
VAPE atau rokok elektrik kini menjadi tren populer, terutama di kalangan anak muda, karena desainnya yang menarik dan berbagai pilihan rasa cairan. Namun, di balik citra modernnya, vape menyimpan sejumlah risiko kesehatan yang serius dan bahkan dapat menjadi jalur baru penyalahgunaan narkotika.
Fenomena penyalahgunaan vape tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara, termasuk Singapura. Baru-baru ini, pihak berwenang di Singapura menyita ribuan produk vape ilegal yang mengandung zat berbahaya seperti etomidate dan ketamin. Produk vape ini dikenal dengan sebutan “zombie vapes” atau “Kpods” karena menimbulkan efek linglung, kehilangan keseimbangan, dan bahkan overdosis.
Di Indonesia, Badan Narkotika Nasional (BNN) bersama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah berhasil menggagalkan beberapa upaya penyelundupan cairan vape yang mengandung narkotika. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, ditemukan empat zat utama berbahaya dalam cairan vape, yaitu etomidate, ketamin, tetrahydrocannabinol (THC), dan synthetic cannabinoid.
Risiko Kesehatan yang Mengancam Pengguna Vape
Secara medis, dampak negatif dari penggunaan vape semakin jelas. Selain nikotin yang dapat menyebabkan ketergantungan, cairan vape sering kali mengandung logam berat, formaldehida, dan senyawa volatil beracun. Zat-zat ini dapat merusak paru-paru, jantung, sistem saraf, dan bahkan meningkatkan risiko kanker.
Berikut adalah beberapa bahaya kesehatan akibat penggunaan vape yang perlu diwaspadai:
1. Kandungan Berbahaya dalam Cairan Vape
Menurut laporan dari Food and Drug Administration (FDA) yang dirilis oleh American Lung Association, cairan vape mengandung zat berbahaya seperti nikotin, propilen glikol, akrolein, diasetil, benzena, dan logam berat seperti kadmium. Semua zat ini berpotensi merusak paru-paru dan memicu kanker.
2. Meningkatkan Risiko Serangan Jantung
Nikotin dalam vape dapat meningkatkan tekanan darah dan memicu pelepasan adrenalin, yang pada gilirannya dapat mempercepat detak jantung. Kondisi ini meningkatkan risiko serangan jantung, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung.
3. Gangguan Paru-Paru yang Serius
Penggunaan vape juga dapat menyebabkan penyakit paru kronis dan asma. Dalam beberapa kasus, ada kondisi berat yang dikenal dengan EVALI (E-cigarette or Vaping Product Use-Associated Lung Injury), yaitu cedera paru yang disebabkan oleh zat kimia beracun dalam cairan vape, termasuk vitamin E asetat, yang sering ditemukan dalam produk vape mengandung THC.
4. Efek Ketergantungan pada Nikotin
Meskipun sering dianggap lebih aman daripada rokok, vape tetap mengandung nikotin yang adiktif. Beberapa produk vape bahkan memiliki kadar nikotin yang lebih tinggi dibandingkan rokok biasa, yang dapat meningkatkan risiko kecanduan.
5. Kerusakan Otak pada Remaja
Menurut laporan dari US Department of Health and Human Services, nikotin dapat mengganggu perkembangan otak pada remaja, yang berpotensi menurunkan kemampuan belajar dan pengendalian emosi mereka.
6. Gangguan pada Janin
Paparan nikotin pada ibu hamil dapat mengganggu perkembangan janin dan bahkan menyebabkan kematian mendadak pada bayi.
7. Meningkatkan Risiko Kanker
Zat-zat kimia seperti formaldehida dan logam berat dalam cairan vape dapat terperangkap di paru-paru dan memicu kanker paru-paru, terutama jika penggunaan vape berlangsung dalam jangka panjang.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika Anda mengalami gejala seperti batuk terus-menerus, nyeri dada, atau sesak napas setelah menggunakan vape, segera berkonsultasi dengan dokter spesialis paru. Pemeriksaan dini dapat membantu mencegah kerusakan paru lebih lanjut dan mendeteksi kemungkinan komplikasi.
Menyadari Bahaya Vape: Awas Dampak Kesehatan dan Narkotika
Fenomena vape membuktikan bahwa tidak semua yang tampak modern dan “kekinian” aman bagi tubuh. Di balik desain futuristik dan aroma manis cairannya, rokok elektrik menyimpan bahaya serius — dari kerusakan paru hingga ancaman narkotika tersembunyi. Kesadaran masyarakat, terutama generasi muda, menjadi kunci untuk menghentikan tren berisiko ini sebelum memberikan dampak lebih luas bagi kesehatan dan sosial masyarakat.
Sumber: RS Mitra Keluarga, BNN Kota Surabaya