Peneliti Universitas Queensland memperingatkan Great Barrier Reef akan mengalami penurunan terumbu karang yang cepat sebelum 2050 akibat pemanasan global. (Peter Mumby)
GREAT Barrier Reef, salah satu keajaiban alam dunia dan ekosistem laut paling beragam di Bumi, diperkirakan akan menghadapi masa depan yang suram. Sebuah studi terbaru dari University of Queensland (UQ) menemukan sistem terumbu karang sepanjang lebih dari 2.300 kilometer di lepas pantai timur laut Australia itu akan mengalami “penurunan karang yang cepat” sebelum 2050, jika pemanasan global tidak dikendalikan.
Penelitian yang diterbitkan baru-baru ini ini memodelkan siklus hidup ribuan spesies karang dan mengungkapkan sebagian karang memiliki kemampuan lebih baik beradaptasi dengan suhu laut yang meningkat. Karang yang hidup di wilayah dengan arus air lebih sejuk juga menunjukkan ketahanan lebih tinggi, memberi secercah harapan bagi kelangsungan Great Barrier Reef.
Namun, temuan utama penelitian menegaskan penurunan emisi karbon sangat penting untuk mencegah keruntuhan besar ekosistem ini.
“Kami memprediksi penurunan karang yang cepat sebelum pertengahan abad ini, apa pun skenario emisinya,” ujar Dr. Yves-Marie Bozec, peneliti utama dari UQ. Ia menjelaskan timnya mempelajari dinamika ekologi dan evolusi dari lebih dari 3.800 bagian terumbu, termasuk bagaimana karang saling berinteraksi serta menyesuaikan diri terhadap perubahan suhu laut.
Great Barrier Reef telah mengalami empat gelombang panas laut besar antara 2016 dan 2022, yang menyebabkan peristiwa pemutihan massal (coral bleaching). Dalam proses ini, karang mengeluarkan alga yang memberi mereka warna dan sumber energi, yang sering kali berujung pada kematian karang.
Laporan terbaru menunjukkan beberapa bagian terumbu telah mengalami penurunan tutupan karang tahunan terbesar, sejak pencatatan dimulai hampir 40 tahun lalu.
Dr. Bozec menambahkan, sebagian karang “mungkin dapat pulih sebagian setelah 2050, tetapi hanya jika pemanasan laut cukup lambat untuk memungkinkan adaptasi alami mengikuti perubahan suhu.”
“Adaptasi mungkin terjadi jika pemanasan global tidak melebihi dua derajat pada tahun 2100. Untuk itu, tindakan global dalam mengurangi emisi karbon harus ditingkatkan,” ujarnya. “Jendela waktu untuk bertindak semakin sempit, tetapi belum tertutup sepenuhnya.”
Sementara itu, Prof. Peter Mumby yang turut terlibat dalam penelitian tersebut mengatakan banyak terumbu “masih bisa bertahan” jika dunia berhasil menahan kenaikan suhu global sesuai target Perjanjian Paris, yakni di bawah 2°C.
“Namun, jika emisi tetap tinggi dan suhu meningkat lebih cepat, sebagian besar terumbu akan berada di ambang kehancuran,” jelasnya. Ia menambahkan, terumbu yang terletak di perairan dengan suhu lebih stabil dan dekat dengan populasi karang yang mampu beregenerasi memiliki peluang lebih besar untuk bertahan.
Peneliti berharap, dengan mengidentifikasi wilayah terumbu yang lebih tangguh, upaya konservasi dapat difokuskan pada bagian-bagian strategis ekosistem untuk memperpanjang harapan hidup Great Barrier Reef di masa depan. (BBC/Z-2)

3 hours ago
1
















































