegasnya.

Gerry menutup pernyataannya dengan menyoroti bahwa tantangan yang dihadapi Garuda Indonesia masih berat, dan tidak bisa diselesaikan hanya dengan tambahan modal atau merger.

“PR Garuda itu banyak banget, dan solusinya tidak bisa dengan hanya diberi uang dan merger dengan airline BUMN lain. Kalau Garuda gagal pull out dari masalah mereka, sedangkan Pelita sudah dimerger, terus nanti bagaimana? Pelita masuk ke sektor penerbangan berjadwal sebagai cadangan kalau PKPU Garuda gagal. Nanti kalau di-merger lalu Garuda tidak bisa recover ya bagaimana? Apakah Pertamina harus bangun ulang Pelita lagi di sektor berjadwal?”

Isu merger ini masih menjadi pembahasan internal di kalangan pemangku kebijakan. Namun suara dari pengamat seperti Gerry Soejatman memberikan perspektif penting mengenai pentingnya menjaga ekosistem industri penerbangan yang sehat dan kompetitif di Indonesia. (H-2)

Read Entire Article
Global Food