
Hujan deras yang melanda wilayah Jawa Tengah bagian selatan dalam beberapa hari terakhir memicu terjadinya serangkaian bencana tanah longsor dan kerusakan infrastruktur di sejumlah kabupaten. Tercatat, wilayah Kebumen, Banjarnegara, dan Purbalingga menjadi daerah yang erdampak.
Di Kebumen, hujan dengan intensitas tinggi mengguyur Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen, pada Selasa sore (21/10). Akibatnya, tebing di Dukuh Sipanjang, Desa Selogiri, longsor dan menimpa rumah milik Kukuh Al Hidayah, 24. Tembok belakang rumah jebol dan material tanah masuk hingga ke ruang dapur dan bagian belakang rumah. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut, namun kerugian ditaksir mencapai Rp10 juta.
Kapolres Kebumen AKB Eka Baasith Syamsuri mengatakan, longsor dipicu oleh curah hujan tinggi sejak pukul 14.00 hingga 17.30 WIB. “Begitu dicek, ternyata tebing di belakang rumah longsor dan menjebol dinding berukuran 4x3 meter. Tanah langsung masuk ke bagian dapur dan ruang belakang,” ujarnya, Kamis (23/10).
Petugas dari Polsek Karanggayam bersama BPBD Kebumen langsung mendatangi lokasi untuk melakukan pendataan dan membersihkan material longsor. Aparat juga mengimbau warga di wilayah perbukitan agar meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi longsor susulan.
“Curah hujan masih tinggi. Kami minta warga yang tinggal di lereng atau tepi tebing segera melapor jika ada tanda-tanda pergerakan tanah,” katanya.
Sementara di Kabupaten Banjarnegara, hujan deras selama tiga hari berturut-turut menyebabkan jebolnya tanggul saluran irigasi Siwuluh HM 53 di Desa Ampelsari pada Kamis pagi (23/10). Akibatnya, aliran air ke lahan pertanian di tiga kecamatan yakni Kecamatan Banjarnegara, Bawang, dan Purwanegara terhenti total.
Kepala Pelaksana BPBD Banjarnegara Aji Piluroso mengatakan, jebolnya tanggul berpotensi mengganggu pasokan air untuk sekitar 1.500 hektare sawah. “Selain itu, jalan di sisi utara irigasi juga terputus total. Jalur ini merupakan akses utama menuju Perumahan Pesona Harmoni Ampelsari,” ujarnya.
Luapan air dari tanggul yang jebol juga sempat mengancam enam rumah di Kelurahan Semarang yang dihuni 19 jiwa. BPBD Banjarnegara bersama unsur lintas sektor seperti Polres, Kodim, Dinas PUPR, dan pemerintah setempat telah melakukan kaji cepat dan menutup akses jalan untuk mencegah risiko tambahan.
BPBD juga telah berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) Yogyakarta, karena saluran irigasi tersebut menjadi kewenangan pusat. “Tim dari BBWSSO akan segera turun ke lokasi untuk menyiapkan rencana penanganan,” tambah Aji.
Ia juga mengimbau petani agar bersiap menghadapi gangguan distribusi air selama proses perbaikan berlangsung dan melarang warga melintas di sekitar lokasi tanggul jebol.
Sementara itu, di Kabupaten Purbalingga, hujan deras pada Selasa sore (21/10) menyebabkan longsor di tiga kecamatan, yakni Karanganyar, Kaligondang, dan Mrebet. BPBD Purbalingga mencatat setidaknya empat desa terdampak cukup parah.
“Tanah longsor terjadi di Desa Kaliori dan Maribaya di Kecamatan Karanganyar, Desa Arenan, Kecamatan Kaligondang, serta Desa Tangkisan, Kecamatan Mrebet,” kata Kepala Pelaksana BPBD Purbalingga Prayitno, Kamis (23/10).
Di Desa Kaliori, tebing setinggi 12 meter longsor dan menutup jalan penghubung antar-dusun sepanjang 50 meter, mengganggu aktivitas ekonomi warga. Sementara di Desa Maribaya, longsoran dari tebing setinggi lima meter merusak rumah milik Khoerun, 39, dengan kerugian sekitar Rp1,5 juta.
Kerusakan juga terjadi di Desa Arenan, di mana tembok keliling toko milik Suratno longsor dan menutup jalan setapak, dengan estimasi kerugian Rp5 juta. Di Desa Tangkisan, longsor terjadi di empat titik dengan total kerugian mencapai Rp28 juta.
“Total sementara kerugian material di empat wilayah tersebut mencapai sekitar Rp35 juta. Kami terus melakukan asesmen dan pembersihan material longsor,” ujar Prayitno.