Meditasi Tak Selalu Menenangkan, 60 Persen Praktisi Alami Gangguan Mental Sementara

4 hours ago 3
Meditasi Tak Selalu Menenangkan, 60 Persen Praktisi Alami Gangguan Mental Sementara Studi terbaru mengungkap hampir 60% praktisi meditasi mengalami efek samping seperti kecemasan dan disosiasi. (freepik)

SELAMA ini meditasi dikenal luas sebagai cara efektif menenangkan pikiran dan meningkatkan kesehatan mental. Namun, riset terbaru menunjukkan praktik ini juga dapat menimbulkan efek samping yang tidak diharapkan, mulai dari kecemasan, disosiasi, hingga gangguan fungsi sehari-hari.

Psikolog Nicholas Van Dam dari University of Melbourne dan timnya menemukan hampir 60% praktisi meditasi mengalami setidaknya satu efek samping. Sekitar sepertiga di antaranya merasa terganggu dampak tersebut.

Meditasi kini banyak digunakan dalam konteks kesehatan dan terapi, tetapi Van Dam menekankan pentingnya memahami risiko di baliknya. “Penelitian seperti ini biasanya dilakukan di awal pengembangan suatu terapi baru,” ujarnya. “Namun pada program berbasis mindfulness, hal itu tidak dilakukan secara menyeluruh.”

Efek Samping yang Tak Disadari

Meski banyak laporan positif, beberapa penelitian menunjukkan meditasi dapat memicu pengalaman negatif bagi sebagian orang. Efek tersebut bisa berupa serangan panik, munculnya kembali ingatan traumatis, hingga perasaan kehilangan kendali atas tubuh atau identitas diri (depersonalisasi dan disosiasi).

Temuan sebelumnya bervariasi. Ada yang memperkirakan hanya 1% meditator mengalami efek negatif, sementara studi lain melaporkan hingga dua pertiga. Untuk memperjelas perbedaan ini, Van Dam dan timnya melakukan studi berskala nasional yang dipublikasikan di jurnal Clinical Psychological Science.

Studi Nasional di AS

Penelitian ini melibatkan hampir 900 peserta dewasa di seluruh Amerika Serikat, mencakup berbagai tingkat pengalaman meditasi, dari pemula hingga praktisi berpengalaman. Tim menggunakan checklist berisi 30 kemungkinan efek meditasi dan menilai intensitas, dampak emosional, serta sejauh mana efek tersebut mengganggu kehidupan peserta.

Hasilnya menunjukkan 59,8% peserta mengalami setidaknya satu efek samping, seperti rasa cemas atau terlepas dari tubuh. Sekitar 30% menyebut efeknya mengganggu, sementara 9% mengalami gangguan fungsi nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Faktor risiko terbesar ditemukan pada individu dengan riwayat gangguan mental dalam 30 hari terakhir serta mereka yang mengikuti retret meditasi intensif dalam jangka panjang.

Pentingnya Kesadaran, Bukan Ketakutan

Van Dam menegaskan bahwa temuan ini bukan peringatan untuk menjauhi meditasi. “Kesimpulan kami bukan agar orang takut bermeditasi, tetapi agar kita lebih transparan dalam memberikan informasi,” katanya.

Ia membandingkan meditasi dengan terapi medis lain seperti operasi atau terapi eksposur, di mana pasien diberi penjelasan tentang risiko dan manfaat sebelum menjalani perawatan. “Kita perlu mulai membuka percakapan itu agar orang tahu apa yang mungkin mereka alami,” tambahnya.

Van Dam menekankan ketidaknyamanan saat meditasi tidak selalu menandakan bahaya, melainkan bisa menjadi bagian dari proses eksplorasi diri yang mendalam. Bila rasa tertekan mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya dihentikan dan dikonsultasikan dengan profesional.

“Tidak semua praktik ini cocok untuk semua orang,” ujarnya. “Jika tidak berhasil, bukan berarti seseorang gagal, bisa jadi meditasi memang bukan pendekatan yang sesuai.” (Science Daily/Z-2)

Read Entire Article
Global Food