
BAWAH permukaan laut Koster di Swedia menyimpan kisah ketahanan dan adaptasi kehidupan laut. Selama bertahun-tahun, organisme laut di sini menghadapi tekanan manusia dan lingkungan akibat penangkapan dengan bottom trawling.
Namun, penelitian dari University of Gothenburg yang menggabungkan 26 tahun rekaman bawah laut dengan kecerdasan buatan menghasilkan temuan baru. Pembatasan trawl berhasil membantu pemulihan ekosistem laut, meski pemanasan laut kini menjadi ancaman baru.
Apa Itu Bottom Trawling?
Bottom trawling adalah metode menangkap ikan dan biota laut lainnya dengan menyeret jaring berat di dasar laut. Jaring selebar lapangan sepak bola ini dapat menghancurkan habitat di laut.
Seperti terumbu karang, spons, dan hamparan lamun yang terbentuk selama ratusan hingga ribuan tahun. Layaknya bulldozer di hutan, jaring ini menangkap target tapi merusak habitat lain.
Saat trawling dihentikan, spesies penyaring seperti kerang, anemon, dan koral lunak mulai kembali. Peneliti Matthias Obst menjelaskan beberapa spesies telah pulih secara signifikan.
Namun, spons football sponge dan kerang fileclam yang berperan sebagai “arsitek” ekosistem menurun di kedalaman dangkal. Kondisi ini menandakan pemanasan laut bisa mengimbangi keuntungan dari perlindungan lokal.
Hasil Analisis Penelitian
Penelitian memanfaatkan arsip video bawah laut dari Tjärnö Marine Laboratory yang diolah menggunakan AI. Mahasiswa Christian Nilsson melatih model jaringan saraf konvolusi untuk mendeteksi 17 spesies laut dalam jutaan gambar.
Analisis ini memetakan perubahan populasi yang terjadi seiring meningkatnya suhu laut dan berkurangnya tekanan penangkapan. Beberapa spesies seperti anemon plumose menunjukkan kemampuan adaptasi tinggi terhadap suhu yang naik.
Sementara spesies air dingin pindah ke habitat lebih dalam atau bahkan menghilang. Struktur ekosistem dasar laut kini dipengaruhi interaksi antara pemanasan, gangguan habitat, dan kompetisi biologis.
Penelitian ini menunjukkan larangan trawl memberikan kesempatan pemulihan. Akan tetapi pemanasan laut adalah stresor yang sulit dikendalikan secara lokal.
Inisiatif Digital Twin of the Ocean berupaya memodelkan interaksi ini, membantu konservasionis merancang perlindungan adaptif. Termasuk refugia lebih dalam bagi spesies sensitif panas.
Obst menekankan, meski perlindungan lokal berhasil, beberapa organisme mungkin membutuhkan area baru untuk bertahan. Penelitian ini menjadi pengingat bahwa pemulihan laut memiliki batas tanpa aksi global yang terpadu.
Laut Koster menyimpan kisah penuh harapan sekaligus peringatan. ketahanan kehidupan laut membutuhkan kombinasi konservasi lokal, teknologi, dan upaya global yang sinergis. Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Ecology and Evolution. (earth/Z-2)