Salah satu bagian dari Benteng Tujuh Lapis(MI/Rudi K)
BENTENG Tujuh Lapis yang dibangun Pahlawan Nasional Tuanku Tambusai atau Haji Muhammad Saleh semasa perang paderi pada 1835 dalam kondisi terabaikan. Benteng yang dinamakan Kubu Aur Duri merupakan basis pertahanan pribumi dalam perang melawan penjajahan Belanda di Desa Dalu-dalu, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Saat ini kondisinya semakin memprihatinkan, Minggu (2/11).
Sejatinya, benteng tujuh lapis di Dalu-dalu adalah benteng terbaik yang dibuat oleh bangsa Indonesia pada zaman kolonial Belanda saat itu. Hal ini berdasarkan laporan perwira Belanda Kolonel Michiels yang menyebutkan benteng yang ada di Dalu-dalu adalah benteng yang paling baik dan paling teratur kepunyaan orang Indonesia yang pernah dijumpai pada zaman itu.
Namun setelah satu abad lebih, kondisi benteng yang dalam catatan sejarah terkenal sangat sulit ditaklukkan itu, sudah tidak jelas bentuknya lagi. Benteng yang dulu di dalamnya juga menjadi rumah tinggal bagi pasukan paderi, kini semakin dipadati permukiman penduduk dan perkebunan kelapa sawit. Hanya tersisa beberapa gundukan tanah setinggi sekitar 4 meter di sepanjang bantaran Sungai Batang Sosa yang diduga merupakan bagian belakang benteng.
Warga setempat, Deri, mengatakan, di lokasi itu juga diyakini sebagai tempat Tuanku Tambusai meninggalkan benteng saat melarikan diri ke Negeri Sembilan, Malaysia. Saat ini, kondisi di lokasi itu kotor dan banyak sampah. Bahkan di sisi tengahnya terdapat lapangan sepak bola lengkap dengan gawang yang diduga sengaja dibangun oleh warga sekitar.
"Usai perang paderi, Tuanku Tambusai menetap sampai meninggal dunia dan dimakamkan di Negeri Sembilan, Malaysia," ungkap Deri.
Adapun pemadangan yang sungguh meresahkan dan menyesakkan adalah perkebunan kelapa sawit yang seolah-olah mengepung lokasi benteng. Dari titik bantaran Sungai Batang Sosa, kebun kelapa sawit terlihat mengelilingi lokasi bekas benteng. Sedangkan akses jalan menuju lokasi yang telah menjadi cagar budaya ini baik dari arah Kota Pekanbaru maupun Pasir Pangaraian dalam kondisi rusak parah dan banyak lubang-lubang besar. Begitupun dari arah Padang Lawas, Sumatra Utara yang hanya berjarak sekitar 30 menit juga rusak dan menganga.
"Pemerintah setempat ya tentu tahu dengan kondisi ini. Tapi tetap begini saja dari dulu. Tak ada perhatian," ujarnya.
Benteng Tujuh Lapis Dalu-dalu memiliki kawasan pertahanan segi empat dengan luas 105.000 meter kubik serta memiliki ukuran panjang 350 meter dan lebar 300 meter. Secara geografis, benteng ini terletak di antara aliran sungai dan lereng bukit. Di sekeliling benteng ditanami bambu berduri dan sebagiannya juga dibangun gardu-gardu penjaga yang berguna untuk menghalau benteng dari pengintaian luar. Bagian belakang benteng berhadapan dengan Sungai Batang Sosa yang sekaligus menjadi jalur alternatif penyelamatan diri bila terdesak.
Dulunya, benteng ini diperkuat dengan aur berduri atau sejenis bambu berduri. Selain itu juga diperkuat dengan kubu pagar-pagar pertahanan. Pintu gerbang benteng dibangun tiga lapis yang terbuat dari papan tebal, dan papan tersebut diberi lubang pengintaian sebagai tempat untuk menembak sasaran.
Secara fisik, benteng ini terdiri dari tujuh lapis gundukan tanah dengan ketinggian 3 sampai dengan 5 meter. Terdapat juga kubu yang diisi dengan aliran air dengan kedalaman parit kurang lebih 8 hingga 10 meter. Tiap kubu atau gundukan tanah terdapat parit yang memiliki lebar bervariasi dengan lebar 5 hingga 20 meter. Parit-parit tersebut bertujuan untuk menghalangi pergerakan musuh yang menyerang. Antar parit atau kubu juga dihubungkan jalan pintas agar memudahkan pergerakan pejuang saat bertahan.
Benteng Tujuh Lapis dipertahankan oleh 14 meriam, 300 bedil atau senapan api, 500 pound peluru dan persedian beras yang banyak. Diketahui dari catatan laporan, Benteng Tujuh Lapis disebut sebagai benteng yang kuat. Saat ini, nama Tuanku Tambusai secara resmi telah dipakai menjadi nama Komando Daerah Militer (Kodam) XIX/ Tuanku Tambusai.
"Kami sangat berharap kondisi Benteng Tujuh Lapis ini diperhatikan betul, diperbaiki, dirawat dan dijaga oleh pemerintah. Jika tak sanggup merawat atau menjaganya, tolong diserahkan saja ke pihak lain yang mau mengurusnya dengan baik," ungkap warga lainnya.(M-2)

15 hours ago
5
















































