
KAPAL legendaris milik penjelajah Ernest Shackleton, Endurance, yang tenggelam pada November 1915 dilepas pantai Antartika, ternyata memiliki kekurangan desain fatal, termasuk rangka dek yang lemah dan tidak adanya balok diagonal untuk memperkuat lambungnya, menurut sebuah studi terbaru.
Misteri Tenggelamnya Endurance
Selama ini, nasib Endurance—yang ditinggalkan awak kapalnya tiga minggu sebelum tenggelam—selalu dikaitkan dengan kemudi yang lemah dan kerusakan parah akibat lapisan es yang mengapung.
Namun, studi baru yang dipublikasikan dalam jurnal Polar Record menunjukkan bahwa masalah utama ada pada seluruh struktur kapal.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Endurance kekurangan perkuatan yang dibutuhkan untuk menahan tekanan es yang ekstrem. Lebih mengejutkan lagi, ada dugaan bahwa Shackleton mungkin telah mengetahui kelemahan fatal ini sebelum memulai pelayaran.
Jukka Tuhkuri, seorang mekanika padat dan peneliti es di Universitas Aalto Finlandia serta penulis studi, menegaskan, "Bahkan analisis struktural sederhana pun menunjukkan bahwa kapal itu tidak dirancang untuk kondisi es yang terkompresi yang akhirnya menenggelamkannya."
Tuhkuri menambahkan bahwa bahaya pergerakan es dan tekanan kompresi—beserta cara merancang kapal untuk kondisi tersebut—sudah dipahami dengan baik sebelum Endurance berlayar ke selatan.
Pelayaran Tragis dan Penemuan yang Mengubah Pandangan
Endurance berlayar dari Inggris pada 8 Agustus 1914, membawa 28 awak (termasuk seorang penumpang gelap) dan 69 anjing. Dipimpin oleh Ernest Shackleton, ekspedisi tersebut memiliki tujuan ambisius: melintasi Antartika, dimulai dari Laut Weddell dan berakhir di Laut Ross.
Para kru berhasil melihat benua Antartika pada Januari 1915, tetapi tak lama kemudian kapal itu terjebak dalam kepungan es.
Pada Oktober, kelompok tersebut terpaksa meninggalkan Endurance dan mendirikan kemah di atas bongkahan es yang mengapung, hanyut mengikuti pergerakan kapal yang terjepit.
Pada malam tanggal 21 November, tragedi mencapai puncaknya. "Dia pergi, anak-anak!" teriak Shackleton, saat ia dan anak buahnya menyaksikan tanpa daya ketika Endurance tenggelam ke dasar laut.
Kekurangan Struktural yang Jelas
Tuhkuri adalah bagian dari ekspedisi Endurance22 yang berhasil menemukan bangkai kapal Shackleton pada 2022. Penemuan inilah yang mendorongnya untuk meneliti lebih dalam penyebab tenggelamnya kapal tersebut.
Setelah mengamati gambar arsip kapal, Tuhkuri mengenang pemikirannya kepada Sara Novak dari New York Times, "Bukan esnya, tapi kapalnya."
Sebagaimana dijelaskan Tuhkuri, "Endurance jelas memiliki beberapa kekurangan struktural dibandingkan dengan kapal-kapal Antartika awal lainnya." Kekurangan tersebut meliputi:
- Balok dan rangka dek yang lebih lemah.
- Kompartemen mesin yang terlalu panjang sehingga melemahkan lambung kapal.
- Lambung tidak memiliki balok diagonal yang kuat untuk menahan tekanan dari samping.
Analisis ini memberikan perspektif baru yang kritis terhadap salah satu kisah bencana maritim paling terkenal dalam sejarah eksplorasi. (LiveScience/Z-1)