Pengamat: PSEL Cipeucang Solusi Atasi Sampah dan Krisis Energi di Tangsel

1 week ago 13
 PSEL Cipeucang Solusi Atasi Sampah dan Krisis Energi di Tangsel Ilustrasi: TPA Cipeucang(ANTARA/Sulthony Hasanuddin)

PEMERINTAH Kota Tangerang Selatan (Tangsel) tengah menggarap proyek jangka panjang pengolahan sampah melalui pembangunan Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang, Banten.

Langkah ini menjadi bagian dari komitmen Pemkot Tangsel dalam mewujudkan konsep smart city, sekaligus menghadirkan solusi pengelolaan sampah modern yang ramah lingkungan dan bermanfaat langsung bagi masyarakat dalam bentuk energi listrik.

Pengamat tata kota Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, menilai proyek PSEL Tangsel sebagai inisiatif yang sangat menarik dan visioner.

"Pembangunan smart city dan PSEL ini memang menarik. Salah satu konsep smart city adalah membangun smart community, smart transportasi, smart building, dan ekosistem smart kota. Salah satu yang terpenting dalam konsep smart city itu adalah konteks peran dari teknologi, informasi, IT, dan sebagainya," kata Yayat kepada wartawan. 
 
Menurutnya, pembangunan PSEL juga menjadi jawaban atas kondisi TPA Cipeucang yang sudah kelebihan kapasitas. Dengan fasilitas ini, Pemkot Tangsel memiliki peluang besar untuk membangun sistem pengolahan sampah yang berkelanjutan sekaligus menghasilkan energi listrik.
 
Yayat menilai pengolahan sampah dengan merubah menjadi energi listrik bukan hanya dilakukan di Tangerang Selatan, bahkan DKI Jakarta juga pernah mencoba. Lebih lanjut Yayat berharap tenaga listrik yang dihasilkan dapat dirasakan manfaatnya bagi UMKM dan kawasan industri kecil di wilayah tersebut.
 
"Harapannya output listrik dari PSEL-nya itu terintegrasi dengan pengembangan UMKM misalnya disalurkan kepada satu kawasan industri UMKM atau disalurkan ke rumah tangga produktif," tambahnya. 
 
Ia mengatakan penyaluran tenaga listrik yang dihasilkan juga penting untuk direncanakan. Terlebih, proyek tersebut tak sekedar sampah diolah menjadi listrik, namun bagaimana pengolahannya itu tak lagi membebani biaya APBD.
 
"Apabila dikembangkan dan kalau ditawarkan ke swasta pasti menarik untuk berinvestasi ke situ, jadi konsepnya sudah harus disusun sejak sekarang," kata dia.
 
Yayat mengingatkan bahwa jika ingin mengolah sampah menjadi listrik juga ada penghitungan berapa volume sampah yang bisa diolah dan dioptimalkan sebagai pemasok kebutuhan energinya, sehingga sampahnya bisa menghasilkan listrik.
 
"Kalau misalnya nanti ke PLN, PLN juga akan menghitung apakah tarif yang ditawarkan oleh Pemkot Tangsel ini tarifnya menjadi tarif yang ekonomis atau tidak," ujarnya.
 
Sementara pengamat kebijakan publik Yanuar Wijanarko menilai proyek PSEL Cipeucang merupakan langkah strategis yang akan memberikan manfaat besar bagi lingkungan dan generasi mendatang.
 
“Pembangunan PSEL tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Prosesnya kompleks karena melibatkan teknologi tinggi, pengelolaan emisi, serta kesiapan sistem distribusi energi. Namun, hasil akhirnya akan sangat bernilai bagi masyarakat,” ujarnya.
 
Ia menekankan bahwa PSEL bukan hanya proyek lingkungan, tetapi investasi jangka panjang untuk masa depan anak cucu masyarakat Tangsel.

"Kalau ini berhasil, kita akan memiliki sistem pengelolaan sampah yang modern, menghasilkan energi bersih, dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil,” jelasnya.
 
Menurutnya, manfaat PSEL sangat luas. Yakni mulai dari mengurangi volume sampah di TPA, menekan pencemaran udara dan air, meningkatkan efisiensi energi lokal, hingga mendorong kota menjadi lebih hijau dan berkelanjutan.
 
“Jadi masyarakat harus sabar dan mendukung. Proyek sebesar ini memang butuh waktu, tapi manfaatnya akan kita rasakan bersama, bahkan sampai ke generasi berikutnya. Ini adalah investasi lingkungan dan peradaban,” tegasnya. (P-4)

Read Entire Article
Global Food