Ilustrasi(Antara)
                            BANJIR besar akibat hujan deras menghantam Jakarta pekan lalu. Sedikitnya 54 rukun tetangga (RT) di wilayah tersebut terendam dengan ketinggian air mencapai hingga 160 sentimeter.
Menyikapi kondisi tersebut, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung memimpin apel dan simulasi kesiapsiagaan menghadapi musim penghujan di Ruang Limpah Sungai Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Selasa (4/11/2025).
Apel tersebut menjadi langkah awal koordinasi lintas unsur antara pemerintah daerah, TNI, dan Polri dalam mengantisipasi potensi banjir hingga Februari 2026.
“Pada hari ini saya bersama Forkopimda dan jajaran, termasuk di dalamnya TNI dan Polri, mengadakan apel dan gladi kesiapsiagaan menghadapi banjir yang diperkirakan akan berlangsung pada bulan November sampai Februari tahun 2025-2026,” ujar Pramono.
Banjir sudah Terjadi Sebelum Simulasi
Sebagai informasi, sebelum apel ini digelar, Jakarta sudah dilanda banjir pada pekan lalu. Kapusdatin BPBD DKI Jakarta, Mohammad Yohan, pada Jumat (31/10/2025) mengatakan sebanyak 54 RT terendam banjir akibat hujan deras.
Sehari sebelumnya, banjir juga melanda. Dampak terparah terlihat dari jebolnya Tanggul Baswedan di Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (30/10/2025).
Tidak hanya itu, pada Rabu (29/10), sempat terjadi genangan di beberapa titik di Jakarta. BPBD Jakarta Timur menyiagakan 30 personel beserta perahu karet untuk mengantisipasi potensi banjir serta genangan air di sejumlah titik rawan.
BMKG Prediksi Curah Hujan Meningkat
Pramono menjelaskan bahwa prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan curah hujan di Jakarta dan sekitarnya akan meningkat signifikan mulai November hingga awal 2026.
“Berdasarkan prediksi BMKG, curah hujan akan mengalami kenaikan, dan kami bersiap sejak awal supaya tidak terjadi lagi penanganan yang terlambat,” ucapnya.
Menurut Pramono, penanganan banjir sejauh ini relatif berjalan baik, meski beberapa titik masih terdampak akibat tanggul jebol. Ia juga menegaskan bahwa posisi geografis Jakarta yang berada di dataran rendah dan dialiri 13 sungai membuat kota ini selalu berisiko tinggi menghadapi banjir.
“Limpasan dari wilayah Bogor, Depok, dan Puncak diperkirakan meningkat signifikan, dengan potensi curah hujan di atas 500 mm per bulan. Selain itu, pasang maksimum air laut yang bertepatan dengan fase bulan purnama dan perige bisa menimbulkan banjir rob di pesisir utara Jakarta,” jelas Pramono.
Langkah Teknis dan Pasukan Pelangi
Untuk memperkuat sistem pengendalian banjir, Pemprov DKI menyiapkan beberapa langkah teknis, di antaranya pengerukan 1.803 titik sungai dan waduk dengan total volume 721.243 meter kubik, penyiapan 560 pompa stasioner di 191 lokasi, serta 627 pompa mobile di lima wilayah administrasi.
Selain itu, pemerintah juga membangun tujuh rumah pompa dan pintu air baru untuk menghadapi potensi rob, serta menerapkan pendekatan berbasis alam (nature-based solution) dalam pembangunan waduk, situ, dan embung. Hingga awal November, 62.161 pohon berisiko tumbang telah ditebang atau dipangkas.
Untuk memperkuat respon di lapangan, Pramono membentuk Pasukan Pelangi, tim lintas dinas yang bertugas melakukan pemantauan dan penanganan cepat terhadap genangan dan dampak cuaca ekstrem.
Kesiapsiagaan dan Kolaborasi
Pramono menekankan bahwa kesiapsiagaan menghadapi banjir bukan hanya soal alat dan logistik, tetapi juga menyangkut komitmen serta kerja sama lintas lembaga. Ia meminta seluruh jajaran memperkuat koordinasi, komunikasi, dan kecepatan informasi kepada warga.
“Kesiapsiagaan bukan hanya soal alat dan logistik, tetapi juga komitmen dan kerja kolaboratif. Untuk itu, saya meminta agar dilakukan peremajaan pohon tua di titik rawan, memastikan pompa dan pintu air berfungsi optimal, serta melaksanakan operasi modifikasi cuaca bersama pemerintah pusat pada 5-10 November 2025,” pungkasnya. (Far/I-1)

                        6 hours ago
                                1
                    















































