AS bakal Pangkas Tarif Ekspor India Besar-Besaran

7 hours ago 3
AS bakal Pangkas Tarif Ekspor India Besar-Besaran Pekerja India.(Al Jazeera)

INDIA dan Amerika Serikat (AS) nyaris mencapai kesepakatan perdagangan yang lama tertunda. Menurut tiga orang yang mengetahui masalah ini, kesepakatan tersebut dapat memangkas tarif ekspor India menjadi 15%-16% dari 50% yang memberatkan.

Dengan energi dan pertanian menjadi kartu kunci di meja perundingan, ungkap orang-orang yang disebutkan di atas tanpa menyebut nama, India mungkin setuju mengurangi impor minyak Rusia secara bertahap. Pembelian tersebut memicu pengenaan tarif sebesar 25% terhadap ekspor India sebagai tambahan dari 25% yang diumumkan pada April.

Saat ini, Rusia menyumbang sekitar 34% dari impor minyak mentah India. Sekitar 10% dari kebutuhan minyak dan gas negara tersebut saat ini diimpor dari AS.

India juga mungkin akan mengizinkan masuk lebih banyak jagung dan bungkil kedelai AS tanpa rekayasa genetika (non-GM) ke pasarnya. Negeri Bollywood kemudian mendorong mekanisme untuk meninjau kembali tarif dan akses pasar dari waktu ke waktu dalam perjanjian tersebut.

Faktor kunci yang berperan yaitu meningkatnya ketegasan Tiongkok dalam perdagangan, tarif, dan jagung AS. Tiongkok mengurangi impor jagung AS secara drastis dari US$5,2 miliar pada 2022 menjadi hanya US$331 juta pada 2024. Dengan penurunan total ekspor jagung AS dari US$18,57 miliar pada 2022 menjadi US$13,7 miliar pada 2024, Washington secara agresif mencari pembeli baru.

Impor jagung

Menurut sumber yang disebutkan di atas, India sedang mempertimbangkan untuk meningkatkan kuota impor jagung non-GM dari AS, meskipun bea masuk atas impor ini akan tetap sama sebesar 15%. Kuota impor jagung AS saat ini sebesar 0,5 juta ton per tahun.

New Delhi kemungkinan mempertimbangkan permintaan AS untuk memberikan akses pasar lebih besar bagi jagung AS sebagai respons terhadap meningkatnya permintaan domestik dari industri pakan unggas, produk susu, dan etanol. "Pembicaraan tentang izin impor bungkil kedelai non-GM untuk konsumsi manusia dan ternak juga terus berlanjut. Namun, masih belum ada kejelasan akhir mengenai pengurangan tarif untuk produk susu, termasuk keju kelas atas, meskipun hal itu merupakan tuntutan utama tim AS," ujar salah satu sumber sebagaimana dilansir media bisnis India, Mint, Rabu (22/10).

Finalisasi tarif kemungkinan diumumkan pada KTT ASEAN akhir bulan ini antara Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Narendra Modi. Namun, informasi terbaru menyatakan bahwa Modi hanya hadir secara virtual.

Pertanyaan yang dikirimkan melalui email pada 19 Oktober kepada Menteri Perdagangan Uni Eropa Piyush Goyal, Menteri Perdagangan Rajesh Agarwal, juru bicara Kementerian Perdagangan dan Luar Negeri, dan perwakilan perdagangan AS (USTR) masih belum terjawab hingga berita ini diturunkan. Menanggapi pertanyaan media, Kedutaan Besar AS di New Delhi mengatakan, "Kedutaan Besar menyerahkan semua pertanyaan terkait negosiasi perdagangan kepada USTR."

Bidang sensitif

Menurut sumber-sumber itu, garis besar perjanjian sudah ada, tetapi bidang-bidang sensitif seperti pertanian dan energi membutuhkan persetujuan politik sebelum kesepakatan dapat diumumkan. Dari pihak India, kesepakatan ini sedang dinegosiasikan Kementerian Perdagangan bersama dengan Kementerian Luar Negeri dan Kantor Penasihat Keamanan Nasional. Meskipun kedua belah pihak sebelumnya mengumumkan dan melewatkan tenggat waktu, India menargetkan penyelesaian pada November 2025.

Di bidang energi, India sedang mempertimbangkan untuk mengizinkan impor etanol dan secara bertahap mengurangi pembelian minyak Rusia. Washington diperkirakan memperpanjang konsesi perdagangan energi sebagai imbalannya.

Pihak India mungkin tidak akan membuat pengumuman resmi apa pun terkait hal ini. Sebaliknya, perusahaan pemasaran minyak milik negara diperkirakan diminta secara informal untuk mendiversifikasi sumber minyak mentah ke AS.

Para pejabat tinggi India telah mengunjungi Moskow. Mereka menyampaikan bahwa India akan mengurangi impor minyak mentah dari Rusia. Sebelumnya, para pejabat di pemerintahan AS menegaskan bahwa Trump menetapkan penghentian impor minyak Rusia sebagai prasyarat untuk menyelesaikan kesepakatan perdagangan. 

India rata-rata mengimpor minyak mentah dan gas senilai US$12 miliar-US$13 miliar dari AS setiap tahun. Terdapat ruang untuk pembelian tambahan sebesar US$12 miliar-US$13 miliar tanpa memerlukan perubahan konfigurasi kilang. Agarwal menambahkan bahwa India akan mempertimbangkan untuk membeli lebih banyak produk energi tergantung dinamika biaya.

Didorong Tiongkok 

Secara keseluruhan, menurut data dari Petroleum Planning and Analysis Cell, India mengimpor minyak mentah senilai US$137 miliar pada tahun fiskal 2025 dibandingkan dengan US$133,4 miliar pada 2024. 

Para pakar perdagangan yakin AS kini tampak siap untuk mencapai kesepakatan dengan India, terutama didorong sikap keras Tiongkok. "Kontrol Tiongkok yang lebih ketat atas ekspor mineral langka dan perang dagang AS-Tiongkok yang semakin dalam memaksa Washington memikirkan kembali strateginya dengan sekutu-sekutunya karena mencari mitra andal untuk membangun rantai pasokan alternatif," kata Ajay Srivastava, salah satu pendiri Global Trade Research Initiative (GTRI). 

Ia menambahkan bahwa hal itu dapat mempercepat kesepakatan dengan India. AS kemungkinan menawarkan akses tarif 16%-18% yang lebih tinggi dari 15% untuk Uni Eropa dan Jepang, tetapi di bawah 20% untuk Vietnam.

Namun, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengolah Kedelai India (SOPA), DN Pathak, mengatakan bahwa mengizinkan impor bungkil kedelai dari AS bukanlah langkah yang baik bagi sektor domestik. "Para petani sudah kesulitan mendapatkan harga dukungan minimum untuk produk mereka dan pelonggaran apa pun untuk bungkil kedelai impor akan semakin menekan harga domestik," kata Pathak. "Langkah seperti itu dapat merugikan pengolah lokal dan menghambat budidaya kedelai di saat sektor ini sudah tertekan."

Seorang tokoh industri senior dari sektor jagung mengatakan bahwa meskipun India sudah memiliki surplus produksi etanol, mengizinkan jagung Amerika masuk ke pasar dapat membantu memajukan kesepakatan perdagangan. Namun, hal ini dapat menurunkan harga jagung di India sekaligus menciptakan peluang bagi eksportir etanol untuk mengekspor lebih banyak di pasar global. (I-2)

Read Entire Article
Global Food