Politeknik Negeri Media Kreatif menggelar festival anti kekerasan, Psychology Fest 2025.(Dok. Politeknik Negeri Media Kreatif)
Politeknik Negeri Media Kreatif melalui Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Perguruan Tinggi (PPKPT) kembali menggelar Psychology Fest 2025, sebuah festival anti kekerasan dengan tema “Break the Silence, Build the Future”. Kegiatan ini menjadi wujud nyata komitmen perguruan tinggi dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman, berdaya, dan bebas kekerasan, selaras dengan semangat Permendikbudristek No. 55 Tahun 2024 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Perguruan Tinggi.
Festival ini diselenggarakan selama satu hari di Hall Politeknik Negeri Media Kreatif dengan menghadirkan rangkaian kegiatan inspiratif. Diantaranya talkshow nasional, pameran karya mahasiswa, penampilan seni oleh mahasiswa Polimedia, tenant kreatif dan kuliner, hingga area reflektif “Path of Healing” yang bisa diikuti oleh seluruh pengunjung.
Direktur Politeknik Negeri Media Kreatif, Tipri Rose Kartika, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan kampanye anti kekerasan di lingkungan Polimedia yang menjadi bagian dari komitmen bersama seluruh civitas academica
“Melalui festival ini kita ingin menegaskan pencegahan bukan cuma tanggung jawab satu pihak, namun semua elemen untuk menghadirkan kampus yang bebas kekerasan seksual, perundungan, dan diskriminasi.” Jelas Tipri.
Salah satu agenda utama adalah Talkshow Nasional bertajuk “Break the Silence: Integrity and Empathy in Building a Violence-Free Campus” dengan menghadirkan Albertus Agus Windarto, Inspektur Investigasi, Itjen, Kemdiktisaintek dan Charoline Dewi Virasari, Penanggung Jawab Tim Pengembangan Karakter dan Kesejahteraan Mahasiswa, Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kemdiktisaintek. Kedua narasumber ini membahas mengenai pentingnya sinergi antara pengawasan dan pembinaan dalam membangun tata kelola kampus yang berintegritas, empatik, dan berpihak kepada korban, serta menjadikan kampus sebagai rumah kedua yang aman dan bebas kekerasan.
Ketua Satgas PPKPT Polimedia, Carissa Dwilanisusantya, menyampaikan bahwa Psychology Fest bukan sekadar pagelaran tahunan namun juga gerakan sosial untuk mendorong perubahan budaya kampus dari diam menjadi berani bersuara, dari trauma menuju pemulihan.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin membangun kesadaran kolektif bahwa setiap suara berarti, dan setiap tindakan kecil bisa membangun masa depan yang lebih aman,” ujarnya.
Sementara itu, Malik Johansyah, Ketua Pelaksana Psychology Fest 2025, menyampaikan bahwa acara ini menjadi ruang kolaborasi lintas disiplin bagi mahasiswa Polimedia.
“Melalui Psychology Fest 2025, kami mengajak 12 himpunan mahasiswa untuk mengekspresikan gagasan dan kreativitas mereka. Setiap karya berasal dari latar belakang dan perspektif yang berbeda, namun memiliki tujuan yang sama menyuarakan pesan anti kekerasan dengan cara yang kreatif, inspiratif, dan relevan bagi masyarakat kampus,” ungkapnya.
Tahun ini, Psychology Fest juga turut menghadirkan Daniel Topan, sineas sekaligus psikolog kreatif, melalui talkshow bertema “Dari Trauma ke Imajinasi: Menemukan Kekuatan Mental di Balik Proses Kreatif”. Sesi ini mengajak peserta memahami bagaimana pengalaman emosional dapat diolah menjadi karya yang reflektif dan menyembuhkan.
Selain kegiatan edukatif, pengunjung akan diajak menjelajahi “Path of Healing”, sebuah area reflektif yang menghadirkan pengalaman emosional melalui instalasi visual interaktif, ruang tenang, dan sesi audio afirmatif. Area ini dirancang sebagai simbol perjalanan dari pengenalan luka menuju proses pemulihan dan penguatan diri.
Festival ini juga menggandeng mitra industri dan lembaga, di antaranya DTFilm, Inspektorat Jenderal Investigasi Kemdiktisaintek, dan Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa), dalam memperkuat jejaring kolaboratif untuk gerakan kampus bebas kekerasan. Acara ini terbuka untuk umum dan diharapkan menjadi wadah bagi mahasiswa, dosen, serta masyarakat luas untuk bersuara, berkolaborasi, dan beraksi bersama dalam mewujudkan lingkungan kampus yang aman, inklusif, dan berkeadilan.

5 hours ago
1
















































