Ilustrasi.(AFP)
MILITER Israel membubarkan seluruh armada kemanusiaan yang berupaya menembus blokade Gaza dan menahan ratusan aktivis dari puluhan kapal.
Rekaman siaran langsung memperlihatkan pasukan Israel menaiki kapal terakhir pada Jumat (3/10) pagi. Kapal Marinette berbendera Polandia, dengan enam awak, menjadi kapal terakhir dari Armada Sumud Global yang disita.
Komite Internasional untuk Mematahkan Pengepungan Gaza mengatakan dalam pernyataannya bahwa sejumlah tahanan yang ditangkap melakukan mogok makan tanpa batas waktu sejak saat penahanan mereka.
Kementerian Luar Negeri Israel menyebut empat warga negara Italia yang ikut dalam armada telah dideportasi dan pihaknya sedang memproses deportasi aktivis lain. "Israel ingin mengakhiri prosedur ini secepat mungkin," tulis kementerian di platform X seperti dikutip Al Jazeera, Sabtu (4/10).
Mereka juga mengeklaim bahwa 461 aktivis yang ditahan aman dan dalam kondisi sehat. Armada Sumud Global sebelumnya meminta Israel segera membebaskan semua aktivis.
Reporters Without Borders (RSF) mengecam penahanan terhadap jurnalis yang turut berada di kapal-kapal tersebut. Organisasi berbasis di Paris itu menyatakan ada lebih dari 20 wartawan asing yang ikut dalam armada.
Menurut RSF, para jurnalis ditangkap antara Rabu dan Kamis ketika angkatan laut Israel mulai mencegat kapal-kapal yang membawa aktivis dan politisi menuju Gaza. Kapal yang membawa lebih dari 450 orang itu gagal mencapai wilayah tersebut karena dihadang.
"Menangkap jurnalis dan mencegah mereka melakukan pekerjaan mereka merupakan pelanggaran serius terhadap hak untuk memberi informasi dan menerima informasi," kata Martin Roux, kepala bagian krisis RSF.
"RSF mengutuk penangkapan ilegal para jurnalis yang berada di atas kapal-kapal ini untuk meliput operasi kemanusiaan berskala belum pernah terjadi sebelumnya," tambahnya.
Dalam percakapan video dengan penyelenggara armada pada Kamis malam, kapten Australia dari kapal terakhir yang berlayar, yang menyebut dirinya Cameron mengatakan kapal tersebut sempat mengalami gangguan mesin sehingga tertinggal dari rombongan utama. Ia menambahkan kapal itu kini berlayar menuju Gaza.
"Kami memiliki sekelompok orang Turki yang sangat tangguh di atas kapal, kami memiliki seorang wanita dari Oman dan saya sendiri dan kami akan terus melanjutkan perjalanan ke arah itu," katanya.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Israel telah memperingatkan Marinette bahwa upayanya untuk memasuki zona pertempuran aktif dan melanggar blokade juga akan dicegah.
Sejak Rabu lalu, angkatan laut Israel menghentikan puluhan kapal pembawa bantuan kemanusiaan dan menahan sekitar 500 aktivis dari lebih 40 negara.
Israel menuduh mereka mencoba melanggar blokade laut yang sah dan menegaskan akan mengambil tindakan apa pun untuk menghentikan mereka.
Setiap kapal dicegat dan awaknya ditahan sebelum dipindahkan ke Israel untuk dideportasi. Sejumlah tokoh publik di antaranya Greta Thunberg, mantan wali kota Barcelona Ada Colau dan anggota Parlemen Eropa Rima Hassan termasuk di antara mereka yang ditahan.
Sebagai misi kemanusiaan laut terbesar yang pernah mencoba mengirim bantuan ke Gaza, penyitaan armada ini memicu perhatian dunia serta aksi protes di berbagai negara.
Stephen Cotton, sekretaris jenderal Federasi Pekerja Transportasi Internasional (ITF) yang mewakili lebih dari 16,5 juta pekerja transportasi, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa menyerang atau menyita kapal-kapal kemanusiaan tanpa kekerasan di perairan internasional merupakan tindakan ilegal menurut hukum internasional.
"Negara-negara tidak dapat memilih kapan harus menghormati hukum internasional. Laut tidak boleh diubah menjadi medan perang," ujarnya.
Sejumlah pemimpin dunia juga mengecam tindakan Israel. Presiden Kolombia Gustavo Petro menyatakan pemerintahnya akan mengusir diplomat Israel dan membatalkan perjanjian dagang bebas sebagai respons terhadap penyitaan tersebut.
Negara-negara Eropa seperti Jerman, Prancis, Inggris, Spanyol, Yunani, dan Irlandia juga meminta Israel menghormati hak-hak para awak kapal yang ditahan.
Meski PBB belum memberikan pernyataan resmi, pelapor khusus PBB untuk Palestina, Francesca Albanese, menyebut pencegatan ini sebagai penculikan ilegal.
"Pikiran saya bersama rakyat Gaza, yang terjebak di ladang pembantaian Israel," tulis Albanese di X. (Fer)

2 weeks ago
14
















































