
CHIEF Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria, menegaskan bahwa proses negosiasi restrukturisasi utang proyek Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) atau Whoosh masih terus berjalan.
"Terus kita bernegosiasi, kami akan berangkat lagi (ke Tiongkok) untuk bernegosiasi mengenai term dan pinjamannya. Ini menjadi poin negosiasi berkaitan sama jangka waktu pinjaman, suku bunga, dan kemudian ada beberapa mata uang yang juga akan kita diskusikan dengan mereka," ujar Dony di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (23/10).
Menurut Dony, tim negosiasi yang melibatkan unsur pemerintah serta pihak Danantara akan segera bertolak ke Tiongkok guna melanjutkan pembahasan bersama pemerintah Tiongkok dan mitra konsorsium dalam proyek PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
"Kita sedang mengatur waktu, kita sedang diskusikan juga dengan Menko Infrastruktur (Agus Harimurti Yudhoyono) untuk segera kita akan negosiasi," katanya.
Ia menjelaskan bahwa utang yang tengah direstrukturisasi berasal dari pinjaman pembangunan proyek akibat keterbatasan modal awal. Proses restrukturisasi tersebut mencakup penyesuaian jangka waktu pinjaman, tingkat bunga, serta penggunaan mata uang yang berbeda.
Lebih lanjut, Dony menyampaikan bahwa penyelesaian masalah keuangan KCIC saat ini masih dikaji dengan mempertimbangkan berbagai alternatif terbaik. Salah satu opsi yang dibahas adalah kemungkinan pemisahan antara sisi infrastruktur dan operasional, serta skema pelimpahan sebagian aset menjadi aset negara sebagaimana badan layanan umum (BLU).
"Kita tidak ingin opsi A, B, atau C. Pak Rosan juga sudah menyampaikan, ini akan kita kaji. Tentu dalam kajian itu ada beberapa opsi, masing-masing tentu ada plus minusnya. Nah, semua alternatif ini nanti akan kita sajikan, dan mana yang terbaik," ungkapnya.
"Bagi kami sebagai pengelola daripada KCIC, tentu yang paling penting adalah bagaimana kemudian layanannya bisa kami pastikan ini harus meningkat," sambungnya.
Ia juga menyebutkan bahwa secara operasional, KCIC telah mencatat kinerja positif. Jumlah penumpang kini mencapai 20-30 ribu orang per hari, dan peningkatan layanan terus diupayakan untuk menyesuaikan dengan tingginya minat masyarakat terhadap moda transportasi berkecepatan tinggi tersebut.
"EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) KCIC juga positif itu, tinggal masalah utang pembangunan yang lalu, yang ini tentu ada opsi, beberapa opsi dan kita pastikan tentunya ini opsi yang terbaik," ujar Dony.
Sebelumnya, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa Presiden Prabowo Subianto akan mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) untuk mengatur penyelesaian utang proyek KCIC.
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung memiliki total investasi sekitar US$7,27 miliar atau setara Rp120,38 triliun, dengan sekitar 75% pembiayaannya berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB) dengan bunga 2% per tahun.
Saat ini, pemerintah masih mempertimbangkan dua opsi utama penyelesaian, yakni pelimpahan kewajiban kepada pemerintah atau penyertaan modal tambahan ke PT KAI. Namun demikian, pemerintah tetap mendorong Danantara agar menjadi pihak utama yang menangani restrukturisasi pembayaran pinjaman tersebut. (Ant/E-4)