Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik Kemenlu, Duta Besar Heru Subolo buka Pameran Temporer bertajuk “Tutur Luhur Figur Asia-Afrika – The Words That Echo Through the Ages” di Museum Konferensi Asia-Afrika Bandung(MI/NAVIANDRI)
NILAI-nilai luhur Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang telah berusia 70 tahun kembali digaungkan melalui Pameran Temporer bertajuk “Tutur Luhur Figur Asia-Afrika – The Words That Echo Through the Ages” di Museum Konferensi Asia-Afrika (MKAA) Kota Bandung, Jumat (24/10).
Pameran yang berlangsung mulai 24 Oktober hingga 27 Desember 2025 ini dibuka secara oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI, Duta Besar Heru Subolo.
Heru menegaskan bahwa nilai-nilai perdamaian, solidaritas, dan kerja sama yang diwariskan para pemimpin bangsa Asia dan Afrika masih sangat relevan dengan kondisi dunia saat ini.
“Walaupun kita merdeka, tetapi kalau kita tidak punya kedamaian dan kerja sama, kesejahteraan juga tidak akan tercapai. Sekarang ini banyak negara di dunia yang dilanda konflik, baik secara internal maupun eksternal. Karena itu, semangat perdamaian sangat penting,” ungkapnya.
Menurut dia, semangat “Bandung Spirit” yang lahir dari KAA 1955 tetap menjadi inspirasi bagi banyak negara di dunia yang masih menghadapi tantangan konflik, ketimpangan, dan ketidakadilan. Nilai-nilai anti-kolonialisme, internasionalisme, toleransi, dan solidaritas antarbangsa yang tercermin dalam pidato para pemimpin KAA menjadi pesan universal yang melampaui batas waktu.
“Pesan-pesan yang disampaikan 70 tahun lalu itu tetap relevan. Nilai anti-kolonialisme, pentingnya perdamaian, serta semangat multilateralisme dan solidaritas antarbangsa menjadi fondasi bagi dunia yang lebih damai dan sejahtera,” terangnya.
Generasi muda
Heru menegaskan bahwa bagi Kementerian Luar Negeri, kegiatan ini merupakan bagian dari diplomasi publik untuk mempromosikan kembali nilai-nilai luhur yang menjadi identitas dan kebanggaan bangsa Indonesia. Melalui pameran ini, diharapkan generasi muda dapat memahami makna sejarah KAA tidak hanya sebagai peristiwa masa lalu, tetapi sebagai warisan nilai yang harus dijaga dan dihidupkan kembali.
“Saya senang sekali melihat antusiasme generasi muda, termasuk komunitas Friends of Museum KAA. Mereka bukan hanya mencintai keberadaan museum ini, tetapi juga berkomitmen menularkan nilai-nilai kebersamaan dan perdamaian kepada generasi berikutnya,” tandasnya.
Heru juga menekankan pentingnya peran museum sebagai ruang pembelajaran yang hidup. Ia mengajak masyarakat, terutama generasi muda, untuk datang langsung ke Museum KAA agar bisa merasakan atmosfer sejarah yang pernah mengguncang dunia.
“Datanglah ke museum, lihat sendiri artefaknya, dengarkan pesannya, dan rasakan semangat yang dulu hadir di sini. Dengan begitu, kita tidak hanya membaca sejarah, tapi juga menyelaminya,” imbuhnya.
Selain sebagai ajang refleksi sejarah, pameran ini juga diharapkan dapat memperkuat jejaring kerja sama antarnegara Asia dan Afrika.
Heru mengungkapkan adanya rencana kolaborasi antara Museum KAA dan sejumlah museum di negara peserta KAA agar semangat “Bandung Spirit” terus hidup di berbagai belahan dunia.
“Kami berharap semangat Konferensi Asia-Afrika tidak hanya bergema di Indonesia, tapi juga di negara-negara sahabat yang dahulu ikut berjuang bersama di KAA 1955,” sambungnya.

4 hours ago
3
















































